Tinggal dengan Mertua atau Pisah?

Saya seorang ibu satu putri yang bekerja dan mendapat izin suami, tujuan saya bekerja utk menambah penghasilan. Sudah 2 tahun ini saya tinggal bersama mertua.

Setiap bulan saya ingin memberikan uang utk orang tua dan adik-adik saya, namun saya pun masih memerlukan uang gaji saya untuk keperluan saya (untuk makan siang di tempat kerja, ongkos PP kerja, dan keperluan lain yang tidak terduga yang berhubungan dengan keperluan saya).

Yang menjadi persoalan adalah: Semenjak menikah rasanya saya tidak memiliki privasi dan kebebasan untuk melakukan kegiatan rumah tangga yang semestinya karena terbentur masih tinggal dengan mertua.

Saya pernah menawarkan suami untuk hidup terpisah saja, tapi suami masih keberatan meninggalkan keluarganya dan tidak ada yang menjaga anak kami selain ibunya. Saya pun mengusulkan untuk menyewa seorang pengasuh namun Ia (suami) berargumen lebih baik uang untuk mengasuh dan mengontrak diberikan untuk uang belanja orang tua sendiri.

Saya setuju dengan argumentasinya namun saya pun mengajukan untuk mengontrak dekat rumah mertua dengan pertimbangan anak bisa dititipkan saat akan bekerja.Alasan sebenarnya saya ingin hidup terpisah adalah karena banyak hal-hal kecil (tidak dapat saya sebutkan takut aib) yang tidak sesuai cara kebiasaan hidup saya yang biasa teratur saat masih sendiri. Saya sudah bertahan sampai 2 tahun ini. Tolong beri jalan keluar yang terbaik untuk saya.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Ibu Bonni Yunitya, saya dapat merasakan bahwa sebagai keluarga yang bertanggungjawab pastilah ada keinginan untuk hidup mandiri, agar tidak lagi merepotkan orangtua, bisa mengatur rumah tangga sendiri dan ini adalah keinginan wajar. Begitupun sebagai wanita yang bekerja, ada saat-saat Anda butuh ketenangan, suasana rumah yang kondusif.

Saat ini Anda tinggal dengan mertua, pasti banyak pertimbangan sebelumnya ketika Anda dan suami memutuskan tinggal dengan mertua, kan? Memang tidak mudah hidup bersama keluarga besar, pasti problem akan semakin bertambah.

Tetapi di mana di dunia ini yang tidak ketemu dengan problem hidup? Problem yang ini selesai, problem yang lain muncul, atau..beberapa problem sekaligus muncul dalam waktu yang bersamaan. Wah..nampaknya sulit ya hidup ini…? Mari mengingat masa lalu: sebelum menikah, sewaktu kita masih sendiri, apakah kita tak punya masalah? Ternyata tidak, kan. Problem ada di mana-mana, semua akan mengalaminya. Yang dibutuhkan adalah strategi penyelesaian masalah yang paling tepat.Sebanyak apapun masalah, seberat apapun masalah, diperlukan strategi yang baik.

Ibu Bonni yang shalihat,

Strategi apa yang telah Anda gunakan saat ini? Apakah itu sudah tepat? Jika belum maka coba lagi strategi yang lain. Ada yang penyelesaian masalahnya berfokus pada emosi (emotion-focused coping) seperti dengan melakukan refreshing agar tidak suntuk, jalan-jalan, rileks atau pendekatan spiritual seperti dzikr dan banyak berdo’a pada-Nya.

Tetapi ada pula yang berfokus pada problemnya langsung (problem focused-coping) yakni menyelesaikan akar permasalahan, hal ini perlu pencermatan dan waktu dan perlu bertahap. Ada yang menggunakan cara aktif –proaktif (langsung berbicara baik-baik dengan mertua bersama sumai) atau cara pasif (hanya memendam dalam hati saja) atau kombinasi dari berbagai metode. Masing-masing metode ada risiko yang harus ditempuh.

Ibu, nampaknya Andapun mengalami konflik kepentingan. Jika Anda hidup dengan mertua, Anda merasa tidak ada privasi, banyak pihak yang ikut mencampuri urusan di rumah Anda, suasana hati Anda jadi negatif, beban emosi bertambah. Tetapi masalah mengasuh anak selama Anda bekerja teratasi. Jika akhirnya Anda memutuskan untuk tinggal di rumah sendiri, problem tentang siapa yang mengasuh anak sementara Anda bekerja akan muncul; jika mengambil pembantu maka tambah pengeluaran. Apakah orang tua meminta keluarga Anda tinggal di sana ini keinginan mereka? Apalagi jika mereka sudah tua dan merasa kesepian, kadang-kadang keinginan seperti itu muncul.

Allah swt. berfirman yang kurang lebih artinya:
” Dan kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya; si Ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan berpayah-payah dan menyapihnya pada usia dua tahun; Hendklah kamu bersyukur kepada-Ku dan berterima kasih kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Kulah tempat kembali” (QS Luqman: 14).

Betapa syariat mengajarkan anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya, hal ini akan menjadi ladang amal yang dapat dipetik di akhirat nanti, insya Allah. Ibu Boni, pertimbangkan lagi sebelum memutuskan, termasuk Ide Anda untuk mencari rumah yang berdekatan dengan mertua saya kira bagus, cuma perlu komunikasi yang baik sebelumnya dengan suami dan mertua agar mereka tidak salah paham.

Nah Ibu, intinya segala sesuatu perlu dimusyawarahkan dan dikomunikasikan secara baik. Mungkin dengan merancang pemecahan masalah ini bersama suami akan muncul ide-ide bagus yang lain. Sekian yang dapat Ibu sarankan, semoga Allah swt. memudahkan langkah Ibu Boni menjadi menantu shalihat.

Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ibu Urba