Assalamu’alaikum wr. wb.
Ustadzah saya mau bertanya masalah suami saya yang minder dalam mencari kerja, bahkan enggan ditawarkan pekerjaan, suami juga kurang bisa membagi waktu, sedangkan kami sudah menikah selama 2 tahun dan masih dibiayai oleh orang tua, sebagai catatan kami masih kuliah tugas akhir.
Wasalamu’alaikum wr wb
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Danis yang diberkahi Allah, Memang tidak nyaman ya Bu, berada dalam posisi seperti Anda. Di saat kebutuhan hidup melambung tinggi dan mendapati suami tak mau bekerja dan mendapatkan nafkah darinya. Sebagaimana dulu pernah ibu tulis di rubrik ini, syariat yang mulia mengajarkan:
Islam mengajak kita untuk berusaha dan bekerja, dan Islam memperingatkan kita dari sikap putus asa dan rasa malas, Allah SWT berfirman:
"Dialah yang menjadikan bumi ini budak bagi kamu, berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali) setelah dibangkitkan…" (Al-Mulk: 15)
Bahkan Ust Yusuf Qaradhawi mengatakan: Diamnya Orang yang Mampu Bekerja adalah Haram
Setiap muslim tidak halal bermalas-malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah atau tawakkal kepada Allah, sebab langit ini tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak.
Tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya. Apalagi bila sedekahnya selalu berasal dari isterinya. Untuk itu Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna." (Riwayat Tarmizi)
Dan yang sangat ditentang oleh Nabi serta diharamkannya terhadap diri seorang muslim, yaitu meminta-minta kepada orang lain dengan mencucurkan keringatnya. Hal mana dapat menurunkan harga diri dan karamahnya padahal dia bukan terpaksa harus minta-minta.
Nabi menghapuskan semua fikiran yang menganggap hina terhadap orang yang bekerja, bahkan beliau mengajar sahabat-sahabatnya untuk menjaga harga diri dengan bekerja apapun yang mungkin, serta dipAndang rendah orang yang hanya menggantungkan dirinya kepada bantuan orang lain.
Maka sabda Nabi:
"Sungguh seseorang yang membawa tali, kemudian ia membawa seikat kayu di punggungnya lantas dijualnya, maka dengan itu Allah menjaga dirinya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka yang diminta itu memberi atau menolaknya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu setiap muslim dibolehkan bekerja, baik dengan jalan bercocok-tanam, berdagang, mendirikan pabrik, pekerjaan apapun atau menjadi pegawai, selama pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan jalan haram, atau membantu perbuatan haram atau bersekutu dengan haram.
Maka yang sekarang ibu perlu pikirkan adalah masalah strategi mengkomunikasikan keinginan ibu dengan apa yang dimaui oleh suami ibu. Suami ibu bisa terkena dosa bila ia tak menafkahi keluarganya. Ibu perlu mengajaknya ke alam realita dan menerangkan kepadanya bahwa tak mungkin selamanya suami ibu tak bekerja. Sampai kapan hal ini akan berlangsung?
Ajaklah ia untuk menyusun planning keluarga. Carilah apa yang membuatnya minder dan bantu dia dengan motivasi diri dan pengertian dari Anda. Kenalilah minat dan keahliannya dan datalah jenis pekerjaan yang mungkin dilakukannya sembari dia mengerjakan tugas akhirnya, misalnya menjual stiker-stiker Islami, kursus privat atau yang lain. Kebanyakan laki-laki memang tak terlalu suka bila ia mendengar terlalu banyak perkataan. Jadi proporsional dalam mengajak bekerja dengan tanpa bermaksud melecehkannya. Jangan lupa dengan kekuatan doa. Doakan ia selalu… Semoga ibu tetap dalam kesabaran memotivasi suami untuk menjalankan kewajiban asasinya! Teriring salam dan do’a kami.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Urba