Waktu itu giliran saya dan Chandra mengerjakan praktikum ini. Maka kami berbagi tugas. Chandra menyiapkan lauk sayuran berkuah khas Nepal beserta salat yang menjadi kebiasaan orang Jerman, dan saya yang menyiapkan bagian karbohidratnya, maksudnya nasi, roti, dan sejenisnya. Waktu itu saya mengambil pilihan itu karena beralasan saya tidak pandai memasak. Saya pun berpikir hendak menyajikan apa pada praktikum kami nanti. Saya ingin menu yang khas Indonesia tetapi relatif mudah cara membuatnya. Muncullah ide untuk membuat nasi goreng saja.
Kisah
Sisi Lain Ilmuwan Jerman (4)
Ketika pertama kali hendak meeting dengan Bert, maka saya bertanya pada Martin, supervisor saya di institut, bagaimana menghadapi Bert. Maka ia hanya menjawab bahwa Bert tidak suka dengan cerita yang panjang. Martin hanya katakan, "Jangan lebih dari 10 menit bicara dengannya.“ Ketika mendengar perkataan Martin itu, dalam hati saya malah senang, karena saya sendiri memang tidak suka berlama-lama dan rasanya 10 menit pas bagi saya.
Sisi Lain Ilmuwan Jerman (3)
Seorang pimpinan institut bisa begitu mudah mengobrol dengan teknisi bahkan dengan mereka yang tugasnya lebih sederhana dari itu. Bila suatu saat saya ke ruangan Dr. Steinberger dan dia sedang rapat, maka saya hanya berkata pada sekretarisnya bahwa saya akan kembali lagi. Tetapi tidak jarang Dr. Steinberger yang malah mendatangi ruangan saya dan menanyakan keperluan saya.
Sisi Lain Ilmuwan Jerman (2)
Saya pun memberi perumpamaan mengenai orang yang diundang pada acara yang megah dan mewah, dan orang yang mengundang adalah orang yang dihormatinya. Nah sekarang apakah orang yang diundang itu kelak punya pendirian bila suatu saat harus mengundang orang yang dihormati ini dalam acara yang hanya sederhana dan tidak berlebih-lebihan, walau uang untuk itu tersedia. Maaf, boleh saja kita berpendapat bahwa kita harus menghormati tamu. Tetapi bagi saya adalah penting juga bagi tamu untuk menghormati pilihan sang tuan rumah bila sang tuan rumah punya selera yang berbeda dengan dia.
Sisi Lain Ilmuwan Jerman (1)
Dr. Steinberger adalah orang yang selalu datang terlalu awal untuk setiap kuliahnya. Jika saya tiba di Energielabor, dia sudah duduk di kursi pengajar, laptopnya sudah terhubung dengan LCD projector, dan LCD itu sudah dalam keadaan stand by dan siap digunakan. Padahal kelas masih sepi. Pernah saya bertanya pada Ian, teman kuliah saya dari Amerika, siapa menurutnya dosen kami yang bahasa Inggrisnya paling bagus. Maka jawaban dia yang pertama adalah Dr. Steinberger dan kemudian Dr. Blum.
Berbeda ? Untuk Saling Mengenal (5)
Ia bilang saya mirip dengan Kwini. Kwini sendiri juga sudah menikah, hanya ketika terakhir bertemu dengannya ia masih belum memiliki anak. Ia bertanya apa yang menyebabkan saya begitu yakin untuk menikah di usia muda. Maka saya hanya menjelaskan pemahaman pribadi saya tentang apa itu cinta, bagaimana menghadapinya, dan bagaimana solusi menurut keyakinan yang saya pegang. Saya hanya menceritakan pengalaman pribadi saya. Saya katakan bahwa saya menikah itu karena saya memang berencana untuk menikah. Ia malah heran mengapa perlu rencana untuk menikah. Saya malah balik bertanya, kapan dia hendak menikah. Kemudian saya katakan bahwa kalau tidak direncanakan ya berarti tidak akan dipikirkan. Kalau tidak dipikirkan ya berarti nanti malah terabaikan.
Berbeda ? Untuk Saling Mengenal (4)
Ya, Herr Scholl ini amat baik orangnya. Ketika hari di mana saya berangkat ke Juelich, saya sendiri sudah menyiapkan dua kopor saya, dan sudah berencana untuk berangkat dengan bis ke stasiun kereta. Waktu itu Herr Scholl baru bangun dan masih terlihat memakai pakaian tidur, karena memang saya hendak mengambil kereta pagi. Maka melihat saya yang sudah rapi dan siap, ia kemudian berkata pada saya apakah masih ada waktu menunggu dia untuk mandi dan bersiap sehingga diantar olehnya. Maka saya pun menjawab bahwa ada cukup waktu. Saya pun diantar dengan mobilnya hingga ke stasiun.
Berbeda ? Untuk Saling Mengenal (3)
Selesai dari urusan kamar ini, maka Herr Scholl memanggil seluruh penghuni kamar. Waktu itu hanya ada tiga orang di WG ini, Jan, Christina, dan Judith. Di kemudian hari saya mengetahui bahwa total penghuni adalah enam orang termasuk saya. Ketika saya tidak membalas uluran jabat tangan Judith dan Christina, Herr Scholl bertanya pada saya apakah memang mengatupkan tangan itulah cara salam saya. Saya hanya menjawab singkat alasannya, bahwa ada aturan Islam dalam menyentuh wanita dan saya adalah seorang muslim.
Berbeda ? Untuk Saling Mengenal (2)
Di asrama saya merenung, saya harus mengambil keputusan tegas, jadi membawa keluarga atau tidak. Saya harus segera membuat keputusan karena apapun keputusan saya amat berpengaruh bagi keadaan tempat tinggal saya dan bisa mengganggu kuliah jika ini tidak tuntas. Maka setelah saya pikir-pikir rasanya saya harus menerima kenyataan bahwa rasanya tidak memungkinkan bagi saya untuk membawa keluarga.
Berbeda ? Untuk Saling Mengenal (1)
Ketika saya masih sekolah di Bandung, waktu itu saya berada di angkot bersama teman saya. Saya katakan pada teman saya bahwa sopir angkot ini adalah sopir favorit saya. Teman saya itu malah heran kok bisa-bisanya saya menghafal sang sopir. Saya tentu punya alasan tetapi waktu itu tidak saya utarakan alasan saya kepada teman saya ini, saya hanya mengatakan bahwa ia memang sering mengemudikan angkot dari tempat kos saya. Sebenarnya ada tiga alasan kenapa saya begitu mengingat sang sopir.
- Sebelumnya
- 1
- …
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- …
- 16
- Berikutnya