Ibu Ustadzah yang semoga senantiasa diberkahi limpahan hikmah oleh Allah SWT,
Ibu, saya tergolong pengantin baru, namun setelah perjalanan selama 3 bulan ini ada beberapa hal yang saya cermati dari sikap suami saya. Memang kami tergolong pasangan yang belum mandiri.
Kami belum memiliki rumah sendiri. Kendaraan yang kami miliki barulah sebuah motor. Setiap ada acara dari keluarga besar saya atau pun pernikahan teman saya, suami nampak menanggapi dengan ogah2-an, kalau bisa dibaca sih dia ndak ingin menghadiri, sementara saya selalu ikut setiap ada acara keluarga besarnya. Ini nggak adil khan Bu.
Selain itu, suami saya juga belum sadar untuk "mendirikan" sholat.. banyak waktu-waktu sholat yang ditinggalkan dengan sengaja. Sudah saya ingatkan untuk sholat, tapi masih saja tertinggal. Jadi saya sekarang saya hanya bisa melihat saja apakah kali ini sholat dzuhur/ashar/maghrib/isya/subuh tertinggal lagi, Mohon pencerahan Ibu agar hati ini menjadi tenang.. Jzk.. wassalam..
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Sdr Rini yang shalihah, sebelumnya ibu ucapkan barakallahu laka wa baraka alaika wa jamaa bainakuma fi khoir, ini adalah doa yang diucapkan untuk pengantin baru. Semoga Allah memberkahi kalian dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.
Usia 3 bulan pernikahan tentu masih sangat pendek ya, tetapi Anda tetap harus bersyukur dengan limpahan nikmat yang diberikan Allah. Salah satunya nikmat untuk beribadah, berupa pernikahan. Betapa banyak saudara kita di luar sana yang belum mendapatkan amanat itu. Sekarang Anda tinggal mengisinya dengan berbagai amal sholih agar pernikahan kalian adalah pernikahan dunia akhirat. Tak usah Anda berfikir kami belum punya rumah, baru punya motor, karena semua itu adalah nikmat.
Alhamdulillah, ada rumah untuk tempat bernaung dari panas dan hujan, Alhamdulillah, ada kendaraan untuk mengantar Anda ke tempat kebaikan. Rasa syukur itu akan mendatangkan nikmat yang lain, yang lebih besar.Amiin…
Sdr Rini, masa-masa awal menikah adalah masa perkenalan dan adaptasi. Masa ini sangat menentukan perjalanan pernikahan Anda selanjutnya. Sehingga di awal-awal ini, Anda perlu membangun komunikasi yang sehat, yang mampu menumbuhkan cinta kasih dan senantiasa dirindukan.
Anda perlu berusaha untuk mengenalinya, secara lahir dan batin. Anda mesti berupaya maksimal agar proses ini menjadi fondasi yang kuat untuk rumah tangga Anda nantinya. Carilah persamaan di antara Anda dan jangan Anda perlebar perbedaan perbedaan. Buatlah jembatan pengertian yang mendekatkan jarak Anda dengannya. Belajarlah untuk menyelami hati dan keinginannya. Karena inilah pernikahan. Ia membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan yang Anda lakukan semoga membantunya untuk menjadi lebih baik.
Berkaitan dengan pasangan Anda yang tak bersegera datang di acara keluarga dan teman-teman Anda, apakah benar karena tidak ada i’tikad dari suami? Benarkah hal itu yang ada di benaknya, Bu? Ajaklah ia berbicara, mengapa ia tampak tak bersemangat? Dan tawarkanlah bantuan apa yang Anda bisa lakukan agar ia bersemangat.
Mungkin ia merasa jengah bila ia berada di lingkungan yang tak dikenalnya, maka Anda bisa mengenalkannya pada kerabat Anda atau Anda bisa pula mengasah sisi kesupelannya. Ada tipe suami yang cenderung introvert, tidak suka banyak berinteraksi dengan orang lain, lebih nyaman sendiri. Apakah itu tipe suami Anda? Pahamilah dan secara bertahap ajak dia silaturahmi ke para famili.
Begitupun dengan shalat, adakalanya contoh perbuatan lebih efektif dibanding dengan kata-kata.
Dan kelembutan akan berefek lebih besar dibanding ketidak-lembutan. Juga amalan yang didahului dengan pemahaman akan lebih bermakna dibanding ibadah ritual yang tidak didahului dengan pemahaman akan urgensinya. Maka mendekatkan dia dengan agama adalah tugas penting lain yang harus Anda lakukan. Jangan tampakkan sikap cuek dan tak butuh karena itu tak akan berpengaruh banyak pada kebaikannya. Selamat beramal dalam bingkai rumah tangga baru….!
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Urba