“Ketika saya membaca ayat Alkitab Korintus pasal 11 ayat 6 tentang jilbab itu sebenarnya sangat merendahkan bagi wanita. Saya tidak tahu apakah banyak dari Anda telah membacanya tetapi itu mengatakan bahwa jika Anda tidak mengenakan jilbab Anda seharusnya mencukur kepala Anda karena malu dan itu menurut saya cara yang sangat merendahkan,” terangnya.
Sementara Al-Quran memberi penjelasan yang lebih indah bahwa hijab berfungsi untuk melindungi perempuan Muslim. Sang Mualaf terus mencari tahu dan menggali di Al-Quran seolah ia mendapat kebenaran.
Meski ia sudah menetapkan hati untuk memahami hijab, ia belum meyakini seratus persen agama islam hingga jelang ramadhan seolah hati dan pikirannya benar-benar dipersiapkan untuk menjadi muslim.
“Itu 29 Juli 2011. Itu adalah hari jumat sebelum ramadhan dan saya ingat duduk di sebelah wanita ini dan dia berkata, saya pikir Anda harus masuk Islam sebelum Ramadhan dimulai,” kenangnya.
Akhirnya, sang mualaf bersyahadat dan masuk islam. Ia pun menjalani ibadah berpuasa saat Ramadhan pertamanya dan hingga kini telah menikah serta masih teguh meyakini agama Islam.
Meski sang ibu belum benar-benar menerima tampilan barunya, namun tak ada penolakan atas agama Islam yang dipeluknya.
“Alhamdulillah seperti keluarga saya sekarang menerima segalanya dan saya percaya saya berada di jalan yang benar saya berdoa lima kali sehari sekarang jadi saya masih belajar,” jelasnya.[viva]