Oleh : Muhammad Hakim
“Saudara-saudara, aku kehilangan dia – saya kehilangan anak saya!”
Dalam pengantar bukunya, yang berjudul “Ketika Malaikat Bertanya” , Dr Jeffery Lang bercerita tentang seorang yang bertakwa yang sedang memimpin jamaah sholat Isya pada satu malam, setelah sholat berjamaah , kemudian ia sampaikan suatu berita sedih kepada para jamaah sholat tentang anaknya, yang berusia 16 tahun, bahwa anaknya telah meninggalkan Islam dan mengadopsi gaya hidup yang sama sekali berbeda dengan kehidupan Islam. Kisah tragis…, orang tua yang bertakwa tetapi anaknya murtad.
Sebagai orang tua, kita menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita; kita berusaha bagi mereka untuk bisa hidup bahagia, sehat, dan menyenangkan serta penuh prestasi. Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa perhatian kasih sayang ini sebenarnya adalah sebuah fitnah (cobaan) dari Allah kepada para orang tua:
{Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian, dan bahwa dengan Allah adalah pahala yang besar} (Al-Anfal 8:28)
Sementara kita cenderung untuk melindungi anak-anak kita dari bahaya fisik dan emosional (cuaca dingin, intimidasi, tekanan teman sebaya, makanan yang tidak sehat atau permen yang berlebihan, dll …), ternyata dalam Islam , perhatian menjadi lebih, karena dengan Islam kita lebih membuka mata kita terhadap bahaya yang lebih besar sehingga membutuhkan ikhtiar dan rencana yang lebih besar pula dalam menghadapi kehidupan duniawi dan akhirat:
{Wahai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang tangguh dan kuat; malaikat ini tidak mendurhakai Allah dalam perintah-Nya dan melakukan apapun yang diperintahkan.} (At-Tahrim 66:6)
Peduli terhadap anak-anak kita, maka kita harus peduli juga dengan kesehatan spiritual mereka, hubungan mereka dengan Allah, pemahaman mereka dalam menjalankan Islam, dan hubungan mereka dengan Kitab Allah.
Kita harus memahami bahwa anak-anak kita adalah manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, dan kedua komponen tersebut memerlukan perencanaan kesehatan, pengobatan; “diet” dan “latihan”.
Banyak orang tua – terutama banyak ibu-ibu – yang mendefinisikan peran mereka terhadap anak-anak mereka hanya sebagai baby sitter; memberikan popok, menidurkan anak-anak, memasak dan memberi makan. Ini hanya “logistik” yang berkaitan dengan pekerjaan penitipan anak, tetapi hanya sebagian kecil dari peran orang tua, khususnya para Ibu yang mengetahui apa yang sebenarnya harus dilakukan dalam Islam.
Mempercayakan Outsourcing Tarbiyah (pendidikan Islam) kepada orang lain
Saudaraku ! Anda tidak bisa mempekerjakan orang lain untuk melakukan pekerjaan Anda! Saya tidak bisa menjadi orangtua untuk anak anak kalian!
Setelah bertahun-tahun terlibat dalam kegiatan pemuda di pusat-pusat Islam yang berbeda di Amerika Serikat dan di Lebanon, saya menjadi terbiasa melihat kondisi seperti ini : Orang tua membawa (atau untuk lebih akurat: menyeret) anaknya untuk tarbiyah mingguan . Setelah itu, orang tua tersebut ingin mendapatkan keajaiban dari hasil tarbiyah tersebut .
Saudaraku ! Anda tidak bisa mempekerjakan orang lain untuk melakukan pekerjaan Anda! Saya tidak bisa menjadi orangtua! Saya hanya dapat menyediakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan (relatif) di mana anak Anda dapat menemukan (relatif) teman baik dan berinteraksi dengan mereka. Jika kita menggunakan analogi yang sama dari “makan” dan “memelihara” anak-anak kita pada fisik dan sisi spiritual: orang tua ingin mengirim anak-anak mereka ke dapur sup SEKALI seminggu, dan mengharapkan mereka untuk diberi makan GRATIS dan memiliki makanan yang mengisi mereka untuk sisa 6 harinya dalam seminggu!
Tidak hanya itu, mereka ingin bahwa makanan menjadi organik, sehat, lezat , dan akan senang sekali bila makanan ini yang dapat mengobati untuk masalah tertentu dan penyakit anak mereka.
Bimbingan: Rahasia cahaya
Kita bisa membuat pilihan yang tepat untuk anak-anak kita, dan menyediakan lingkungan yang tepat bagi mereka, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban kita.
Buah dari Tarbiyah tidak dijamin 100% sama sekali. Anda mungkin menjadi orangtua terbaik yang pernah ada, dan menghabiskan banyak waktu dan uang dalam membesarkan dan mendidik anak-anak Anda, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Tetapi Al-Qur’an memberitahu kita cerita tentang nabi-nabi, dimana merupakan kurikulum, kegiatan, dan kepribadian jauh lebih baik daripada guru atau program pendidikan Islam, Lihatlah ayat ayat ini :
Nabi Nuh dan anaknya (Hud 11:42-47)
Nabi Ibrahim dan ayahnya (Maryam 19:41-48)
Nabi Luth dan istrinya (Hud 11:81)
Semua cerita-cerita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti kisah kematian paman tercinta Abu Thalib tanpa Rasul berhasil mengubahnya ke Islam; ketika dia berada di ranjang kematiannya, nabi memintanya untuk mengatakan “La ilaha Illa Allah” jadi setidaknya ia bisa berargumentasi atas namanya dengan Allah pada hari penghakiman. Abu Thalib, dipengaruhi oleh kehadiran orang-orang kafir lainnya dalam kamar yang sama , Abu Jahl, akhirnya memiliki kata-kata terakhirnya di dunia ini: “Saya tetap pada agama` Abdul Muttalib “. Allah bersabda kepada Nabi – dan kita – tentang realitas kehidupan.
{Anda tidak dapat memberi petunjuk siapa yang Anda sukai, tetapi Allah membimbing siapa yang Dia kehendaki, dan DIA Maha Mengetahui siapa orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash 28:56)
Aturan ini berlaku untuk saya dan Anda, dan tidak terkecuali anak-anak kita juga. Namun, mari kita lihat sisi lain: Allah menghakimi kita tergantung pada tindakan kita, bukan pada hasil. Kita bisa membuat pilihan yang tepat untuk anak-anak kita, dan menyediakan lingkungan yang tepat bagi mereka, dan ini adalah apa yang Allah akan meminta pertanggungjawaban kita.
Bekerja untuk Allah adalah serupa dengan bekerja sebagai orang marketing di perusahaan besar ini, di mana gaji Anda, komisi Anda, dan gaji Anda semua dijamin Allah, apakah Anda melakukan penjualan atau tidak, apakah Anda memperoleh pelanggan itu atau tidak. Anda hanya diminta untuk berusaha maksimum. Bila Anda akan diberi berkah maka anda diizinkan untuk MELIHAT buah dari usaha Anda, hanya karena Nya dan rahmat Nya, bukan karena usaha Anda dan pilihan anda. Wallahu alam (OI/Nn)