إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Untuk meningkatkan taqwa, marilah kita merenungkan tentang pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan. Dalam hal ini perlu kita sadari apa sebenarnya fungsi Al-Quran itu dan bagaimana kita memfungsikannya.
Al-Qur’anul Kariem adalah firman Allah Rabbil ‘alamien, yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9)
"Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu." (QS. Al-hadiid [57] : 9)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
{ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ } أي: من ظلمات الجهل والكفر والآراء المتضادة إلى نور الهدى واليقين والإيمان. تفسير ابن كثير – (ج 8 / ص 11)
"..supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya.." artinya mengeluarkan dari kegelapan-kegelapan jahil (kebodohan), kekafiran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan (dengan kebenaran) menuju kepada cahaya petunjuk, keyakinan dan iman.
Sebagaimana Imam Al-Qurthubi memaknakan,
(مِنَ الظُّلُماتِ) وهو الشرك والكفر (إِلَى النُّورِ) وهو الايمان. تفسير القرطبي – (17 / 239)
"mengeluarkan dari dhulumat (مِنَ الظُّلُماتِ) yaitu dari syirik dan kekafiran (إِلَى النُّورِ) kepada iman."
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, Allah menurunkan Al-Qur’an itu untuk mengeluarkan manusia dari kesyirikan, kekafiran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan kebenaran, menuju kepada keimanan; namun ketika manusianya tidak mau memegangi dan merujuk kepada Al-Qur’an, maka tidak akan sampai kepada petunjuk dan iman. Walaupun mengaku beriman, namun ketika yang diikuti bukan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jelas sesat. Karena Allah Ta’ala telah menegaskan:
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ [يونس : 32]
“…maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Yunus [10] : 32)
Sehingga Al-Qur’an berfungsi mengeluarkan manusia dari kekufuran dan kemusyrikan kepada keimanan itu hanya bagi orang-orang yang mengimaninya, menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan, dan mentaatinya.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dan mentaatinya itu artinya adalah mentaati Al-Qur’an dan As-Sunnah (yaitu Sunnah Rasul atau Hadits). Karena Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah dua hal pokok dalam Islam yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tidak boleh yang satu dipakai dan yang lain dibuang. Kedua-duanya wajib dipegangi dan ditaati.
Ketika yang diyakini dan ditaati bukan yang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka berarti manusia itu sendiri yang tidak mau memfungsikan Al-Qur’an untuk mengeluarkan dirinya dari kekufuran dan kemusyrikan menuju kepada iman.
Upaya untuk meningkatkan iman dengan memegangi Al-Qur’an apakah sudah dilaksanakan secara nyata. Mari kita menimbang diri. Betapa banyaknya orang yang bersemangat untuk mengikuti motivasi ini motivasi itu dengan tiket yang mahal pun mereka jalani beramai-ramai. Bahkan ajaran suatu motivasi tertentu yang sudah dinyatakan sesat oleh ulama pun tetap ramai-ramai mereka ikuti training-training atau latihan-latihannya, demi memotivasi diri agar lebih cerdas katanya.
Demikian pula resep ini dan itu demi kebugaran badan, tampaknya diburu di mana saja. Baik berupa tips-tipsnya maupun praktek olahraganya. Walaupun sampai menyangkut yang haram-haram, berpakaian tidak sesuai syari’at, dan bergaul campur aduk lelaki perempuan tanpa memedulikan aturan Islam. Semua itu mereka kejar, mereka pegangi, dan mereka praktekkan. Sebaliknya, untuk meningkatkan iman dan taqwa dengan membaca Al-Qur’an, mempelajari, mentatabburi, merenungi, mengimani, dan memparktekkannya; tampaknya tidak seperti semangat manusia ketika memburu aneka motivasi bikinan, dengan training-trainingnya, dan tips-tips kebugaran bikinan dengan aneka programnya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Itulah kondisi di hadapan kita, dan itulah yang mungkin menyeret kita. Padahal, perlu kita sadari, semakin jauh menyingkirkan Al-Qur’an dari kehidupan seseorang maka semakin erat dengan kekafiran, kemusyrikan, dan kesesatan. Itulah sejatinya wadyabala syetan. Sebaliknya, semakin erat dengan Al-Qur’an dalam kehidupan seseorang maka ia semakin erat dengan iman. Itulah wali Allah, orang mu’min lagi taqwa. Dan selama seseorang memegangi Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidupnya dengan benar, istiqomah, konsekuen, maka tidak akan tersesat.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, pentingnya memfungsikan Al-Qur’an sebagai pengeluar dari kemusyrikan, kekafiran, dan kesesatan itu telah ditegaskan pula oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau menjamin bagi yang memeganginya.
…فَأَبْشِرُوا ، فَإِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللهِ وَطَرَفُهُ بِأَيْدِيكُمْ ، فَتَمَسَّكُوا بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُوا وَلَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا. (صحيح ) انظر حديث رقم : 34 في صحيح الجامع
“…maka berilah kabar gembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu ujungnya di tangan-tangan kalian, maka berpegang teguhlah dengannya, maka sesungguhnya kalian tidak akan binasa dan takkan sesat setelahnya selama-lamanya.” (Shahih, hadits nomor 34 dalam Shahih al-Jami’).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, bagaimanapun kita tidak boleh lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Hal itu karena Al-Qur’anul Karim memerintahkan kaum muslimin dengan segala kebaikan dan mencegahnya dari segala keburukan. Petunjuk-petunjuknya pun mencakup segala aspek, hingga tentang penyembahan yang benar dan menjauhi penyembahan yang salah pun diatur, bahkan merupakan aturan utama dan paling prinsipil.
Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bermu’amalah dengan Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala berfirman:
{ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا } (النساء:36).
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun." (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)
Menyembah hanya kepada Allah, dan cara menyembah hanya cara yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itulah prinsip utama dalam Islam. Sebaliknya, menyembah kepada selain Allah, serta penyembahan bukan dengan cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu larangan yang paling keras. Sehingga ayat pendek itu sejatinya mencakup hal-hal yang prinsipil yang mesti ditaati oleh Ummat Islam. Karena bila menepati prinsip ini maka benar imannya dan kalau memenuhi persyaratan-persyaratan dalam beramal maka diterima oleh Allah Ta’ala. Sebaliknya, bila menyelisihi yang prinsip itu maka akan sesat, bahkan bisa-bisa sampai keluar dari keimanan, maka batal seluruh amalnya. Itulah yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(65)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar [39] : 65)
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, di dalam Al-Qur’an pun penuh dengan petunjuk agar manusia ini benar dalam kehidupannya di dunia ini. Pergaulan sesama manusia pun ditunjuki sebaik-baiknya. Di antaranya Allah menunjuki.
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا [النساء : 36]
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)
Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bergaul dengan keluarganya, maka Allah Ta’ala berfirman:
{ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا } (النساء:36)
"Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa." (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)
Dan firman-Nya mengenai hak istri:
{ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ } (النساء:19)
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." (QS An-Nisaa’ [4] : 19)
Dan Dia berfirman tentang hak anak:
{ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ } (الأنعام: 151).
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan." (QS. Al-An’am [6] : 151)
Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bergaul dengan musuh-musuhnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ } (فصلت: 34).
"Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fusshilat [41] : 34)
Al-Qur’an mengajari muslimin bagaimana jual beli, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا } (البقرة: 275) .
“…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah [2] : 275)
Jamah’Jum’ah rahimakumullah, setiap manusia pasti memerlukan harta, maka Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berinfaq/membelanjakan harta:
{ وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا } (الفرقان: 67).
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS Al-Furqon [25] : 67)
Bahkan dalam hal makan dan minum yang merupakan kebutuhan jasmani, Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana makan dan minum, maka Allah Ta’ala berfirman:
{ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا } (الأعراف: 31).
“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7] : 31)
Manusia ini juga diatur oleh Al-Qur’an sampai dalam hal berjalan dan bersikap. Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berjalan di jalan, dalam Firman-Nya Ta’ala:
{ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا } (الإسراء: 37) .
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. Al-Isra’ [17] : 37)
Dalam menghadapi manusia lain yang memerlukan ketegasan sikap, Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berdialog dan memuaskan, maka Allah Ta’ala berfirman:
{ وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ } (البقرة : 23).
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu." (QS. Al-Baqarah [2] : 23)
Sebagaimana Al-Qur’an juga mengajari Muslimin megenai perkara-perkara agamanya, seperti melaksanakan sholat, zakat, pengelolaan zakat, puasa, dan haji yang hal itu diketahui oleh Muslimin baik umum maupun khusus.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Perlu kita sadari, petunjuk dari Al-Qur’an itu bukannya lepas begitu saja, lalu manusia ini tidak ada urusan dengannya. Namun justru dengan telah diwahyukannya Al-Qur’an itu, akan berfungsi bagi siapa saja, baik yang mengimaninya maupun yang mengingkarinya. Sehingga Al-Quran berfungsi sebagai pembela dan penuntut. Pembela bagi orang yang mengimaninya, berupaya memahaminya, dan melaksanakannya sekemampuannya. Dan akan jadi penuntut di pengadilan akherat atas orang yang mengingkarinya, mengabaikannya, tidak mentaatinya dan sebagainya.
Dalam Kitab "Fat-hul Qawil Matien fie Syarhil Arba’ien wa Tatimmatil Khomsien" juz 1 halaman 70 (فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين – (ج 1 / ص 70) )dijelaskan: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ))
"Dan Al-Qur’an itu hujjah/argumen (yang menguntungkan) bagimu atau (yang mencelakakan) atasmu." (HR Muslim), artinya bahwa Al-Qur’an itu bisa jadi hujjah (yang menguntungkan) bagi manusia apabila dia menjalankan apa yang diwajibkan atasnya, dan apa yang dituntut darinya dalam Al-Qur’an. Yaitu meyakini benarnya khabar-khabar (dalam Al-Qur’an), mengikuti perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya, dan membacanya dengan sebenar-benarnya pembacaan. Dan bisa pula sebagai hujjah (yang mencelakakan) atas manusia apabila ia berpaling darinya, tidak menjalankan apa yang dituntut Al-Qur’an terhadapnya.
Hadits semisal dengan ini adalah hadits:
{ إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ عُمَرَ (و أخرجه أحمد ، والدارمى ، وابن ماجه ، وأبو عوانة ، وابن حبان عن عمر)
"Sesungguhnya Allah mengangkat suatu kaum dengan kitab (Al-Qur’an) ini, dan merendahkan kaum yang lainnya dengannya (pula)." (HR Ahmad, Ad-Darimi, Muslim no 817, Ibnu Majah, Abu ‘Awanah, dan Ibnu Hibban dari Umar).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam hal ini fungsi Al-Qur’an bukan sekadar di dunia saja, namun sampai di akherat kelak. Dan itu adalah sebagai balasan dari bagaimana manusia ini memfungsikan Al-Qur’an itu di dunia. Sehingga orang yang memfungsikan Al-Qur’an sesuai yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Al-Qur’an itu di akherat kelak akan menjadi syafaat—pertolongan baginya, hingga menuntunnya ke surga. Sebaliknya, orang yang tidak memfungsikan Al-Qur’an sesuai aturan yang semestinya yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Al-Qur’an itu akan menyeretnya ke neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
2019 -ا لْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ مَاحِلٌ مُصَدَّقٌ , فَمَنْ جَعَلَهُ إمَامَهُ قَادَهُ إلَى الْجَنَّةِ , وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ قَادَهُ إلَى النَّارِ
"Al-Qur’an itu mensyafa’ati orang yang disyafa’ati dan mengadzab/memusuhi orang yang membantahnya/menyia-nyiakannya, maka siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya maka Al-Qur’an menuntunnya ke surga, dan siapa yang menjadikannya di belakang punggungnya maka Al-Qur’an menggiringnya ke neraka." (HR Ibnu Hibban 1793, At-Thabrani dalam Al-kabir 3/78/2, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 4/108, Al-Bazzar, dishohihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shohihah 5/31, no 2019).
Semoga kita menjadi orang-orang mu’min yang benar-benar memfungsikan Al-Qur’an sesuai dengan petunjuk-petunjuknya, sehingga kelak Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam surga. Amien. Dan semoga dengan peringatan ini kita menyadari kekeliruan dan keteledoran kita yang selama ini mungkin tidak memfungsikan Al-Qur’an secara benar, lalu memperbaiki diri dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an secara konsekuen; sehingga semoga Allah menyelamatkan kita dari tuntutan Al-Qur’an yang mencelakakan kita di akherat kelak. Amien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.