Assalamualaikum Wr. Wb
Bu Anita yang dirahmati Allah. Perkenalkan saya ibu yang telah berumah tangga selama 11 tahun. Dari tahun ke tahun perjalanan pernikahan kami banyak sekali cobaan-cobaan yang terjadi. Alhamdulillah sampai saat ini, Allah masih mempertahankan pernikahan ini.
Bu Anita, tapi setiap kali masalah itu ada dalam kehidupan perkawinan saya ini, masalahnya itu-itu lagi yang tak pernah ada habisnya. Masalahnya berulang kali hal yang sama.
Suami saya orang yang sangat pendiam, sedangkan saya bisa dibilang suka mengobrol dan menginginkan suasana yang penuh keakraban satu sama lain. Tapi sifat suami saya sangat kaku dan jangankan untuk bersenda gurau, untuk saling berbicara pun bila ada hal yang perlu di bicarakan saja. Bicara seperlunya, itu yang dia lakukan pada saya.
Padahal saya fikir, saya ini kan isterinya. Terkadang saya mengajaknya berbicara dan bercanda, suami seringnya tidak menghiraukan apa yang saya bicarakan, apalagi tertawa bila bercanda. Saya hanya tertawa sendiri walau dalam hati saya malu sendiri berbicara dan tertawa sendiri.
Ibu Anita, bisa bayangkan dalam jarak + 500 km dalam mobil tidak ada sepatah kata pun yang terucap, itupun kalau saya tanya hanya ada anggukan atau geleng kepala jawabannya. Tapi anehnya dia bisa bercanda dan tertawa bila bersama teman-temannya.
Dia sangat bersikap dingin terhadap saya dan tidur pun dia tidak suka bila berdampingan dengan saya. Kalaupun saya ngotot inginnya dia di samping saya, saya hanya bisa melihat punggungnya sepanjang malam. Sampai untuk kebutuhan sex pun harus saya yang memulai, walaupun saya tahu dia juga membutuhkan itu. Tapi dia selalu bersikap dingin.
Terkadang saya bermanja-manja di sampingnya untuk menghangatkan suasana, tapi dia sering marah kalau saya dekati, katanya dia tidak suka kalau saya dekat-dekat. Duduk bersebelahan pun dia sering pindah tidak ingin berdekatan.
Ya Allah, sebegitu kotorkah saya sampai suami saya sepertinya merasa jijik pada saya? Tolong ibu Anita kiranya bisa memberi saran pada saya, hati saya hancur bila mengingat semuanya itu. Padahal di kehidupan sehari hari saya berusaha sebaik mungkin untuk suami, tapi apa balasan dari dia terhadap saya rasanya tidak seimbang.
Terima kasih sebelumnya, mohon jawabannya.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Assalamualaikum wr.wb
Ibu yang dirahmati Allah
Saya prihatin saat membaca cerita ibu mengenai suami yang sikapnya sangat pendiam sehingga begitu sulit berkomunikasi dengan suami. Pastilah rasanya bagaikan hidup dengan orang asing, karena sulit untuk saling memahami satu sama lain bila komunikasi tidak berjalan lancar. Apalagi sikap suami juga dingin dalam hal hubungan yang bersifat romantis.
Sebagai isteri pastilah merasa sedih bila suami tidak merasa nyaman bila duduk berdekatan dengan isteri sendiri. Begitu pun dengan urusan di tempat tidur, sepertinya tidak punya inisiatif untuk memulai. Masalah-masalah yang ibu alami dapat terjadi karena komunikasi hanya berjalan satu arah saja. Sehingga menimbulkan rasa curiga dan pikiran-pikiran negatif dan bisa mengakibatkan kesalah-pahaman.
Orang yang bersikap seperti suami ibu, biasanya memiliki suatu permasalahan yang dipendamnya, karena suami ibu tampaknya memiliki kepribadian yang introvert, artinya dalam banyak hal ia lebih cenderung berorientasi terhadap dirinya sendiri. Sehingga ia tidak suka berbagi dan sikapnya cenderung tertutup dan penuh rahasia.
Tentu saya tidak akan memaksakan anda untuk menerima begitu saja, namun alangkah indahnya bila hal itu bisa terlaksana.
Untuk menyelesaikan permasalahan, memang tidak mudah. Karena diperlukan kerjasama suami untuk mengungkap permasalahan yang sebenarnya.
Apakah Ibu pernah mencoba duduk berdua suami untuk membicarakan uneg-uneg ibu atas sikap suami? Apabila belum, tidak ada salahnya mencoba meminta suami agar berkata sejujurnya apa bila ada ganjalan yang melatar belakangi sikapnya yang sering menyakitkan ibu.
Saat ini yang diperlukan dari pihak suami ibu untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan kejujuran dan niat yang tulus untuk memperbaiki hubungan yang kurang harmonis selama ini. Hal ini dilakukan untuk mengungkap sebuah misteri yang tampaknya sulit untuk diketahui.
Bila memungkinkan, ibu juga bisa berusaha mencari informasi kepada orang terdekat atau keluarga suami tentang sikapnya yang tidak biasa itu, adakah latar belakang keluarganya atau masalah yang pernah dialami suami ibu sehingga sikapnya seperti itu.
Atau mungkin juga hal itu memang sifat dan karakternya, di mana sikap dingin itu boleh jadi sama sekali tidak mencerminkan isi hatinya. Memang ada orang dengan karakter demikian, Kasihan memang teman atau pendampingnya. Namun karakter seperti itu memang ada. Seandainya teman atau pendampingnya itu memahami karakter seperti itu, tentu tidak akan menjadi masalah.
Karakter seperti itu baru akan menjadi masalah, manakala teman atau pendampingnya kurang bisa memahami dan menerima. Sebaliknya, kalau memang bisa menerima sikap seperti itu, tentu tidak akan menjadi masalah. Jadi di sini yang diperlukan adalah sikap yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan teman atau pendamping.
Saran saya, teruslah dengan kesabaran ibu menjadi isteri yang shalihah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah, karena dengan pertolongan Allah saja ibu dapat bersabar selama ini dan tetap tabah mendampingi suami dengan tulus dan ikhlas.
Yakinlah Allah menyayangi ibu yang senantiasa bersabar dengan ujian dariNya. Dengan pertolongan Allah, suami ibu suatu saat bisa menyadari betapa sikapnya kurang adil selama ini terhadap ibu sebagai isterinya. Berusahalah memperbaiki komunikasi agar hubungan dalam keluarga ibu menjadi lebih hangat dan harmonis. Semoga Allah senantiasa memberi kesabaran dan jalan keluar terbaik untuk ibu. Amin
Wallahua’lam bishawab