Assalamualaikum Bu Anita,
Saya baru beberapa bulan menikah. Dalam pernikahan ini saya seringkali merasa sedih dan tertekan. Yang membuat saya tertekan adalah sifat suami yang terlalu sensitif. Bila saya menegurnya karena sesuatu hal, dia menganggap saya marah atau terlalu kasar.
Padahal sejak awal saya sudah tahu kalau dia sensitif sehingga berusaha sebisa mungkin mengatur nada bicara saya. Memang kadang-kadang di kala sedang lelah dan menemukan masalah yang membuat saya merasa harus menegur suami, saya agak terbawa emosi sehingga nada bicara saya menunjukkan kekesalan.
Tapi menurut saya nada bicara itu masih wajar. Misalnya, "Nih pasti abang yang naro bajunya sembarangan gini " Apa ucapan saya itu terlalu kasar ya Bu?
Mungkin kalau suami membalas ucapan saya dengan pembelaan tidak terlalu menjadi beban pikiran bagi saya. Tapi biasanya jika tersinggung suami mendiamkan saya hingga berjam-berjam atau berhari-berhari.
Bahkan pernah karena tersinggung suami pergi dari rumah tanpa pamit hingga larut malam, dan tidak mau dihubungi lewat ponsel sehingga membuat saya sangat cemas. Masalahnya juga sangat sepele, dia tersinggung dengan kata-kata saya.
Biasanya kalau sudah begitu saya lah yang harus pontang panting untuk melunakkan hatinya, karena hatinya sulit sekali diluluhkan. Suami baru luluh ketika saya berkali-kali minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Apakah memang kata-kata saya terlalu kasar ya Bu? Padahal kalau dia marah kepada saya dan saya protes, dia kembali menyalahkan saya bahwa dia marah karena saya ini dan itu.
Dan kalau sudah terpojok dia selau mengatakan bahwa dia sedang ada masalah di kantor, atau dia kurang tidur sehingga mudah marah, jadi saya lah yang harus mengerti. Kalau sudah begitu saya tidak protes lagi dan mencoba memahami suami. Tapi kenapa ya Bu suami tidak melakukan hal yang sama ketika saya marah atau menegurnya?
Malah kalau saya pikir-pikir, bila marah ucapan suami sebenarnya lebih kasar dari saya dan suami kadang mengatakannya di depan rumah atau di jalan sehingga orang lain bisa mengetahuinya. Saya sedih dan merasa tertekan Bu, bukan karena ucapan suami, tapi karena sikapnya yang mendiamkan saya, dan ini seringkali terjadi.
Mohon pencerahannya ya Bu.
Jazakillah khoiron katsir
Wassamualaikum wr wb
Assalamualaikum wr. wb.
Saudari Putri yang sedang sedih
Bahtera pernikahan yang baru anda arungi beberapa bulan ini tampaknya sudah membuat anda tertekan, permasalahannya adalah sifat suami yang sensitif dengan perkataan dan nada bicara anda yang menurut suami terlalu kasar dan keras sehingga membuatnya tersinggung. Sikapnya bila ia merasa tersinggung itulah yang membuat anda uring-uringan dan merasa sedih.
Pastilah sedih rasanya bila anda didiamkan berjam-jam atau hingga berhari-hari lamanya. Kemudian pergi tanpa pamit hingga larut malam bahkan menghubungi lewat ponselnyapun sulit sekali, tentunya anda merasa cemas dan bingung bila setiap menghadapi masalah yang sama sikapnya tidak kunjung berubah. Apalagi anda harus pontang panting meminta maaf dan membujuknya agar hatinya melunak dan memaafkan anda.
Ketika saya membaca contoh kalimat yang anda gunakan ketika menegur suami yaitu "Nih pasti abang yang naruh bajunya sembarangan gini!"
Maaf lho bu kalo saya berpendapat sepertinya kalimat ibu memang agak terdengar cenderung menuduh, karena ada kata "pasti" yang menjadi penekanan dalam kalimat itu, yang bagi suami ibu mungkin terasa memojokannya.
Mungkin bagi sebagian orang termasuk ibu, kata-kata itu hanyalah sebuah pertanyaan mengenai hal yang sepele. Namun ternyata buat suami ibu rasanya kalimat itu seperti sebuah tuduhan yang menyakitkan.
Saya mengerti bila anda merasa apa yang terjadi pada anda itu kurang adil, karena menurut anda, suami juga sering melakukan hal yang sama bahkan lebih kasar lagi. Karena kadang hal itu dilakukannya di depan orang lain.
Apalagi sepertinya suami sering mengelak apabila anda protes dengan perilakunya, dengan menyalahkan bahwa anda yang menyebabkan demikian. Atau dengan beralasan ia sedang bermasalah di kantor atau sedang lelah hingga mudah marah. Sehingga anda selalu merasa dituntut untuk memahami suami namun tidak sebaliknya.
Dalam pernikahan memang terkadang, kita sering terkaget kaget dengan kenyataan bahwa suami yang kita kenal dulu sebelum menikah ternyata memiliki sifat yang tidak terduga, apalagi anda telah mengetahui sebelumnya, namun anda tidak menduga ia merespon dengan sikap yang demikian.
Memang anda dan suami saat ini masih dalam tahapan awal-awal penyesuaian diri yang cukup sulit. Dalam hal ini tentunya diperlukan komunikasi yang efektif untuk menyatukan pemahaman mengenai keinginan dan harapan anda berdua serta tujuan anda menikah.
Memang dalam permasalahan ini salah satu ada yang harus bersabar untuk mengalah terlebih dahulu, mungkin sebaiknya anda yang terlebih dahulu berusaha belajar memahami keinginan suami, meski rasanya kesal karena merasa diperlakukan tidak adil. Dengan tidak berusaha membalas sikap suami.
Meski sulit, biasakan bertutur lembut dengan kalimat yang manis, bahkan ketika menegur suami. Hindari kalimat negative yang sifatnya menuduh dan memojokkan. Misalnya "abang, naruh bajunya yang rapih ya!" Insya Allah, bila sudah terbiasa, suami juga akan terbiasa merespon dengan sikap yang positif pula.
Jangan pernah bosan mencoba memahami suami, dan juga jangan putus asa untuk saling mengingatkan bila anda berdua mulai mengalami "perang dingin." Namun, jangan berharap hasil instant ya, karena pasti akan melalui proses yang cukup panjang dan kesabaran yang besar.
Jangan lupa selalu berpikir positif kepada suami dan ikhlas dengan ujian ini. Mintalah selalu agar Allah memberi kesabaran dan memudahkan usaha anda. Semoga anda berhasil menjalaninya dengan baik.
Wallahua’lam Bishawab
Wassalamu’alikum wr. wb.