Assalaamu ‘alaikum wr. Wb.
Ibu Anita,
Saya adalah seorang pengajar di perguruan tinggi swasta, sudah berkeluarga dan punya 2 anak laki-laki. Kehidupan keluarga kami, sejujurnya saya katakan bahagia. Termasuk saya sendiri. Tidak ada masalah sama sekali antara saya dengan isteri dan anak-anak saya. Hubungan kami sebenarnya bisa saya bilang mesra. Bahkan sampai surat ini saya buat.
Namun, kira-kira sejak setahun lalu, saya mempunyai perasaan yang berbeda dengan salah satu anak didik saya. Tidak seperti orang lain, yang bilang bahwa cinta tumbuh karena sering bersama, saya sudah jatuh cinta sejak pertama kali bertemu.
Bukan fisiknya yang menarik perhatian saya, tetapi karena agamanya, yang menurut saya berbeda dengan yang lain, termasuk dibandingkan dengan anak didik yang lain. Baik itu dalam berpakaian maupun tingkah laku. Perlu Ibu ketahui, gadis itu mengenakan jilbab yang Islami, tidak jauh berbeda dengan isteri saya.
Tetapi sampai saat ini, alhamdulillah, saya bisa menjaga diri. Saya juga tidak bilang ke gadis itu bahwa saya menyukainya. Saya pun tidak pernah berusaha mengajak dia hanya berduaan. Yang saya lakukan hanya berusaha bertemu dia dalam suasana banyak orang. Saya akui, saya selalu ingin bertemu dia.
Dalam urusan akademik pun, alhamdulillah, Allah SWT masih melindungi. Saya tidak pernah memanfaatkan posisi saya sebagai pengajar, meskipun berkali-kali gadis itu mengambil kuliah yang saya pegang.
Sebenarnya, hati saya mengatakan lebih baik kalau saya berpoligami saja. Itupun kalau gadis itu mau. Namun, masalahnya isteri saya kemungkinan besar tidak akan mengizinkan. Jadi saya juga belum berani melamar gadis itu.
Keyakinan saya bahwa isteri saya tidak setuju didasari pada kebencian dia waktu mendengar berita seorang dai ternama yang menikah lagi. Dia sangat benci dan sering mengungkitnya. Roman mukanya pada saat bercerita itu menggambarkan rasa bencinya. Akibatnya, saya tidak berani mengungkapkan keinginan saya itu, takut membuatnya marah.
Akhirnya, saya hanya memendam saja, dan bingung apa yang harus saya lakukan. Ingin rasanya saya melupakan gadis itu saja. Tetapi tidak bisa. Saya sudah berusaha menyibukkan diri sendiri dengan banyak pekerjaan agar tidak bertemu, tetapi hasilnya tetap tidak bisa. Bahkan kadang-kadang saya bermimpi bertemu dengan dirinya, saat beberapa waktu saya dan gadis itu tidak bertemu.
Dan akhir-akhir ini, banyak pekerjaan saya yang terganggu, yang tidak bisa saya selesaikan tepat waktu. Itu menambah beban pikiran saya, meskipun dalam taraf stress yang belum membahayakan.
Ibu Anita, saya hanya minta saran dari Ibu, berikan motivasi yang bisa saya terima untuk mengambil keputusan. Saya tidak ingin berpisah dengan keluarga saya.
Terima kasih atas bantuan Ibu Anita.
Wassalaamu ‘alaikum wr. Wb.
Assalamualaikum wr. wb.
Bapak yang dirahmati Allah
Saya memahami begitu sulit bila rasa cinta sudah terlanjur bersemayam dihati bapak saat ini, apalagi rasa cinta yang datang pada pandangan pertama.
Memang rasa tertarik pada lawan jenis adalah merupakan fitrah sebagai manusia dan juga hal yang manusiawi, meskipun bapak sendiri sudah memiliki keluarga yang bahagia dengan dua anak laki-laki. Karena itulah rasa cinta itu menjadi begitu dilematis ya pak?
Bapak saat ini merasakan cinta yang bila memungkinkan menikahi gadis itu, tapi juga ingin tetap mempertahankan keluarga. Berarti jalan keluarnya adalah dengan berpoligami. Namun bapak juga menyadari bila melakukan poligami, pastilah mendapat penolakan keras dari isteri yang pastinya tidak sudi berbagi jiwa dan raga suaminya dengan wanita lain.
Meskipun agama membolehkan bapak melakukannya, namun dalam masalah ini tampaknya akan lebih banyak kemudharatannya karena tampaknya bisa mengancam keutuhan keluarga bapak.
Alhamdullilah, sampai saat ini bapak masih dapat menjaga diri dan belum mengungkapkan perasaan bapak kepada gadis itu. Sehingga hal-hal yang lebih rumit dapat dicegah dan dihindari. Meskipun perasaan yang bapak rasakan saat ini memang sulit untuk dicegah namun bukan berarti tidak dapat dikendalikan lho pak.
Itu tergantung dari cara bapak memilih untuk menyikapi perasaan yang ada saat ini, apakah bapak menginginkan benih cinta pada gadis itu tumbuh semakin besar atau bapak memilih untuk mengendalikannya dan membiarkannya lambat laun menghilang.
Cobalah untuk bersikap bijaksana dengan mempertimbangkan bahwa akibat jeratan perasaan yang sulit dikendalikan ini bisa jadi akan menimbulkan fitnah di lingkungan kampus, yang akan menjadikan bapak dan gadis itu menjadi sasaran gosip. Dampak lain yang merugikan adalah, secara profesional telah mengganggu kinerja anda dan membuat anda lebih banyak melamun dan sulit berkonsentrasi.
Nah pak, sebelum perasaan bapak semakin sulit untuk dikendalikan dan akan menyebabkan hal-hal yang akan menjadi penyesalan pada akhirnya, sebaiknya bapak banyak mendekatkan diri kepada Allah agar dapat melepaskan diri dari jeratan perasaan tersebut. Sebaiknya batasi pertemuan dan komunikasi yang bisa membuka peluang kebersamaan yang membuat bapak semakin dekat dengan gadis itu.
Sebagai gantinya kuatkan hubungan dengan keluarga, karena semakin besar komunikasi dan kedekatan dengan isteri maka akan memperkecil ruang bagi kehadiran wanita lain dihati bapak. Bukankah bapak tidak ingin berpisah dengan keluarga?
Karenanya tunjukan kesungguhan bapak dengan mempertahankan hubungan yang harmonis dengan isteri. Dengan demikian, Insya Allah akan diberi kemudahan untuk melalui ujian kesetiaan ini. Selamat mencoba ya pak, semoga berhasil.
Wallahua’lam bishshawab
Wassalaamu’alaikum wr wb.