Teganya Seorang Suami

Assalamu’alaikum wr.wb.

Begini ibu saya ada beberapa pertanyaan……

1. kami sudah 7 tahun menikah ketika 6 tahun kemarin waktu susah dia masih dan mau bersama saya dan anak-anak,tapi ketika sang suami senang dan mempunyai kemampuan untuk menolong istrinya terlepas dari lilitan hutang berdua,sang suami pulang kerumah ibunya. Dan memberikan hak yang seharusnya milik istri dan anak-anaknya tetapi dia berikan ke ibunya dengan alasan takut habis. Apa saya salah jika hal tersebut membuat saya marah dan menggugatnya.??
2. sudah 4 bulan saya dan anak-anak tidak diberi nafkah lahir dan batin. Apa yang harus saya lakukan bu.???
3. Ketika ibunya meninggal dunia suami meminta saya datang tapi saya memtuskan untuk tidak datang karena saya pikir saya sudah tidak dianggap istri dan menantu lagi. Dan saya pikir semua masalah yang terjadi di keluarga saya itu karena ibunya, jika saja ibunya bijaksana dan tidak menguasai dan mengatur harta suami saya, tidak mungkin saya dan anak anak saya menderita begini bu. Saya tahu saya salah tidak datang melayat ibunya..apa hukumnya buat saya bu dan apa yang harus saya lakukan untuk menghapus dosa saya tersebut…..
Saya mohon dengan sangat ibu dapat membantu saya menyelesaikan masalah saya dan kiranya ibu berkenan untuk memberikan sedikit tausiyah pada saya……

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih bu.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Ibu PEI yang semoga dicintai Allah swt.,
Saya memahami apa yang terjadi pada Ibu, secara manusiawi Ibu tentu mengalami perasaan yang tidak nyaman atas ujian ini. Semoga pengalaman hidup ini memberi pelajaran yang berharga. Sepantasnya bahwa dalam perkawinan suka maupun duka harus ditanggung bersama, namun yang terjadi pada ibu nampak bahwa ada perubahan sikap pada suami Ibu sejak setahun terakhir ini. Jika selama enam tahun sebelumnya kehidupan rumah tangga Ibu relatif bisa serasi meskipun diliputi kesusahan, namun justru ketika rizki mulai terbuka ternyata ada perubahan sikap suami bahkan sampai melalaikan keluarga. Inilah godaan dunia, Bu. Kadang dalam kondisi keterbatasan justru soliditas bisa dijaga, dan ternyata ujianpun datang, sebagai bentuk lain kasih sayang-Nya pada hamba-Nya. Namun yakinlah, Bu, semua ini adalah dalam rangka menguji kesabaran dan kebenaran keimanan hamba dan jika lulus maka Ibu akan mendapat balasan surga.

”Apakah kamu mengira akan masuk surga sedang kamu tidak akan diuji lagi?”

Ibu PEI yang semoga dicintai Allah swt.,
Apa yang sudah berlalu hendaklah menjadi pelajaran dan bahan evaluasi. Saat ini, bukankah Ibunda sudah wafat? Ikhlaskanlah dan bersyukurlah serta pandang masalah ini dari sudut positif. Bersyukurlah bahwa Anda mempunyai seorang suami yang begitu mencintai Ibundanya; mungkin saat itu Ibunda sedang membutuhkan perhatian, ihklaskan apa yang sudah suami berikan pada Ibunda. Bersyukurlah, bahwa suami tidak meninggalkan ibu untuk melakukan keburukan, namun dengan melakukan kebaikan pada keluarga/ Ibunya. Betapa banyak saat ini, godaan yang menimpa para lelaki, semoga suami Ibu dapat tetap istiqomah, ya bu.

Ibu PEI yang semoga dicintai Allah swt.,
Adapun dengan suami yang sudah tidak memberikan nafkah selama 4 bulan pada keluarga memang bukan perbuatan terpuji bahkan dapat dikatakan melalaikan kewajibannya. Seyogyanya Ibu PEI juga melakukan introspeksi, ibaratnya tak ada asap tanpa ada api; lakukan komunikasi yang baik karena tak pernah ada sebuah rumah tangga tanpa persoalan, Bu. Inilah sikap mental yang harus dipersiapkan oleh semua pasangan, bahwa tidak ada sebuah rumah tangga yang lepas dari persoalan hidup. Bahkan rumah tangga Rasulullah saw pun tak lepas dari rundungan masalah, namun beliau dapat mengatasi peliknya masalah yang beliau hadapi dengan tuntunan Allah swt. Carilah apa akar masalah dari persoalan yang anda berdua hadapi, Bu. Mungkinkah karena adanya komunikasi yang buruk, tidak ada keterbukaan, kurang adanya sikap saling mengalah, atau faktor-faktor lain? Jika Anda ada andil kesalahan, misalnya telah menyinggung perasaan suami karena tidak hadir dalam pemakaman Ibunda, tuluslah datang untuk minta ma’af, barangkali ini adalah pintu untuk membuka hubungan kembali. Jika suami juga mempunyai kesalahan, saya kira semua orang pernah melakukan kesalahan, beri kesempatan pada suami untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Jadi ada sharing bersama, saling mengevaluasi; istri juga introspeksi, mungkin ada andil, misal wanita kadang terlalu menuruti perasaan.
Ibu PEI yang semoga dicintai Allah swt.,
Jika anda merasa kesulitan menyelesaikan berdua, maka Anda berdua bisa melibatkan dari kedua keluarga untuk menjadi penengah dan jika inipun masih belum bisa mendamaikan maka bisa minta saran dari pihak di luar keluarga yang sekiranya dapat membantu. Iringilah semua dengan keta’atan yang bertambah pada Allah swt, karena hanya Dia-lah yang kan menentukan terkabulnya do’a hamba-Nya. Terus ikhtiar ya, Bu, dan tetap optimis Anda dapat melampaui ujian ini dengan baik. Amin.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba