Assalamu’alaikum Ibu.
Maaf kalau pertanyaannya seperti ini. Tapi saya sedang gundah dan sedih. Saya menikah untuk yang kedua kalinya. Suami saya yang sekarang tahu bahwa saya seorang janda sewaktu dia menikahi saya. Tapi setelah menikah, ternyata dia tidak puas, karena ternyata dia tidak bisa menerima saya 100%, dikarenakan saya sudah tidak perawan lagi karena saya seorang janda (padahal dia tahu waktu itu).
Sekarang dia memohon untuk seks di dubur, hanya sekali, dan setelah itu dia akan tobat. Karena menurut dia, itu yang akan mengobati sakit hatinya, karena dia tidak bisa menerima saya yang sudah tidak perawan lagi. Saya menangis, sedih, karena itu dilaknat oleh Allah. Saya sudah mencoba berkali2 memberi pemahaman. Tetapi dia tidak bisa terima. Dia bilang, ini semua karena saya sudah menikah sebelumnya. Dan dia malah bilang, kalo saya tidak mau, boleh cerai saja. Saat ini kami tinggal terpisah, karena ada kendala, dia mau sewaktu kami bertemu nanti, saya melayani dia dengan seks di dubur. Ya Allah, Bu.
Apa yang harus saya lakukan? Saya tidak mau bercerai, tetapi saya tidak mau melakukan itu.
Mohon jawabannya, Terima kasih, Wassalam.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Ibu N yang dirahmati Allah,
Saya dapat memahami kebingungan Anda memilih keputusan, sungguh dilematis jika suami yang mestinya membimbing istri justru mengajak istrinya melakukan sesuatu yang tidak diridloi Allah swt. Cinta Anda pada suami sedang diuji, tetapi cinta Anda pada Allah SWT lebih diuji lagi… Ingatlah Ibu, cinta kita pada dunia jangan sampai melenakan. Bukankah Ibu ingin mendapat cinta Allah? Ayat-ayat cinta dari Allah SWT antara lain secara khusus diterangkan dalam QS At-Taubah: 24:
”Katalanlah, jika Bapak-bapakmu, dan anak-anakmu, dan pasangan-pasanganmu, dan kaum keluargamu, dan harta benda yang kamu usahakan,dan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan.. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang fasik”
Masya Allah, betapa manusia sering amat cinta pada dunia melebihi cintanya pada Allah, Rasul, dan jihad di jalan-Nya. Karena saking cintanya pada dunia, dia langgar batasan-batasan Allah SWT. Dia dzalim atau meletakkan sesuatu di luar proporsinya yang tepat.
Nah Ibu untuk membuat kita dapat mencintai apa yang di dunia ini secara wajar, perlu disadari bahwa sesungguhnya kepemilikan kita atas dunia ini hanyalah bersifat sementara, bahkan sebagai ujian keimanan kita pada Allah SWT.
Bangunlah ikatan perkawinan ini sebagai sarana Anda mendapatkan kecintaan yang lebih tinggi, yakni cinta Allah.
Memang aneh jika sebelum menikah suami sudah tahu Anda janda tetapi masih tidak rela dengan keperawanan Anda? Bahkan suami mengajak Anda melakukan seks dubur hal yang dilarang agama. Nampaknya suami memang masih harus banyak mendapat bimbingan agama. Cobalah Bu balas hal-hal yang dilakukan suami pada Anda dengan kebaikan, niscaya Ibu akan melihat perubahannya. Dalam hal prinsip, saya menyarankan Ibu tetap teguh, apalagi yang berkait dengan prinsip-prinsip agama; namun imbangi ini dengan sikap baik pada suami, misalnya karena Anda pisah rumah maka kirimlah makanan kesukaan suami atau hal-hal lain yang disukainya. Kirimlah surat bahwa Anda mencintainya dan ingin bersama-sama suami masuk surga jadi Anda tidak mau berbuat hal yang tidak disukai Allah swt. Bukankah manusia tidak tahu kapan nyawanya akan dicabut atau apakah jika berbuat dosa maka taubatnya akan diterima? Semoga suatu saat hati suami akan lunak ya, Bu. Ini adalah ujian yang tidak ringan, namun yakinlah Ibu akan mampu mengatasinya.
Rasulullah SAW bersabda:
” Tidak ada yang menimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya” (HR Bukhari).
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba