Ass. Wr.Wb.
Saya berusia 31 th. anak saya 2, sekarang saya sedang hamil 3 bulan. Saya mempunyai usaha sendiri di bidang komputer, begitu pula dengan suami. Semua berawal ketika saya membaca email suami dari wanita lain teman chating. Ketika saya tahu itu, gelap hidup saya, Bu dan rasanya saya ini rendah dan tidak percaya diri, suami meninggalkan saya. Ketika pulang saya telusuri ternyata tidak dengan satu wanita saja, Bu. Untuk kesempatan chating saya pun bisa melakukannya, namun kenapa saya tidak bisa? Karena itu bukan diri saya dan bertentangan dengan hati saya.
Suami mengaku semua dan minta maaf sampai menangis sesegukan, itu terjadi karena alasan kami sering bertengkar. Ibu, pertengkaran sebenarnya terjadi karena tindakan suami yang selalu memutuskan segala sesuatu terlalu berani dan sering tidak diskusi dengan saya. Pembelian rumah tanpa sepengetahuan saya, membeli sesuatu tanpa memperhitungkan kemampuan akhirnya hutang bertumpuk sampai ke ibu dan kakak saya. Sakit hati saya tapi saya masih mau memperbaiki semua.
Kami sempat menikah lagi karena suami sempat menulis menceraikan saya di atas materai. Tapi kini ketika saya hamil dan ada masalah kecil dia pergi tidur di luar. Ibu, kepercayaan saya hilang, suami seperti tidak merasa bersalah dan cenderung menganggap segala sesuatu saya yang menyebabkan. Saya hamil dan mengasuh dua orang anak saya. Saya bekerja di ruko yang kami tempati dan ruko masih dicicil di bank. Kadang saya yang membayar kadang suami, tapi semua itu dijadikan alasan untuk saya tidak menerima uang belanja. Bayar sekolah anak, kebutuhan keluarga saya yang menangung.
Sekarang saya sepertinya kalah, Bu, dengan kondisi saya sekarang saya bisa apa? Saya memutuskan untuk berpisah. Saya sekarang dihantui dengan masalah seperti ini dan suami tidak pulang, perselingkuhan, putus asa saya bu. Alasan sekarang saya tidak memperhatikan keluarganya. Perlu ibu ketahui keluarga saya tidak pernah dihormati dia, tapi saya tahan karena kakak saya bilang yang penting keutuhan anak dan suami. Ibu bapak serta saudara sementara ngak perlu diperhatikan. Ibu tolong dijawab apa yang mesti saya lakukan. Saya benar-benar tidak punya semangat hidup, Bu.
Wassalaamu’alaikum,
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Ibu D yang penyabar,
Banyak benar masalah ibu dalam rumah tangga. Dan nampaknya ibupun merasakan beratnya semua itu karena harus menanggung sendiri semuanya. Saya meyakini ibu sebagai wanita yang kuat karena dapat tegar menjalani semua itu sampai saat ini, meski merupakan hal yang wajar ketika seseorang terus dirundung masalah pada akhirnya akan merasa lelah secara psikis sehingga timbul rasa putus asa seperti yang ibu rasakan saat ini.
Nampaknya kekecewaan ibu yang paling utama adalah kepada suami yang dianggap tidak bertanggung jawab dalam menjalankan perannya dengan baik karena menyerahkan hampir semua tanggung jawab rumah tangga kepada ibu. Dan yang semakin membuat ibu merasa semakin sakit hatinya adalah masalah perselingkuhannya dengan beberapa wanita yang dilakukannya dalam dunia maya.
Ibu yang sholehah, jika melihat semua beban yang ibu rasakan ibu memang memiliki alasan untuk merasa putus asa terhadap suami dan menghendaki untuk berpisah. Saat kita dipenuhi oleh rasa putus asa maka manusiawi sekali untuk kemudian mengambil jalan tercepat dalam menyelesaikan masalah. Itulah mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan jiwa yang labil sebaiknya tidak mengambil keputusan namun berusaha untuk menenangkan dulu dirinya baru bertindak, sehingga tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
Sebagaimana Rasulullah ketika merasa tertekan jiwanya oleh permasalahan rumah tangganya, yaitu saat dituntut oleh isteri-isterinya untuk memberikan materi lebih, maka saat itu rasulullah tidak langsung memberikan jawaban namun ia pergi menenangkan diri selama beberapa waktu dan mendiamkan para isterinya. Kemudian saat hatinya tenang dengan petunjuk Allah barulah ia memberikan jawaban atas masalah rumah tangganya.
Dengan meneladani sikap Rasul tersebut, maka alangkah baiknya jika ibupun melakukan hal serupa. Carilah waktu dan kesempatan untuk keluar sejenak dari permasalahan saat ini. Lakukan hal yang dapat membuat ibu merasa rileks, mungkin meminta bantuan anggota keluarga yang lain untuk menjaga anak dan ibu dapat menikmati waktu ibu sendiri. Perbanyak juga ibadah kepada Allah.
Sambil menenangkan diri maka alternatif pemecahan masalah dapat kita pikirkan, kemudian bicarakan dengan orang yang ibu percayai sehingga dapat menerima masukan dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya sebelum sampai kata berpisah mungkin dapat mencoba lagi dengan mendatangi konselor pernikahan. Semoga dengan upaya maksimal dapat terjadi perubahan dalam sikap suami sehingga terhindar dari perpecahan dalam rumah tangga. Sabar ya bu, dengan usaha dan doa selalu ada jalan keluar terbaik dari Allah.Wallahu’alambishshawab.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
Rr Anita W.