Hibal (plural) dalam dua ayat ini oleh para mufasir ditafsirkan sebagai tali, yakni tali yang terlihat oleh mata manusia. Tali-tali tersebut dengan pengaruh sihir mereka tampak seperti ular-ular yang bergerak dan menjalar untuk menakuti Nabi Musa. Akhirnya, berkat mukjizat yang diberikan Allah, Nabi Musa melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular besar yang memakan ular-ular penyihir Firaun. Ini membuktikan betapa sihir tidak akan dapat mengalahkan mukjizat Allah.
Nabi Musa agak takut dan ragu untuk bernegosiasi dengan Firaun dan para pejabatnya. Sementara ulama mengatakan bahwa Musa bukannya ragu untuk menjalankan misi tersebut. Ia sangat yakin akan perintah dan janji Allah, hanya saja ia belum sepenuhnya mendalami apa yang Allah bebankan kepadanya.
Lebih-lebih, Musa sedang mempunyai masalah yang belum terselesaikan dengan Firaun saat itu. Musa dikejar-kejar tentara Firaun karena salah seorang anak buahnya mati di tangan Musa. Belum lagi masalah itu selesai, Allah justru memintanya menemui Firaun dan mengingatkannya akan eksistensi Allah.
Karena pertimbangan itu ia menyatakan keberatannya dari sudut manusiawinya, suatu hal yang kemudian dijawab oleh Allah dengan mengijinkan Harun, saudara Musa, untuk ikut dengannya dalam misi ini. (Rol)