Setelah Cerai, Kedua Orang Tua Saling Mengungkapkan Aib kepada Anak

Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, saya dan adik saya perempuan. kedua orang tua saya sudah bercerai. Keduanya sudah menikah lagi. Hal ini disimpan selama 4 tahun dari kami karena kami sekolah dan dititipkan pada nenek. Sampai akhirnya saya dan adik saya mengetahuinya, ketika adik melanjutkan sekolah dan tinggal bersama ibu. Ketika saya menanyakan kepada mereka, alasan mereka bercerai, mereka megemukakan alasan masing-masing yang saling bertentangan. Tentang perselingkuhan, tentang nafkah keluarga, tentang uang.

Semuanya tampak bertolak belakang. Tetapi tampak sekali bahwa ayah menyalahkan orang ketiga, yang sekarang menjadi suami ibu saya sebagai penyebab perceraian mereka. Tetapi saya juga merasakan ibu saya sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang. Lebih terjamin secara lahir ataupun bathin.

Sayapun berpendapat apapun yang terjadi di antara mereka berdua, saya harus tetap hormat dan berbakti kepada mereka berdua. Masalah mulai muncul ketika dua keluarga baru saya ini harus berinteraksi. Saya dan ibu tinggal di kota yang terpisah begitu pula dengan ayah. Waktu yang sangat jarang untuk bisa betemu. Komunikasi hanya lewat telpon dan sms. Lalu cerita-cerita tentang rumah tangga ayah dan ibu di masa lalu pun muncul setiap kali saya mengunjungi mereka.

Ceritanya bermacam-macam. Dari yang sedih sampai gembira. pahit, manis. Tetapi kemudian ada satu cerita yang menurut saya menjadi fitnah untuk ibu saya. Ayah menceritakan bahwa ibu telah berselingkuh jauh sebelum mereka bercerai. Mendengar ayah bercerita hati saya sakit sekali. Antara tidak bisa menerima dengan perasaan kecewa. Kemudian saya tanyakan kepada ibu dan beliau membenarkan.

Hati saya perih untuk yang kedua kali waktu mendengar itu. Apakah pantas orang tua menceritakan aib dalam rumah tangga kepada anaknya seperti? Walaupun itu tujuannya baik menurut mereka? agar anaknya tahu langsung dari orang tuanya?

Assalammu’alaikum wr. wb.

Saudari Nin yang penyabar,

Pastilah tidak enak mendengar orang tua membuka aibnya sendiri kepada anda. Perceraian mereka saja mungkin sudah merupakan sesuatu yang berat bagi diri anda apalagi jika ditambah harus sering mendengar hal-hal negatif tentang kehidupan mereka dulu. Sebagai anak jelas menimbulkan kebingungan dan berbagai perasaan lain karena tentu akan menimbulkan konflik dalam batin untuk bisa menerima hal-hal yang buruk tentang orangtua sendiri.

Tindakan orang tua anda sebenarnya memang tidak bijak jika mereka berusaha saling menjatuhkan satu sama lain dalam pandangan anaknya. Hal semacam itu akan membuat posisi anak jadi serba salah karena pada dasarnya setiap anak membutuhkan kedua orangtuanya dan ingin mencintai mereka.

Sedangkan menceritakan aib dapat memunculkan rasa bersalah dalam diri anak karena memiliki perasaan benci atau tidak suka terhadap salah satu orangtua yang dianggap menjadi kambing hitam dari keretakan rumah tangga. Sedangkan permasalahan rumah tangga merupakan hal yang kompleks, masing-masing pasti punya peranan dalam proses perjalanannya sehingga tidak bijak untuk menyalahkan salah satunya ketika terjadi keretakan.

Posisi anda sebagai anak memang berat untuk bisa menghadapinya, namun ingatlah selalu bahwa baik dan buruknya mereka tetap orang-orang yang melahirkan anda ke dunia. Membesarkan anda (meski tidak sempurna pengasuhan mereka) merupakan perjuangan yang pernah mereka lalui dan menjadikan anda sebagai sosok dewasa sekarang ini. Karena itu tidak perlu melihat lagi ke belakang atas kekhilafan yang pernah terjadi. Simpanlah saja sebagai pelajaran mahal dan berharga untuk anda kelak membentuk rumah tangga.

Jika anda merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan orangtua tentang mantan pasangannya maka mintalah mereka untuk berhenti menceritakan hal itu kepada anda. Anda dapat mengatakan bahwa anda hanya ingin mencintai mereka dan apapun yang terjadi bahwa mereka tetap orangtua anda. Bukankah Allah pun memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua (.terutama ibu) sampai akhir hayat tanpa pernah melihat siapa mereka? Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.