Menurut Imam Ibnu al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid, asar ini memiliki sanad hasan yang dimungkinkan kebenaran informasinya. Selain itu, dalam bahasa Arab, adverbia ربما (rubbama) bisa berarti sering, dan bisa berarti terkadang, sebagaimana disebutkan dalam kitab Mughnil Labib.
Namun demikian, ada kemungkinan rubbama di sini berarti ‘sering’ karena melihat perkataan ’Ibnu ‘Umar sendiri yang mengakui bahwa dirinya memiliki libido yang sangat tinggi terkait jimak. Namun demikian, tidak ditemukan riwayat seberapa sering hal tersebut Ibnu Umar lakukan, apakah setiap hari selama bulan puasa, atau hanya beberapa kali dalam seminggu.
Terlepas dari itu, al-Qadhi Husain yang dikutip al-‘Aini dalam ‘Umdatul Qari mengatakan hal serupa seperti yang disebutkan di atas bahwa Ibnu Umar memiliki libido yang sangat tinggi, sehingga berbuka puasa dengan hubungan intim.
Al-Qadhi Husain menawarkan penafsiran kedua, tidak menutup kemungkinan juga ’Ibnu ‘Umar mencicipi makan-makanan juga saat berbuka puasa, baru berhubungan intim.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul Aneh dan Lucu, 100 Kisah Menarik Penuh Ibrah, mengomentari kisah ini mengatakan kisah ini menunjukkan bahwa “kuat syahwat” bukanlah sesuatu yang tercela, kecuali jika sampai dia tidak sabar yang menyebabkannya terjatuh dalam keharaman. Adapun apabila dia melampiaskan pada yang halal maka itu tidaklah tercela bahkan hal itu malah terpuji.[Miftah H Yusufpati/sindonews]