Kasus 1:
Ass. Wr. Wb ibu siti saya baru saja menikah pada bulan maret 2008, tapi saya sudh merasakan kegelisahan dalam perkawinan, suami saya seorang sarjana tapi dia belum juga bekerja, sebetulnya banyak yang menawarinya kerja tapi dia selalu menolak dengan berbagai alasan.
Ibu saat ini suami saya berencana menunda punya anak. merasa ia belum siap. ibu saat ini saya bekerja di koperasi gaji kecil, dan saya masih tetap biayai ibu saya yang sdh menjanda tanpa pensiun juga adik saya yang masih sekolah, ibu salahkah saya jika menyuruh suami utk bekerja?, ibu saya saat ini tinggal bersama mertua, dan mertua saya selalu menyalahkan saya bila saya bertengkar dengan suami, dia bilang ini sudah pilihan saya harus saya nikmati, tapi suami saya tidak pernah dinasehatinya.
Tinggal dengan mertua bukan berarti saya gratisan saya tetap bayar listrik dan beli beras walaupun itu patungan dengan kaka ipar saya yang juga tinggal di sana. ibu bagaimana caranya agar suami saya mau bekerja? Saya sudah bicara baik – baik tapi selalu dia marah dianggap saya matre "selalu orientasinya duit " itu katanya, perlu ibu tahu suami saya anak bungsu dari tiga bersaudara.. ibu apa yang saya hrs lakukan? Saya ingin sekali punya anak..saya ingin setidaknya beban saya dipundak tidaklah terlalu berat.. trima kasih ibu…
Kasus 2:
Assalamualaikum wr.wb
Ibu Siti yang terhormat, saat ini saya sedang merasa dilema. Saya sudah menikah dengan suami 7 tahun dan memilik 2 orang putra.Namun sampai saat ini saya yang menjadi tulang punggung keluarga karena suami tidak bekerja. Saat ini rasanya kesabaran saya sudah habis, selama ini saya tidak berhenti kasih semangat suami untu mencari kerja, saat ini suami bekerja di lembaga pendidikan namun tanpa digaji.
Saya mengingatkan dia karena waktunya untuk anak-anak dan keluarga habis untuk kantor dan teman-temannya namun pengorbanan keluarga ini tidak diimbangi dengan penghasilan yang bisa diberikan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Saat ini suami saya belum ingin keluar dari tempat kerjanya sekarang namun tidak diimbangi dengan mencari penghasilan tambahn untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya merasa suami melepaskan tanggung jawab nafkah dan mendidik anak ke saya, walau sering saya ajak diskusi tentang mendidik anak-anak namun tidak ada perubahan dari suami.
Sehingga saya merasa dia hanya memikirkan yang penting ada kesibukan dan dia merasa enjoy dengan teman2nya, mohon saran ibu apa yang harus saya lakukan..karena orang tua suami juga sudah angkat tangan sehingga beban ini saya tanggung sendiri.
Wassalamualaikum wr wb
Ibu Hamba Allah dan ibu Lina yang diberkahi Allah, Memang tidak nyaman ya Bu, berada dalam posisi seperti Anda. Di saat kebutuhan hidup melambung tinggi dan Anda selaku ibu menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, mendapati suami tak mau bekerja dan mendapatkan nafkah darinya. Tentu saja apa yang Anda lakukan, yaitu meminta suami untuk bekerja, adalah benar, karena ibu sedang mengingatkan kewajibannya agar ia tak terkena dosa. Syariat yang mulia mengajarkan:
Islam mengajak kita untuk berusaha dan bekerja, dan Islam memperingatkan kita dari sikap putus asa dan rasa malas, Allah SWT berfirman:
"Dialah yang menjadikan bumi ini budak bagi kamu, berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali) setelah dibangkitkan…" (Al-Mulk: 15)
Bahkan Ust Yusuf Qardhawi mengatakan: Diamnya Orang yang Mampu Bekerja adalah Haram Setiap muslim tidak halal bermalas-malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah atau tawakkal kepada Allah, sebab langit ini tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak.
Tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya. Apalagi bila sedekahnya selalu berasal dari isterinya. Untuk itu Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna." (Riwayat Tarmizi)
Dan yang sangat ditentang oleh Nabi serta diharamkannya terhadap diri seorang muslim, yaitu meminta-minta kepada orang lain dengan mencucurkan keringatnya. Hal mana dapat menurunkan harga diri dan karamahnya padahal dia bukan terpaksa harus minta-minta. Nabi menghapuskan semua faham yang menganggap hina terhadap orang yang bekerja, meskipun pekerjaan seremeh apapun; bahkan beliau mengajar sahabat-sahabatnya untuk menjaga harga diri dengan bekerja apapun yang mungkin, serta dipAndang rendah orang yang hanya menggantungkan dirinya kepada bantuan orang lain.
Maka sabda Nabi:
"Sungguh seseorang yang membawa tali, kemudian ia membawa seikat kayu di punggungnya lantas dijualnya, maka dengan itu Allah menjaga dirinya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka yang diminta itu memberi atau menolaknya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu setiap muslim diwajibkankan bekerja, baik dengan jalan bercocok-tanam, berdagang, mendirikan pabrik, pekerjaan apapun atau menjadi pegawai, selama pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan jalan haram, atau membantu perbuatan haram atau bersekutu dengan haram.
Ibu-Ibu yang shalihat,
Maka yang sekarang ibu berdua perlu pikirkan adalah masalah strategi mengkomunikasikan keinginan ibu dengan apa yang dimaui oleh suami ibu. Suami ibu bisa terkena dosa bila ia tak menafkahi keluarganya. Ibu perlu mengajaknya ke alam realita dan menerangkan kepadanya bahwa tak mungkin selamanya ibu bekerja dan suami ibu tak bekerja. Sampai kapan hal ini akan berlangsung?
Ibu tak perlu memfokuskan setiap pembahasan kepada masalahhasil/ uang; karena sesungguhnya esensi yang utama adalah mendekatkannya dengan pekerjaan oleh tangannya sendiri dan bukan semata-mata uang. Setelah bekerja, hasilnya kita serahkan pada Allah swt. Perlu juga ibu membuat strategi lain semisal tak memberinya uang dari gaji ibu karena gaji ibu sudah digunakan untuk biaya ibu dan anak-anak. Dan semoga otak kreatifnya bekerja karena keterpaksaan yang ibu buat.
Semoga usaha Ibu berhasil dan ibu tetap tak henti berikhtiar dantawakkal…Insya Allah shadaqah Ibu, ikhtiar Ibu ini akan menjadi pahala yang diterima. Amiiin..
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Bu Urba