Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
Pak Rizki, ini mungkin pertanyaan yang sudah klise. Tapi saya masih saja tidak puas. Bom Bali pada tahun 2002 itu kan terjadi di dua lokasi yakni di Paddys Café dan Sari Club, keduanya di daerah Kuta. Yang pertama meledak di Paddys Café, low explosive, dan yang kedua di Sari Club, high explosive, beberapa menit kemudian. Ledakan yang terahir inilah yang memiliki efek pembakar yang hebat dan diliput oleh media dunia.
Setahu saya, Amrozi cs hanya mengakui bertanggungjawab atas bom di Paddys Café dan tidak melakukan pemboman di Sari Club. Ini ditegaskannya berkali-kali. Bahkan Amrozi kepada Tim Pembela Muslim (TPM) pernah menyatakan jika kelompoknya tidak memiliki bom hebat berdaya ledak tinggi seperti yang melantakkan Sari Club dan sekitarnya. Jika benar demikian, saya pun yakin, ini menunjukkan adanya campur tangan pihak ketiga—selain kelompok Amrozi—yang menunggangi operasi mereka dan kemudian melemparkan tanggungjawabnya ke kelompok Amrozi. Bagaimana menurut Bapak?
Wassalammu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Wa’alaykummusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Mbak Eka yang dirahmati Allah SWT, apa yang Anda paparkan sedikit di atas memang benar. Amrozi cs hanya bertanggungjawab meledakkan Paddys Café dengan bom rakitan ecek-ecek, bukan yang di Sari Club. Operasi Amrozi cs memang ditunggangi oleh pihak ketiga. Siapa pihak ketiga ini? Inilah data-data yang harus dikritisi bersama:
Bom yang meledak di Sari Club memiliki daya ledak sangat tinggi, berdaya bakar kuat bagaikan bom napalm yang dipakai AS di Vietman, menimbulkan kawah besar di pusat ledakan, dan membubungkan awan berbentuk cendawan. Seorang kapten dari militer Australia yang sedang berlibur di Bali dan berada di dekat lokasi ledakan bersaksi jika beberapa saat sebelum adanya bunyi ledakan, arus listrik di wilayah tersebut mati mendadak.
Joe Vialls, mantan demolitionman dari pasukan elit Inggris SAS yang pindah ke Australia dan berganti profesi sebagai investigator independent, menegaskan jika semua ciri-ciri bom yang menghancurkan Sari Club hanya mampu dilakukan oleh sebuah bom mikro nuklir. Mantan Kepala BAKIN Letjen (Pur) ZA. Maulani juga menegaskan hal yang sama dengan Vialls.
ZA. Maulani saat itu berkeyakinan bahwa yang meledak di Sari Club adalah bom mikro nuklir, “Hanya mikro nuklir yang memiliki efek ledakan seperti itu, bukan RDX apalagi TNT. Dan mikro nuklir yang ada di dunia ini hanya diproduksi di instalasi nuklir Dimona, milik Israel.”
Ada begitu banyak kejanggalan terhadap pengusutan kasus Bom Bali I (12 Oktober 2002). Jika kemudian polisi hanya melemparkan tangungjawab semuanya kepada Amrozi cs dan bahkan ketiganya sudah dihukum mati, maka itu semua adalah bukti jika aparat penegak hukum kita memang tidak mau bersusah-payah sedikit untuk menelusuri apa sebenarnya yang berada di balik Bom Bali I. Kinerja aparat yang seperti ini memang bukan rahasia umum lagi di negeri ini. Pemerintahnya juga sama saja. Dan lagi-lagi yang dikorbankan hanyalah rakyat kecil. Lihat saja operasi anti preman di Jakarta dan beberapa kota besar kemarin. Preman-preman kelas capung saja yang ditangkapi (itu pun tebang-pilih), tapi preman-preman DPR, preman-preman politik, para koruptor dan pengisap darah rakyat sama sekali tidak disentuh. Ini adalah fakta.
Kembali ke kasus Bom Bali I, menurut saya, sebuah kekuatan besar telah menunggangi rencana-aksi Amrozi cs. Mereka telah memasukkan seorang agennya, atau seorang yang mau dibayar untuk menjual informasi (Ali Imron?) ke dalam kelompok Amrozi. Dan ketika Amrozi cs meledakkan Paddys Café, maka kelompok besar ini pun segera meledakkan Sari Club dengan bom yang daya ledaknya sangat dahsyat. Telunjuk seluruh dunia pun menuding ke Amrozi cs. Terlebih nyaris seluruh kantor berita dunia dimiliki oleh jaringan mereka.
Amrozi cs telah meninggal dunia dengan segala timbangan amal baik dan juga kekhilafannya. Sekarang, mereka-mereka yang masih hidup, yang melemparkan semua tanggungjawab kepada Amrozi cs, kelak akan mati dan dihisab pula dalam mahkamah akherat yang benar-benar adil. Mungkin hanya itu yang bisa harapkan di tengah keputus-asaan dalam banyak hal hidup di negeri yang kian poranda dan rusak moralnya ini. Wallahu’alam bishawab.
Wassalammu’alaykum warahmatullah wabarakatuh