Assalamulaikum Wr Wb.
Di sebuah berita salah satu stasiun teve swasta, pada setiap hari mulai awal ramadhan pada akhir berita selalu ditampilkan arti Jihad melalui sebuah cerita, seperti contoh menampilkan sosok seorang Ayah yang hanya bekerja sebagai kuli panggul harus menghidupi keluarganya, diakhir penampilan ada pemaparan dari DR. Qurais Shihab, seolah-olah dia ingin bicara, ini lho jihad yang sebenarnya.. apakah benar contoh yang diangkat oleh tanyangan tersebut adalah jihad yang sebenarnya?
Terima kasih
Wassalamualaikum Wr Wb
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Salah satu pilar kekuatan umat Islam sejak dulu hingga di hari akhir nanti adalah jihad. Hal ini sangat dipahami oleh musuh-musuh Allah Swt sehingga untuk bisa mengalahkan umat Muhammad Saw ini, mereka pun berusaha menghantam dan menghancurkan hakikat jihad. Salah satunya dengan menyelewengkan hakikat jihad menjadi sekadar “berusaha dengan bersungguh-sungguh”. Mereka mengatakan hal itu dengan beralasan jika akar kata “jihad” adalah “mujadalah” yang memang berarti bersungguh-sungguh.
Jihad berasal dari bahasa al-Qur’an. Jadi pemahamannya juga harus Qur’ani. Bukan sekadar bahasa Arab di mana orang-orang seperti Abu Lahab dan para pemuka kafirin Quraiys pun menggunakannya. Bahasa boleh sama namun kedalaman makna dan hakikat sangatlah beda. Walau sama-sama berbahasa Arab, namun apa yang keluar dari mulut seorang Abu Lahab atau seorang pemuka kafirin Quraiys, dengan apa yang keluar dari mulut Rasulullah Saw dan para shahabatnya tentulah berbeda sekali. Bagai langit dengan dasar jurang samudera.
Para ulama shalafus-shalih sejak dahulu hingga sekarang tidak ada berbantahan-pendapat soal pengertian jihad, yakni Berperang di Jalan Allah Swt dengan niat yang satu: Hidup mulia atau Mati Syahid. Jadi bukan sekadar bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu. Jihad memiliki berbagai tingkatan. Bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu mungkin berada di tingkatan yang lebih rendah, sedangkan jihad tertinggi adalah Qital atau Jihad fi Sabilillah, Berperang di jalan Allah Swt.
Namun jika ada ulama yang mengatakan bahwa jihad merupakan sekadar bersungguh-sungguh, maka tentu saja itu hal itu memperlihatkan fakta kepada kita jika orang itu tengah melayani kepentingan musuh-musuh Allah Swt. Dalam menghancurkan salah satu pilar kekuatan umat ini yang bernama Jihad.
Kejayaan dan harga diri umat Muhammad Saw ini sejak dulu senantiasa ditegakkan dengan Jihad fi Sabilillah. Sebagaimana risalah tentang Jihad yang ditulis Asy-Syaid Abdullah ‘Azzam, seorang doktor yang memilih tinggal di gua-gua bersama para mujahidin dalam memerangi kafirin Uni Soviet dan membebaskan bumi Allah Swt bernama Afghanistan dari pendudukan kaum yang tidak percaya tuhan tersebut.
Namun di kalangan umat Islam sendiri, jihad juga sering di salah artikan. Membom orang-orang sipil yang tidak bersalah, seperti yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, merupakan contoh kesalahan tafsir tentang jihad fi sabilillah. Islam adalah agama keadilan dan benci dengan kezaliman. Sebab itu, Islam pun mengatur tentang tata cara berperang dan tetap harus memenuhi kaidah keadilan. Islam melarang umat-Nya untuk merusak pepohonan, membunuh perempuan, anak kecil, dan orang lanjut usia yang bukan kombatan.
Jika umat Islam diperangi dengan serangan pemikiran atau serangan budaya, maka kita juga harus melawannya dengan pemikiran dan budaya islami. Jika umat Islam diserang dalam sisi pemikiran, maka kita hadapi dengan pemikiran pula. Dan jika umat Islam diperangi dengan bom dan senjata api, maka perangilah mereka pula dengan bom dan senjata api juga.
Umat Islam di Indonesia memang sedang dalam situasi diperangi oleh musuh-musuh Allah Swt. Namun sampai sekarang, senjata yang mereka pakai masih berupa serangan budaya, ekonomi, dan pemikiran, maka kita pun wajib melawannya dengan senjata yang sama.
Musuh-musuh Allah Swt di Indonesia kini berkumpul di dalam kelompok besar yang dimotori oleh kaum Neo-Liberal (Neolib) yang jelas-jelas merupakan budak dari kepentingan Dajjal yang berpusat di Washington. Sebab itu, mereka dan para pendukungnya harus diingatkan dan disuruh bertobat. Jika mereka tidak mau ya baru dilawan sesuai dengan senjata yang mereka pakai terhadap kita. Serangan budaya dihadapi dengan budaya, serangan ekonomi dihadapi dengan ekonomi, dan jika mereka menyerang dengan bom, baru kita melawan mereka dengan bom.
Jika ada yang bertanya, bukankah sekarang ini di dalam kubu Neolib juga ada orang yang mengaku pembela Islam? Maka kita harus belajar sejarah jika dulu pun Firaun memiliki barisan para pendeta yang menggunakan agama mereka untuk menegakkan sistem Firaunik. Jadi, agama yang diperlihatkan mereka hanya sekadar lips-service atau alat jualan, bukan dalam hakikat sebenarnya. Untuk kelompok yang seperti ini pun kita harus doakan supaya segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar dan lurus. Semoga mereka tidak terjerumus lebih jauh ke dalam sistem Dajjal yang sungguh-sungguh mencelakakan.
Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.