Assalamualaikum, Mas Rizki
Saya sampai sekarang bingung melihat posisi Mesir dan Arab Saudi dalam konflik Palestina vs Israel.
Dalam Operasi Cast Lead yang lalu marak diberitakan bahwa ada kedutaan Israel di Mesir, dan sudah jamak diketahui umum bahwa Arab Saudi bersahabat erat dengan Amerika Serikat yang sehidup semati dengan Israel.
Pertanyaan saya: kalau memang Mesir dan Arab Saudi bersahabat dengan Israel, bagaimanakah kita sebagai muslim harus bersikap? Ini saya tanyakan mengingat kedua negara tersebut memiliki kedudukan yang sangat penting bagi dunia Islam: Universitas Al-Azhar ada di Mesir dan Ka’bah terdapat di Arab Saudi.
Jika selama ini gencar ada ajakan boikot produk yang mendukung Zionisme, akankah nanti juga ada boikot bersekolah ke Al-Azhar dan boikot ibadah haji?
Sebenarnya apa motivasi Mesir dan Arab Saudi menjalin hubungan dengan kaum Yahudi?
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Mas Arif yang senantiasa dirahmati Allah SWT, Saudi dan Mesir memang dekat dan bersekutu dengan Amerika Serikat dan juga Zionis-Israel dalam banyak hal, terutama dalam politik regional di kawasan Dunia Arab. Hal ini sebenarnya tidak aneh. Kerajaan Saudi sendiri dalam sejarahnya memang terbentuk atas campur tangan seorang perwira Yahudi Inggris bernama Terrence Edward Lawrence dan Mesir sejak Anwar Sadat terbunuh memang dikendalikan oleh Yahudi lewat AS.
Dalam kasus Pembantaian Gaza beberapa bulan lalu, baik Saudi maupun Mesir memang berada di belakang tentara Zionis-Israel, karena mereka tidak suka pada HAMAS dan lebih bersahabat dengan Mahmoud Abbas plus Fatah-nya yang memang juga pelayan dari kepentingan Zionis-Yahudi. Istilahnya, satu koalisi.
Namun harus diingat jika sikap politik tersebut hanya dilakukan oleh para elit negara dan elit kerajaan, sedangkan rakyatnya masih punya nurani dan bersikap sebaliknya. Sebab itu di Mesir, sejak dahulu hingga kini berkali-kali terjadi penangkapan terhadap Ikhwan, ormas Islam terbesar di sana. Dan di Saudi, elit kerajaannya sampai sekarang berusaha membangun Mekkah modern dengan cetak biru yang mirip Vatikan dan sebagainya.
Sebagai Muslim kita harus bersikap adil dan tegas. Adil dalam memandang suatu persoalan, dan tegas dalam membela yang haq dan melawan kebathilan. Boikot terhadap Al-Azhar dan Kab’ah gara-gara penguasanya menjadi sekutu Zionis tentu bukan tindakan yang bijak. Yang perlu adalah menumbangkan elit negaranya dan menggantinya dengan seorang Muslim yang baik. Saudi Arabia harus diubah menjadi kekhalifahan, karena bentuk kerajaan atau Monarkhi Absolut seperti yang ada sekarang ini di Saudi Arabia tidak sejalan dengan Sunnah Rasulullah, suatu bidah yang besar. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Muslim seluruh dunia.
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW berali-kali menegaskan jika orang Yahudi itu tidak bisa dipercaya, sombong, takabur, fasik, dan sebagainya, namun tetap saja penguasa dan elit negara Mesir serta Saudi bersekutu dengannya. Motivasinya? Ini jawaban muda.
Sejak zaman kekuasaan kaum Quraisy serta para Firaun, motivasi utama untuk meninggalkan ajaran agama yang haq yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Inodnesia sekarang ini, selalu saja ada tiga: Harta, Tahta, dan Wanita. Jika seseorang itu sudah memiliki syahwat yang besar terhadap ketiganya, maka bukan mustahil dia rela merobek-robek agamanya untuk menambal dunia. Atau memperalat dalil-dalil agama namun niatnya untuk menggapai kenikmatan duniawi. Istilah lugasnya: Menjual agama dan umat-Nya demi mendapatkan segala kelezatan duniawi. Ini terjadi di mana-mana pula. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.