Di rumah sakit secara tak sengaja, kami melihat sekumpulan orang yang tengah mengerubuti seorang kakek, ternyata kakek tersebut sedang bercerita duka bahwa kondisi sang istri mengalami penyakit ‘langka’, yang mana harus menangis sebagai obatnya. Namun si nenek tetap belum bisa menangis meski telah diupayakan cara-cara tradisional dan obat dari dokter, yang keluar dari mata terkadang adalah tetes darah atau seperti nanah, naudzubillahi minzaliik.
Menangis dalam arti keluarnya air mata sebagai ungkapan hati ternyata adalah aktivitas menyehatkan, bahkan semua bayi yang baru lahir selalu ‘dinantikan’ tangis pertamanya sebagai tanda organ pernafasannya telah berfungsi dengan baik.
Dalam sebuah tulisan Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim—Sehari Di Kediaman Rasulullah SAW, Dari Anas bin Malik radhiallaahu’anhu, ia berkata, “Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya.” (HR. Al-Bukhari)
Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma’ binti ‘Umeis radhiallaahu ‘anha —istri Ja’far bin Abi Thalib— menuturkan, “Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?” Beliau SAW menjawab, “Sudah, dia telah gugur pada hari ini!” Mendengar berita itu kami pun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata, “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.” (HR. Ibnu Sa’ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita bahwa tangisan adalah suatu hal lumrah dalam pengungkapan kasih sayang. Ketika air mata Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasalam menetes menangisi gugurnya para syuhada tersebut, Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiallaahu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda menangis?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab,“Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta’ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta’ala hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang.” (HR. Al-Bukhari)
Ketika air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf radhiallaahu ‘anhu bertanya kepada beliau, “Apakah Anda juga menangis, wahai Rasulullah?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab,“Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnul Jauzi dalam bukunya, Samudera Air Mata juga menggoreskan pesan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah mata seseorang menitiskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka…"di hadits yang lain beliau SAW juga bersabda tentang sepasang mata yang takkan tersentuh api neraka, yaitu mata yang senantiasa menangis di waktu malam karena takut kepada Allah, dan sepasang mata yang menjaga pasukan fi sabilillah di waktu malam.
Namun, meskipun ada jaminan indah seperti itu, tak banyak orang yang menempuh jalan keselamatan tersebut. Kebanyakan manusia lebih memilih tenggelam dalam hingar bingar dunia yang fana dan melalaikan. Alangkah beruntung umat muslimin yang telah diberitakan tentang keselamatan diri karena Rahmat-Nya atas air mata taubat kala penyesalan diri sepanjang waktu. “…Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur [24] : 31)
Demikian pula momen berbagi hikmah yang dicurahkan oleh sisterku, Ummu Fatma, beliau di hari cerah itu mengingatkan akan pentingnya kesehatan jiwa raga, termasuk kesehatan mata kita. Bahwa di depan komputer dan duduk terus-menerus, juga ketika bekerja di rumah dengan tugas yang memang menumpuk, kondisi jantung, tekanan darah, dan memori serta daya konsentrasi kita akan berubah-ubah. Maka saat jeda waktu sholat, beliau sarankan pula untuk memiliki ‘stok’ camilan sehat yang dinikmati usai kewajiban sholat, lima makanan penting itu adalah kenari, popcorn, coklat murni, buah-buahan (bisa juga mencampur beberapa jenis buah disiram susu), serta segelas teh hijau plus madu. Dan tidaklah melewatkan hari tanpa tetes air mata, terutama ketika bersujud kepada-Nya atau saat mengalunkan ayat-ayat-Nya tatkala kita merasakan bahwa usia diri ini hampir berakhir.
Di negara-negara maju pun sudah ada ahli ‘air mata’, Bahkan, para ahli juga percaya kalau menangis bisa menyembuhkan sakit dan meningkatkan kadar hormon adrenalin. "Menangis adalah pelepasan emosi yang paling tepat saat kita tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata," kata Dr Simon Moore, psikolog dari London Metropolitan University. Menurut Profesor William Frey, ahli tangis dari Amerika, air mata yang dikeluarkan saat kita sedang emosional mengandung hormon penyebab stress sehingga bisa membuat perasaan lebih plong. Menangis juga diketahui bisa menurunkan tekanan darah dan denyut nadi. Selama dan setelah menangis kita akan menarik nafas dalam-dalam sehingga kadar oksigen dalam darah meningkat. Hal ini akan membuat mental dan fisik terasa lebih kuat. Selain itu, si air mata bermanfaat untuk mencegah dehidrasi pada membran mata, membunuh kuman atau bakteri yang masuk ke mata, mengeluarkan racun-racun, serta menghindari depresi. Subhanalloh…
Ummu Fatma berkisah bahwa saudarinya yang tampak tenang dan tetap jelita di usia manula tidak pernah menunjukkan kesedihan dan air mata di hadapan orang lain. Meskipun betapa berat ujian-Nya yang harus diemban, bahwa anak-anak yang telah dirawat dan dibesarkannya, satu-persatu diambil kembali ke haribaan-Nya, jua sang suami tercinta telah berpulang sekian tahun lalu. Namun, “rahasia” air mata saudari kita itu adalah bercucuran di kala mengadu ke hadapan Sang Pencipta. Hanyalah Allah ta’ala tempat kita bersandar, tempat mengadu dan tempat memohon segala kekuatan diri.
Hingga saya amat tersentuh dengan kalimat penutup yang merupakan pesan dari saudari Ummu Fatma tersebut, bahwa “Jangan pernah berputus asa akan rahmat Allah, ‘Saya ingin meninggalkan dunia dengan kelapangan dada, Allah di pikiran saya, Sunnah rasul-Nya di jantung saya, Al-Qur’an di lidah saya, dan sisa kucuran air mata di kelopak mata saya!’ Insya Allah,amiin…”. Amiin ya Robbi.
Air mata sering juga mengalir ‘tiba-tiba’ akibat sentuhan jiwa nan lembut. Satu cerita dari Mbak Tuti, seorang senior di masa kuliah bahwa dahulu ketika suatu malam, mendadak ia terbangun dan merasa ingin menangis. Setelah berwudhu dan qiyamullail, maka tangisnya makin menjadi. Ia merasakan kerinduan yang luar biasa kepada Ilahi, jua kepada saudarinya yang jauh. Entah datang dari mana, perasaan membuncah dan dada terus bergemuruh, hingga tangisannya terus-menerus membasahi sajadah, alhasil meski mata sembab, ada kelegaan hati yang amat menentramkannya. Subhanalloh! Paginya ketika ia menyampaikan rasa rindu dengan menelepon sang saudari di luar kota, ternyata gayung bersambut, saudarinya itu bilang bahwa semalaman ia memikirkan mbak Tuti pula, dan menguntai do’a serta merasakan kerinduan yang sama. Begitulah kekuatan do’a dalam ukhuwah nan indah, seolah antar-jiwa saling bicara.
Terdapat riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya “Sesunguhnya seorang mukmin tercipta dalam keadaan Mufattan (penuh cobaan), Tawwab (senang bertaubat), dan Nassaa’ (suka lupa), (tetapi) apabila diingatkan ia segera ingat.”(Silsilah Hadits Shahih No. 2276).
Maka sebagai hamba-Nya yang senantiasa memetik pelajaran, janganlah kita bermalu meluapkan emosi dengan air mata di hadapan-Nya. Pelangi peristiwa sehari-hari ada kalanya senang, susah, tawa dan sedih. Justru kesulitan menangis ternyata membuahkan penyakit. Dan jangan pula kita ikuti tangisan palsu para tokoh drama atau sinetron, sebab tangisan yang pura-pura tentu tak akan melegakan hati serta malah menjatuhkan harga diri.
Alangkah mirisnya melihat peristiwa Miss X yang mondar-mandir ‘menjual air mata’ agar dikasihani banyak orang, cobaan hidup dijadikannya sebagai sarana memelas dan mengemis kasih tanpa memandang kehalalan rezeki. Padahal satu-satunya tempat kita memohon kasih sayang adalah Sang Pemilik Jiwa. Seorang saudariku, Ummu Hasan juga pernah berbagi pesan bahwa sebagai sikap meneladani baginda Rasulullah SAW, air mata yang mengaliri wajah kita hendaklah merupakan air mata taubat atau penyesalan, bersumber dari ketulusan hati, memang hati yang lunak merupakan nikmat anugerah-Nya, bersujud pada-Nya memohon ampunan dan bertekad tak mengulangi dosa nan lampau. Serta ‘mumpung’ masih muda, berpeluh dan berair mata deras adalah hal biasa dalam berjuang, jangan sampai di masa tua malah menyesali diri yang tidak mengoptimalkan kualitas usia muda. Perbanyak menangis di masa hidup dengan tetap diiringi rasa optimis bahwa cita-cita esok hari akan dapat diraih atas izin-Nya, jangan sampai menangisi diri di hari perhitungan kelak akibat terlupa bermuhasabah. Terima kasih duhai Ilahi, air mata kami ternyata adalah anugerah-Mu yang amat besar.
Seorang mukmin dengan taubatnya, berarti telah mewujudkan makna salah satu sifat Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu sifat yang terkandung dalam nama-Nya: Al-Ghaffar (Dzat yang Maha Pengampun). Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, kemudian tetap di jalan (petunjuk) yang benar.” (QS. Thaha [20] : 82).
Wallohu’alam bisshowab.
by : bidadari_Azzam
(bidadariazzam.blogspot.com/ @Krakow, 23 mei 2011)