Saya menjumpai kelompok ini ketika (1) membaca sejarah Shalahuddin al Ayyubi pada perang salib, yang mana sang sultan lolos dalam upaya pembunuhan yang dilakukan oleh anggota Hasyasyin. (2) Game buatan “Yahudi” Ubisoft, Assasin Creed dan (3) Film Prince of Persia, Sands of Time.
Siapa sebenarnya Hasyasyin, apa mereka dibentuk hanya untuk membunuh Ulama-Ulama Islam (sunni)?
Sumber literasi mengenai kelompok ini hampir tidak ada, karena Pasukan Mongol membakar habis perpustakaan mereka ketika menakluk benteng Hasyasyin di Alamut. tetapi kenapa Yahudi bisa membuatkan game kelompok misterius ini, bahkan detail ia mendeskripsikannya disana?
Jika mengacu pada film Prince of persia, Hasyasyin sudah ada sebelum atau sesudah Nabi Isa As karena di film itu Persia masih Majusi. Apakah Hasyasyin sudah ada sebelum Abdullah bin Saba mendirikan Syiah? Benarkah ia bagian dari Yahudi, seperti Freemason, Kaballah dan Iluminati?
Jazakallah atas pertanyaannya saudaraku Prince of Al Farisi, semoga saudara selalu diberikan keberkahan oleh Allah SWT. Allahuma Amin.
Saudaraku, yang perlu diingat ketika kita mencoba mencari tahu mengenai seluk beluk Hasyasyin, tampaknya kita tidak bisa mengandalkan atau sepenuhnya berpatokan kepada Film, terlebih-lebih Games. Film Prince of Persia: The Sands of Times sendiri–kebetulan saya juga sudah menontonnya- memang sedikit banyak mengulas Hasyasyin, namun gagal menjelaskan fakta sejarah sebenarnya mengenai awal mula kehadiran Kelompok pembunuh rahasia ini.
Menurut saya Hasyasyin tidak bisa dirunut jauh kepada masa Majusi, namun lebih tepat merujukn pada konstelasi atau konflik yang terjadi di tubuh Dinasti Syiah yakni Dinasti Fathimiyyah, Mesir (910-1171).
Jadi poin pertama yang ingin saya katakan adalah bahwa Hasyasyin adalah bagian dari Syiah, tepatnya Syiah Ismailiyyah dan bukan Yahudi. Allahua’lam. Perihal siapakah Hasyasyin itu, ia tidak lain adalah kelompok pembunuh rahasia yang terkoordinir dan terlatih dengan baik. Hasyasyin dibentuk oleh Hassan Ibn Shabah yang tersingkir dalam pertarungan politik di Dinasti Fathimiyyah Mesir pada tahun 1090.
Ia bersama gerakan Hasyasyin-nya pernah menggalang kekuatan Syi’ah di Syiria untuk membunuh para tokoh dan pimpinan Sunni (Ahlus Sunah wal Jamaah), salah satunya Shalahuddin Al Ayyubi yang juga telah mengambil alih kekuasaan Dinasti Fathimiyyah pada tahun 1171.
Muhammad Asy Syahim dalam bukunya ‘Shalahuddin Al Ayyubi’ menjelaskan bagaimana Hasyasyin menyelinap ke kamar tidur Panglima Islam tersebut. Hasyasyin meletakkan belati yang berlumuran darah diatas bantal Shalahuddin sebagai bentuk teror kepadanya yang mengambil alih Dinasti Fathimiyyah. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Hai Sultan yang telah merampas kekuasaan, meskipun engkau telah menutup pintu-pintu istanamu, dan menempatkan penjaga yang ketat engkau tidak akan selamat dari kelompok Hasyasyin. Syekh Jabal, pemimpin Syekh Hasyasyin, selalu memperhatikanmu. Jika kami mau, niscaya malam ini kami sudah membunuhmu. Kami hanya ingin memberi peringatan kepadamu agar memperbaiki perilakumu dan mengembalikkan hak yang telah engkau rampas. Engkau tidak perlu mencari tahu siapa saya karena hal itu sangat sulit. Bisa saja aku ini adalah saudaramu, pelayanmu, penjagamu, atau istrimu yang kamu sendiri tidak tahu.”
Alhamdulillah, Shalahuddin tidak takut oleh gertakan murahan tersebut. Sebaliknya beliau malah bersikukuh untuk membasmi gerakan Hasyasyin hingga ke akar-akarnya. Maka pada tahun 572 H atau 1176 M, Shalahuddin bersama pasukannya bergerak menuju Syam dan menyerang mereka.
Ketika itu pun banyak jatuh korban dari pasukan musuh. Hasyasyin pun kemudian meminta damai dan pengampunan dari Shalahuddin. Dan Shalahuddin memenuhinya.
Hassan Ibn Sabbah juga membuat benteng-benteng Hasyasyin salah satunya di Masyaf daerah Suriah saat masa Perang Salib. Carrol Hilendbrand dalam bukunya Perang Salib: Sudut Pandang Islam menjelaskan bahwa Benteng Hasyasyin di Suriah ini memiliki dinding pertahanan konsentris ganda. Benteng itu dengan hati-hati diposisikan ke Barat Hama di Jabal Anshariyah, tempat dimana jalan tersebut berbelok ke utara menuju Lembah Orentes.
Biasanya Benteng Hasyasyin sangat terpencil dan terletak di pegunungan, maka itu Benteng Hasyasyin terkenal sebagai salah satu Benteng yang sangat susah ditembus. Bahkan Hilendbrand mengatakan bahwa Benteng Hasyasyin salah satu benteng terkuat dan terlindung di Iran pada periode 1100-an.
Ibnu Muyassar, seperti dikutip Hilendbrand, menceritakan bahwa setelah kematian Hasan Ibn Sabbah pada tahun 518 H/1124 M, Hasyasyin telah merebut banyak benteng pegunungan di Suriah. Mereka melakukan itu biasanya dengan cara sogokan dan tipu muslihat, yang delapan diantaranya berhasil mereka pertahankan sampai Baybars merebutnya pada 1270-1273. Mereka, kaum Hasyasyin, dengan hati-hati memilih kawasan dimana mereka bisa mengajak para penduduk setempat menerima ajaran Syiah Ismailiyyah.
Menurut Bernard Lewis The Assassins: Radical Sect In Islam, menyatakan bahwa dari segi bentuk, orang-orang Syiah Ismailiyah merupakan sebuah masyarakat rahasia, yang mempunyai sistem sumpah, inisiasi serta tingkatan-tingkatan pangkat dan pengetahuan.
Rahasia-rahasia mereka terjaga dengan baik, dan informasi mengenai mereka terpisah-pisah serta membingungkan. Orang-orang ortodoks yang suka berpolemik melukiskan orang-orang Syiah Ismailiyah sebagai gerombolan orang-orang nihilis palsu yang menipu korban-korbannya melalui tahapan-tahapan penistaan yang terus menerus, dan pada akhirnya memperlihatkan hal-hal yang amat buruk kepada orang-orang yang tidak mempercayai mereka.
Sebenarnya banyak analisa dibalik motif didirikannya Hasyasyin, selain memang bertujuan melawan Sunni, para analis juga bahwa mengatakan Hasyasyin tidak lain adalah kelompok yang dibentuk untuk memenuhi misi pribadi yang dibawa oleh Hasan Ibn Sabbah setelah disingkirikan Dinasti Fathimiyyah. Hal ini pun diamini oleh Philip K. Hitti. Dalam bukunya, The History of Arabs, Hitti mendelegasikan bahwa gerakan Hasyasyin murni memuaskan ambisi pribadi, dan dari segi keagamaan sebagai alat untuk balas dendam kepada Dinasti Fathimiyyah.
Bernard Lewis juga meletakkan peran teologis (baca: Syiah Ismailiyyah/Sempalan Syiah) dalam memicu munculnya gerakan Hasyasyin. Menurutnya, Hasyasyin adalah kelompok teologis yang bergerak dalam konspirasi pembunuhan melawan agama dan masyarakat. Bagi para pengikut Syiah Ismailiyyah, mereka adalah korps elit yang berperang melawan musuh-musuh imam dalam keyakinan mereka dengan menjatuhkan para penindas dan perebut kekuasaan. Allahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)
foto: Ilustrasi di Games Assassin’s Creed
foto: Benteng Hasyasyin di Alamut