Setelah kembali dari Khotan, aku melihat orang yang sama. Ia tengah berbaring di atas kasur jerami di sebuah tempat peristirahatan dekat Peshawar. aku berkata pada diriku sendiri, “Bila waktu lalu aku masih mentah, maka sekarang sudah dewasa.”
Aku memegang jubahnya, yang ternyata sangat biasa –kendati di baliknya aku melihat sesuatu kilau hijau.
“Anda pasti Khidr,” kataku padanya, “Tetapi aku harus tahu bagaimana orang yang tampak biasa seperti Anda menunjukkan keajaiban-keajaiban … dan mengapa. Jelaskan keahlian Anda padaku, agar aku dapat melakukannya pula.”
Ia tertawa, “Engkau tidak sabar, temanku! Waktu lalu engkau terlalu keras kepala –dan sekarang masih keras kepala. Pergilah, ceritakan pada siapa pun yang engkau jumpai bahwa engkau telah bertemu Khidr Ilyas; mereka akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa, dan semakin bersikeras bahwa engkau benar, mereka akan semakin mengikatmu.”
Kemudian ia mengambil sebuah batu kecil. Aku menatapnya — dan mendapatkan diriku lumpuh berubah seperti batu, sampai ia mengambil tas-pelananya dan berlalu.
Ketika aku ceritakan kisah ini, orang-orang tertawa atau menganggapku tukang cerita, dan memberiku hadiah. [sdo]
Dinukil dari Idries Shah dalam bukunya yang berjudul The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul “Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma’rifat”.