Natalia sebenarnya telah merasakan keraguan batin tentang kepercayaan yang dipeluknya. Krisis itu dialaminya setidaknya sejak duduk di bangku sekolah. Dahulu, Natalia sangat menggemari kisah-kisah tentang Nabi Isa. Keimanannya bahkan semakin kuat karena sering melihat ayahnya melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
Akan tetapi, semakin dia mendalami cerita tentang nabi berjuluk al-Masih itu, semakin dia merasa ragu dengan agamanya kala itu. Ketika itu, Natalia memiliki beberapa teman Muslim. Dia telah mengetahui bahwa Tuhan dalam kitab sucinya dan Tuhan dalam Islam memiliki nama yang sama, yaitu Allah. Hanya saja, pelafalannya mungkin berbeda.
Natalia tidak berhenti mencari jawaban atas keraguannya. Dia kemudian melakukan penelitian dengan menguji apakah ajaran pendeta telah sesuai dengan isi kitab suci. Namun, dari semua pendeta yang ditemuinya, tidak ada yang membenarkan pernyataan dalam kitab suci bahwa Isa adalah utusan Tuhan.
Natalia berprinsip bahwa agama itu benar jika isi kitab suci keseluruhan benar karena kitab suci berisi firman Tuhan. Bagi dia, firman Tuhan tidak pernah salah. Jika isi kitab suci saling bertentangan dan salah, kitab itu sudah diubah melalui campur tangan manusia.
“Kedua setiap ayat Alquran itu saling mendukung dan tidak boleh bertentangan. Misalnya, di satu ayat tentang melarang sesuatu, kemudian di ayat selanjutnya jangan sampai membolehkan sesuatu yang dilarang sebelumnya,”ujar dia. Kemudian, dia bersahabat dengan teman Muslim lainnya.
Saking dekatnya, dia sering berdiskusi mengenai kitab suci agama mereka masing-masing. Hal ini juga yang membuatnya lebih mengenal dan mendalami Bibel serta Alquran. Ternyata benar, ada 12 ayat yang ditemukannya di Bibel saling bertolak belakang. Namun, hal ini dianggap waktu itu masih dalam batas kewajaran.
Sebab, perbedaan latar belakang, waktu, bahasa dan tempat penulisan diakui ada. Bagaimanapun, jawaban sebatas itu tidak serta merta menghilangkan keraguannya. Dia yakin betul, seharusnya kitab suci meski dengan latar belakang tempat, bahasa, dan waktu penulisan yang berbeda berisikan hal yang tidak kontradiktif. Sebab, sumbernya satu dan sama saja, yaitu firman Ilahi.
Dari sanalah, dia tidak hanya mulai meragukan ajaran pendeta. Kini, dia mulai merenungkan kembali ihwal kebenaran pada isi kitab sucinya. Untuk itu, Natalia pada saat itu terus mencoba untuk meneliti isi kitab suci.
“Sampai-sampai saya menangis dan berdoa untuk menemukan kebe naran dan meyakini Tuhan itu satu, yakni Tuhan semesta alam yang harus disembah. Namun saat itu saya bingung Tuhan mana yang harus saya sembah, apakah Tuhan yang saya sembah itu sudah benar atau menyembah Tuhan yang salah?” tutur dia.
Saat itu dia berdoa meminta ampun kepada Tuhan karena keraguannya, karena dia tidak tahu dan salah telah menghambakan diri. Karena dia meyakini bahwa dia menghambakan dii kepada Tuhan semesta alam dan eminta untuk ditunjukkan kebenarannya. Setelah berdoa, anehnya ayahnya kemudian menunjukkan ayat kitab suci yang menunjukkan Isa adalah tuhan. Di situ keraguan dia sempat agak berkurang.