Saya mulai tertarik dengan fuel cell ketika saya melakukan internship di perusahaan dosen saya, yang juga supervisor tesis saya saat ini. Selain mengajar, dia juga punya perusahaan yang khusus menangani project management untuk sistem yang melibatkan fuel cell. Perusahannya berlokasi di Oldenburg, dan menurut ukuran Jerman, ia hanya perusahaan kecil.
Topik yang saya kerjakan waktu itu termasuk yang susah dicari referensinya dari literatur atau jurnal yang tersedia karena masih jarangnya riset pada masalah ini. Mulai saat itulah entah kenapa saya merasa mulai jatuh cinta pada bidang yang satu ini.
Pertama kali saya mengetahui Forschungszentrum Juelich adalah dari Dr. Steinberger, ketika ia memberi kuliah fuel cell dan mengatakan bahwa ia juga bekerja di pusat riset ini. Ia menampilkan slide yang berupa foto sebuah area penelitian yang luas dan dikelilingi hutan serta terasing dari kota, sambil berujar di sinilah ia juga bekerja. Sambil bercanda ia katakan Forschungszentrum Juelich ini sengaja dilokasikan di sini supaya orang luar tidak tahu apa yang dikerjakan oleh mereka, waktu itu ia katakan bahkan Amerika Serikat pun tidak akan tahu. Kesan pertama yang terlintas di benak saya ketika melihat foto itu adalah, “Rasanya inilah Los Alamos -nya Jerman”, dan entah kenapa saya langsung berkata dalam hati saya bahwa di sanalah tempat pijakan kaki saya selanjutnya.
Menjelang tesis, saya menghadap Dr. Steinberger. Saya sebenarnya tertarik untuk melanjutkan tesis saya dari bidang yang saya kerjakan ketika internship dulu di perusahaannya. Sebenarnya Dr. Steinberger tidak masalah dengan keinginan saya, hanya saja topik yang dulu saya kerjakan sudah tidak terasosiasi dengan proyek manapun, karena kontrak proyeknya sudah selesai. Ini berarti dia juga sulit menyediakan bayaran untuk saya kalau saya tesis di perusahannya.
Bagi saya, tidak banyak kesempatan saya untuk mencari uang tambahan di Jerman. Jadi, setiap ada peluang yang kira-kira saya sanggup untuk mengerjakannya maka saya berusaha mendapatkannya. Saya pernah bekerja di universitas membantu dosen saya. Waktu itu tugas saya amat sederhana. Perpustakaan khusus program master kami banyak dengan buku dan sudah tidak tersusun dengan baik atau perlu dirapikan nomor identifikasi dari tiap buku.
Kepentingan ini menjadi mendesak karena akan datang banyak buku-buku baru, jadi perpustakaan ini ingin diorganisasi ulang. Nah inilah tugas saya. Saya tentu saja mengambil pekerjaan ini. Ketika Dr. Blum menanyakan bagaimana kesan saya terhadap pekerjaan saya, saya hanya menjawab, “I love working with books!”.
Bayaran yang saya terima dari universitas tidaklah banyak karena terbatas aturan tarif mahasiswa, tetapi bagi saya sudah cukup untuk memenuhi belanja makan saya. Begitu pula ketika ada kesempatan internship di perusahaan Dr. Steinberger, dan juga mendapat kompensasi, maka saya memilihnya. Jadi ketika Dr. Steinberger menjelaskan apa adanya kondisi yang akan saya terima bila meneruskan tesis di perusahaannya tanpa bayaran, maka tentu saya sulit menerimanya.
Waktu itu yang terlontar dari saya adalah, “Bagaimana kalau saya tesis di Forschungszentrum Juelich?” Dr. Steinberger pun kemudian mengatakan bahwa tentu saja ada peluang dan pasti ada bayaran, dia akan mencoba menanyakan kolega-koleganya di sana. Ketika saya ditanya, apa yang ingin saya kerjakan, maka saya menjawab, “Kalau bisa, tidak berbeda jauh dengan apa yang pernah saya kerjakan ketika internship dulu di perusahaan Anda.” Tidak sampai sepekan kemudian Dr. Steinberger mengabarkan saya bahwa kapan saya bisa datang ke Juelich untuk wawancara, dan saya pun kemudian menetapkan harinya, dan membuat janji untuk wawancara pada hari tersebut. Maka dari sinilah perjalanan saya ke sebuah desa bermulai.(bersambung)