Assalamualaikum wr wb
Ustadz, saya ingin mengjukan beberapa pertanyaan.
- Umat kristiani di Indonesia ini termasuk yang mana? apakah mereka selalu membela kepentingan Zionis-Yahudi, atau seperti Mel Gibson? Kalau seperti Mel Gibson, mereka pasti ok jika diajak boikot produk-produk Zionis juga. Tambah lagi sekarang Amerika sedang krisis.
- Di Indonesia ini, adakah media massa, baik itu cetak maupun elektronik yang isi beritanya bebas dari tangan-tangan kaum liberal? Kalau ada, tolong sebutkan semua yang anda ketahui.
- Peristiwa 11 September sudah jelas didalangi oleh pemerintah Amerika sendiri. Yang jadi pertanyaan, Usamah bin Laden itu kok mengakui kalau beliau pelakunya?
- Sebenarnya, bagaimana sih Eramuslim menyikapi kaum Syiah? Kadang-kadang, saya pernah membaca keterangan bahwa aqidah mereka itu sudah di luar Islam, tapi kadang-kadang Eramuslim masih menambahi kata "Muslim" di depannya. Saya tahu kalau pertanyaan semacam ini justru semakin memecah belah umat Islam. Tapi tak apalah, cuma ingin tahu saja.
- Di mana saya bisa mendapatkan buku karya anda yang berjudul "Ketika Rupiah menjadi Peluru Zionis"?
Syukron. Wassalamualaikum wr wb
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Jazakallah atas pertanyaan Bapak yang bernas, kritis, dan buanyak. Sebelum menjawabnya, pertama kali yang ingin saya tekankan adalah jangan panggil saya dengan “Ustadz”. Jujur saja, saya malu jka dipanggil dengan sebutan itu. Terlalu tinggi untuk saya yang masih harus banyak belajar. Saya juga tidak mau terperosok jadi semacam “thagut”, karena fenomena seorang ustadz jadi “thagut” kini sudah mulai kelihatan, walau masih teramat banyak Ustadz yang lurus, salah satu indikasinya adalah semua yang dikatakan adalah sabda pandhita ratu, tidak boleh dibantah, bawahannya harus mendahulukan thoat dan tsiqah ketimbang paham dahulu. Padahal, ketaatan hanya boleh diberikan seorang Muslim kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Itu tauhid yang benar. Kepada sesama manusia, berlaku prinsip fahmu qabla thoat. Jadi, panggil saya dengan nama saja. Itu sudah cukup.
Yang kedua, karena pertanyaan Bapak banyak, jawabannya tentu lebih banyak lagi, maka jawaban Bapak akan saya cicil dalam beberapa jawaban. Boleh kan Pak?
Untuk pertanyaan pertama, pembela atau pelayan kepentingan Zionis di negeri ini sama sekali tidak bisa kita generalisir dari apa agama yang dianutnya. Saya kenal beberapa orang non-Muslim di negeri ini yang bersimpati pada perjuangan Palestina dan anti dengan Zionisme. Dan kita juga sama-sama tahu, betapa banyak orang yang KTP-nya Islam, bahkan ada yang mengaku-aku sebagai “Kiai Haji”, namun tanpa malu membanggakan diri sebagai kacung Zionisme. Kita juga bisa menyaksikan betapa banyak saudara-saudara kita yang berjilbab atau yang berjanggut dengan dahi hitam bekas sujud, ditambah dengan celana panjang yang kependekan, yang masih saja jahil membelanjakan uangnya membeli produk-produk (memberi keuntungan finansiil) Zionis-Yahudi. Ini sama saja mereka menjadi donatur bagi Zionis-Yahudi.
Di negeri ini belum ada tokoh Islam di lingkaran elit kekuasaan yang dengan tegas menyatakan diri sebagai musuh Zionis dan istiqomah di dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Yang ada, mereka hanya meneriakkan bela Palestina, namun dalam kehidupan keluarga dan pribadinya mendewa-dewakan segala hal yang sesungguhnya berasal dari ideologi Yahudi. Penyakit cinta dunia berlebihan: mengoleksi mobil mewah, membangun rumah bagaikan istana, lebih suka bepergian di mall, dan makan-makan di hotel besar, merampok dan menipu di jalan tuhan, merupakan cara kehidupan yang memang diinginkan oleh Yahudi. Kecintaan berlebihan terhadap dunia pasti akan melunturkan ruh jihad yang semestinya menjadi tulang punggung dan nafas kehidupan umat ini.
Perjuangan menegakkan al-haq, membela Palestina salah satunya, merupakan perjuangan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bersih kehidupannya, walau mungkin sumbangan materi dari orang seperti ini kecil, namun nilai barokahnya sangatlah besar di sisi Allah SWT. Beda dengan orang yang hidup bergelimang harta dari sumber yang tidak jelas halal-haramnya, walau dia menyumbangkan uang yang banyak untuk Palestina, namun tentu tidak ada barokah di dalamnya. Al-haq hanya bisa dibangun dan dihidupi oleh harta yang halal dan thayib, sama sekali tidak boleh berasal dari harta yang sumbernya tidak jelas, apalagi harta yang haram. Ini sama saja dengan pertanyaan: bolehkan kita membangun masjid dari uang hasil merampok atau menipu. Tentu tidak boleh, bukan?
Ini dulu jawaban pertama saya. Nanti akan saya sambung lagi di dalam jawaban kedua. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.