Menjelang pemilu ini saya bingung memilih partai, karena saya mengamati beberapa debat dan diskusi terbuka mengenai platform partai islam di salah satu stasiun TV swasta, mengenai P** dan P**, saya lihat partai P** akan mengusung syariat Islam yang dibaur dengan hukum yang ada di indonesia. P** saat debat terbuka dengan orang JIL mereka sangat bagus dan benar2 matang dalam masalah yang ada sehingga orang JIL tidak mampu berdebat lebih dengan P** terutama pada Yusril Ihza Mahendra, jawabannya sangat diplomatis dan gaya M. Natsir, sedangkan P** saya masih sangat ragu karena selama ini belum terdengar akan memperjuangkan Islam di parlemen, terutama lagi lambang partai tersebut saya lihat di internet sangat mengganggu saya, saya mau tanya latar belakang dan ciri partai mana yang baik dan konsisten mengusung kepentingan islam?
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudara Avis yang insya Allah senantiasa mendapat rahmat dan lindungan Allah SWT, akidah keislaman kita memang mewajibkan setiap orang yang mengaku Islam untuk memperjuangkan tegaknya syariat Islam di seluruh muka bumi, termasuk di negara ini. Hal ini termasuk dalam sumpah dan perjanjian kita kepada Allah SWT saat kita bersyahadat di dalam rahim ibu kita.
Nah, dalam hal memilih partai politik dalam pemilu sekarang yang memperjuangkan syariat Islam, maka kita harus sungguh-sungguh memahami peta politik di negeri ini dan membongkar realita yang ada. Politik itu kotor, ini adagium yang popular. Setuju atau tidak dengan adagium ini, namun kenyataan yang terjadi di Indonesia sekarang ini memanglah demikian. Sebab itu, pertama-tama kita harus membongkar kebenarannya:
Pertama, kita sering dicekoki penguasa yang mengatakan jika yang berjalan di negeri ini adalah sistem demokrasi. Faktanya, yang berjalan di negeri ini adalah sistem oligarki dan plutokrasi yang berkedok demokrasi. Plutokrasi adalah sistem kekuasaan yang hanya beralih dari satu kelompok berduit ke kelompok berduit saja, dari orang kaya satu ke orang kaya lainya. Di sini rakyat kecil hanya dijadikan komoditas politik, yang didekati dan dirayu jika kelompok kaya itu punya kepentingan. Jika kepentingannya sudah tercapai, maka rakyat kecil pun ditinggalkan dan dilupakan. Sedang Oligarki merupakan dikuasainya partai politik hanya oleh segelintir orang—juga disebut elit partai. Boleh saja partai politik memiliki yang namanya Dewan Syura, Majelis Pembimbing, Majelis Penasehat, atau apa pun namanya, namun semua itu bisa di-veto oleh satu atau dua orang saja yang terdapat di dalam partai. Jadi, yang sesungguhnya berkuasa penuh ya satu orang itu. Nah, di Indonesia sekarang ini, Plutokrasi dan Oligarki merupakan sistem yang sudah tercipta, berjalan, dan berlangsung dengan sangat kuat dan lama, sampai detik ini. Demokrasi kita adalah demokrasi yang dipenuhi praktek Plutokrasi dan Oligarki.
Kedua, jangan sekali-kali terkecoh dengan iklan partai politik. Lihat saja faktanya. Jika ada partai yang mengklaim mengusung syariat Islam namun isteri-isteri para petingginya belum berjilbab atau banyak tokohnya masih merokok, padahal sudah jelas haram, maka itu sama saja "Kaburo-Maktan". Atau jika ada partai politik yang mengklaim diri sebagai partai yang paling bersih, namun para petingginya tiba-tiba bisa menjadi kaya raya dalam waktu singkat (meminjam istilah film "Mendadak Dangdut, eh.. Mendadak Kaya") padahal dia tidak punya usaha apa-apa selain menjadi petinggi partai, maka ini pun patut dicurigai. Apalagi jika partai tersebut ternyata menjalankan praktik Oligarki di mana seorang pemimpinnya amat sangat berkuasa dan seringkali memandulkan hasil syuro. Apalagi jika partai ini terang-terangan tidak mendukung perjuangan penegakkan syariat Islam. Apalagi jika partai ini jelas-jelas memberikan wala’ atau loyalitasnya pada kaum kufar walau di wilayah yang memang banyak kaum kufarnya. Memberikan loyalitas kepada kaum kufar merupakan hal yang bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah, apa pun dalihnya. Apalagi jika partai ini sudah mulai dangdutan, dengan penyanyi perempuan pula. Maka partai model begini ya sama sekali bukan partai Islam, tidak ada beda dengan partai sekular lainnya.
Ketiga, memilih dalam pemilu adalah hak, bukan kewajiban. Ini dijamin oleh undang-undang negara. Sebab itu, setelah mencermati sistem yang berjalan di Indonesia ini secara faktual, setelah mencermati perilaku dan fakta yang terjadi di sejumlah partai politik, maka Anda bebas untuk menetapkan pilihan: Ikut Memilih atau Memilih Untuk Tidak Memilih. Tidak ada satu orang pun yang memiliki kewenangan untuk memaksakan pilihannya kepada Anda. Kerahiban tidak ada dalam Islam, jadi seorang Muslim itu akan mempertanggungjawabkan tindakannya kepada Allah SWT secara langsung, tidak ada perantara, tidak ada calo dan tidak ada makelar, jadi tidak perlu dimark-up 20 persen seperti yang kebanyakan dilakukan oleh anggota DPR di "negeri impian", he he he… Kita 100% mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan semasa hidup ini hanya kepada Allah SWT, bukan kepada yang lain.
Jadi, mana partai mana sekarang yang baik dan konsisten memperjuangkan kepentingan umat Islam? Untuk hal ini saya tidak bisa menjawabnya, karena sampai saat ini saya belum melihat ada yang seperti itu. Yang ada baru sebatas klaim dan iklan kampanye. Bukankah tidak ada kecap yang nomor dua?
Nah, sekarang terserah kepada Anda, apakah Anda akan menyukseskan sistem yang seperti sekarang ini, atau memilih untuk menghancurkan sistem yang zalim tersebut. Being Your Self.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.