Saya hanya pemuda muslim, yang masih belum paham harusnya kita berlaku. Adalah negara kita, negara dimana penduduk muslim paling besar (jumlahnya) di dunia, dan kebetulan saya berada di sebuah kota yang mana terkenal dengan kota santrinya. Sungguh bersyukur bagi saya, bilamana kehidupan islami tergambar di dunia sehari-hari saya. Akan tetapi, itu semua bagi saya hanya belaka, menyedihkan sekali bilamana melihat para muda-mudi seumuran saya, bahkan masih muda usianya, tetapi sudah akrab antara laki-laki dan perempuan, berpacaran di tempat sepi, bahkan di tempat umum, dan yang membuat saya kaget, tidak ada perbedaan bagi kaum wanita yang berjilbab atau tidak, semua saling berboncengan dengan rekatnya (maaf, bila bahasa saya kasar) kesana kemari, yang jelas-jelas bukan muhrimnya, itu satu contoh kecil, di antara banyak lain yang saya temukan dan lebih menyedihkan.
Apakah yang harusnya kita perbuat Pak, sedangkan kehidupan penuh maksiat dan zina sudah menjalar di negeri ini, dan hukum bagi pelanggar zina adalah RINGAN bahkan TIDAK ADA. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamualaikum. Wr.Wb.
Wa’alaikummusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Saudara Fulan-22 yang mudah-mudahan selalu berada dalam rahmat dan hidayah Allah SWT, Indonesia memang suatu negeri yang terbanyak populasi Muslimnya di seluruh dunia. Jumlah masjid, surau, mushola, mungkin jutaan. Demikian pula dengan jumlah lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren, yang amat banyak. Bahkan beberapa kota di seantero negeri ini dikenal dengan julukan “Kota Santri” atau “Kota Seribu Menara Masjid”. Semestinya kita sebagai umat Islam berbangga dengan ini semua.
Namun apa daya, predikat sebagai “Negeri Muslim mayoritas dunia” ini ternyata tidak mampu menjadikan negeri ini sebagai negeri yang diridhai Allah SWT, yang dilimpahi kedamaian, ketentraman, dimana rakyatnya bisa hidup sejahtera dengan berkeadilan, dan jauh dari segala kezaliman dan cobaan. Berbagai musibah terjadi, bencana alam silih berganti, namun tetap saja penduduknya, terutama para penguasanya, lalai jika manusia diciptakan Allah SWT ini semata-mata hanya untuk menegakkan kalimatullah, menegakkan syariat Islam, dan bukan lain.
Adalah lucu, negeri mayoritas Muslim dunia ini mengizinkan ikon majalah porno dunia “Playboy” beredar di tanahnya, adalah lucu ketika negeri mayoritas Muslim ini bisa-bisanya mengirim perempuan mudanya untuk bugil berbikini ria di atas panggung dan dinikmati jutaan pasang mata kaum kuffar dalam acara Miss World tiap tahun, adalah lucu saat negeri Muslim terbesar dunia ini menempati ranking paling atas dalam negara terkorup seluruh dunia, adalah lucu ketika negara Muslim mayoritas dunia ini ternyata juga amat gemar berutang kepada lembaga ribawi terbesar dunia—World Bank dan IMF, dan amat lucu pula pemimpin negeri mayoritas Muslim terbesar dunia ini mau-maunya menerima kedatangan “anak Dajjal” – Presiden AS dengan amat sangat akrab dan penuh loyalitas beberapa tahun lalu. Jelas, ada yang salah dengan semua ini!
Apalagi dalam Pemilu kemarin—terlepas dari indikasi kecurangan yang ada—mayoritas rakyat di negeri ini memilih kelompok Neo Liberal sebagai pemimpinnya. Padahal kelompok Neo Liberal sudah amat sangat jelas adalah pelayan-pelayan setia dari jaringan Dajjal Internasional yang berada di dalam Freemasonry, Illuminaty, Bilderbeger The Round Table, Bohemian Groove, Trilateral Commission, dan sebagainya. Kenyataan ini membuktikan secara tegas dan jelas jika mayoritas Muslim di negeri ini tidak lagi menjadikan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup tertingginya.
Apalagi sudah jelas jika dalam segala urusan yang mengangkut persoalan orang banyak, Islam hanya mengenal Syuro, dan tidak mengenal sistem contreng, nyoblos, dan sebagainya. Jika ada orang Islam yang sampai-sampai bangganya dengan Demokrasi, bahkan menyatakan “Menikmati Demokrasi” dan menyatakan “Islam sudah ketingalan zaman” maka itu jelas sudah sesat-menyesatkan. Sama saja dengan orang yang menyatakan jika persoalan menutup aurat merupakan sekadar persoalan secarik kain doang. Ini sebuah kebebalan yang nyata.
Menjadi kewajiban semua umat Islam-lah untuk menegakkan syariat Islam di mana pun berada. Ini fardhu ’ain. Namun jika para tokoh Islam yang ada di parlemen dan pemerintahan sekarang ini sudah alergi dengan penegakan syariat Islam, sudah malu dengan identitas keislamannya, dan sudah terlena dengan ideologi buatan manusia, maka tinggalkanlah mereka. Sekarang ini, belum ada satu pun partai politik yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia. Sebab itu, tinggalkanlah mereka semua dan jangan ikut-ikutan permainan Dajjal yang sesungguhnya menipu tersebut.
Apa yang harus kita perbuat jika kenyataannya memang menyedihkan begitu?
Pertama, kita harus belajar dan mendalami Islam kepada guru atau ustadz yang benar. Bukan kepada guru yang belepotan lumpur politik, bukan kepada guru yang mengajak ngebom sana-ngebom sini, bukan kepada guru yang baru saja bertemu langsung bertanya pada kita, “Sudah berapa orang yang bisa kamu rekrut?”
Belajarlah kepada guru atau ustadz yang ketika pertama kali bertemu menanyakan sudahkah kita mengerjakan sholat tahajud, puasa Senin-Kamis, sholat Dhuha, atau sudahkah tambah hafalan kita. Insya Allah, ustadz yang demikian akan menuntun kita ke jalan yang benar.
Kedua, tingkatkanlah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan banyak-banyak membaca buku. Tinggalkanlah atau sedikitkan waktumu untuk menonton teve, main Fesbuk, Twitter, Chatting, dan yang sebagainya. Termasuk menyedikitkan menghafal atau mendengarkan nasyid (apalagi nyanyian yang lain), karena ini pun tidak dianjurkan. Semua itu hanyalah pekerjaan membuang-buang waktu.
Hadirilah kajian-kajian agama dan keilmuan lainnya yang bisa meningkatkan ilmu dan wawasan kita dan tinggalkanlah majelis-majelis partai politik karena yang ini sama sekali tidak ada gunanya sekarang.
Ketiga, buatlah jaringan sosial dengan orang-orang alim, mereka yang saling nasehat-menasehati dalam Islam, dan saling menganjurkan untuk berbuat kebaikan.
Keempat, hidupkanlah Islam dan jangan sekali-kali hidup dengan menjual Islam. Janganlah jadi pedagang umat. Allah SWT Maha Tahu apa yang tengah kita lakukan. Banyak orang ber-KTP Islam sekarang ini yang menjual ayat-ayat Allah SWT dengan harga amat murah, ditukar dengan kelezatan kehidupan dunia yang fana. Sehingga tanpa risih sedikit pun mereka tega mempermainkan perintah Allah SWT dan mengatakan sesuatu tanpa ilmu yang haq. Islam sudah ketinggalan zaman-lah, jilbab hanya sekadar persoalan secarik kain-lah, dan sebagainya.
Kelima, jangan pernah merasa takut sedikit pun jika Anda sudah melakukan ini semua dan banyak orang menganggap kita aneh, bahkan menyatakan jika kita sendirian. Teruslah berjalan di atas rel Islam yang lurus, walau mungkin itu berarti kita sendirian. Ingat, Allah SWT itu pun sendirian, dan kesendirian Allah SWT itulah kekuatan-Nya. Jalan para Nabi adalah jalan sunyi yang penuh dengan onak dan duri. Semoga Allah SWT selalu memudahkan segala urusan kita semua dan membimbing hati kita agar selalu berada dalam jalan-Nya yang lurus. Wallahu’alam bishawab. Wassalammua’alikum warahmatullahi wabarakatuh.