Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Semoga kita semua senantiasa ada dalam lindungan Alloh SWT. Saya haturkan salam kepadu Ummi Siti Urbayatun, S.Psi, MS.i, semoga dalam keadaan sehat dan tetap exsis dalam menjalankan tugasnnya. amin
Saya seorang Guru dan Dosen di salah sekolah negeri dan swasta di Kab Ciamis, dalam menghadapi kenakalan murid-murid di sekolah saya kewalahan untuk menyapaikannya, meski sudah berkali-mengkaji ilmu pendidikan anak, berbagi cara sudah saya lakukan dengan berbagai trik dan tip akan tetapi saya kurang puas dengan tanpa hasil terhadap mereka, mohon masukannya. terima kasih
Wassalam
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Guru di Ciamis yang dirahmati Allah,
Sungguh saya merasa bersyukur bahwa Anda sebagai pendidik punya interest yang baik dengan mendiskusikan problem anak didik yang Anda alami; Figur pendidik yang baik juga laki-laki; Lihatlah figur-figur Bapak teladan yang diabadikan khusus dalam Al Qur’an ( misalnya Nabi Ibrahim AS., Luqman Al-Hakim,dsb.). Berikut ini apa yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan Bapak:
- Saya memahami bahwa tak mudah menjadi guru dan pendidik yag sukses. Usaha keras kita sering tak berhasil dengan sukses seperti yang kita harapkan. Banyak siswa saat ini yang jauh dapat disebut sebagai anak yang penurut. Kadang semuanya itu sebagai bentuk kreatifitas tapi juga kadang berlebihan ya. Pak. Memang Pak, anakpun tumbuh-kembang secara bertahap sesuai dengan jamannya. Perlu kerjasama yang baik antara orang tua di rumah dengan guru di lembaga pendidikan baik formal, informal serta lingkungan dalam mengkondisikan anak didik. Aapakah orang tua mereka sudah benar dan tepat dalam mendidik? Beberapa materi yang penting sejak dini ditanamkan oleh orang tua adalah pendidikan keimanan, pendidikan untuk membiasakan beribadah, pendidikan akhlaq, pendidikan emosi, dan sebagainya (Lihat buku Abdullah Nashih ’Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam). Mentransfer materi-materi itu dilakukan dalam proses yang tujuannya adalah menanamkan agar dapat terinternalisasi dalam diri anak. Untuk menanamkan nilai ini perlu secara bertahap dan dengan kesabaran. Orang tua dan pendidik dapat melatih kedisiplinan, nilai-nilai antara lain dengan pemberian aturan. Ketika penanaman nilai dilakukan secara keras, misalnya, maka mungkin nilai ini akan ditolak atau akan diterima anak; tetapi anakpun suatu saat akan mentransfer nilai ini dalam hidupnya termasuk dengan konsep sertaannya yakni kekerasan dalam mengajarkan nilai tersebut. Orang tua/ pendidik yang selalu mengajarkan nilai tanpa penjelasan, sering disebut orang tua/pendidik dengan pola asuh otoriter. Dalam pola asuh ini pendidik tidak memberi cukup penjelasan mengapa nilai tersebut harus dipatuhi anak. Anak tertentu mungkin pasif agresif, melakukan penentangan secara diam-diam di belakang, tetapi ada yang menggunakan agresif langsung dengan membangkang. Bapak, sebagai pendidik sangat perlu memahami karakter anak didik yang khas. Biasanya dapat diketahui dari reaksi anak dan perilakunya sehari-hari. Untuk menghindari trauma emosional ketika pengajaran disiplin, mestinya dengan dialogis, terutama karena kognitif yang terus berkembang. Jangan sampai ada kesenjangan antara guru dan siswa, usahakan dekat secara hati dan ruh, agar mereka menganggap guru juga orang tua pengganti tempat mereka kembali ketika ada masalah. Semoga dengan begitu, hatinya akan merasa nyaman dan tidak ada alasan membangkang lagi, amin.
- Selain belajar dari lingkungan keluarga dan sekolah anak juga belajar dari lingkungan masyarakat (teman sebaya). Apalagi di usia remaja, pengaruh lingkungan seringkali lebih dominan. Oleh karena itu perlu dicarikan lingkungan yang kondusif bagi mereka, terutama dalam mengisi waktu luang. Melakukan hoby dan pengembangan skill sangat diperlukan dalam usia remaja ini karena energi mereka sedang tumbuh dengan pesat.
Nah demikian Bapak, do’a kita sebagai pendidik amat berperan, agar Allah swt memberi inayah-Nya untuk menuntun anak-anak meniti kehidupannya.
Sekian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Salam hangat dan selamat berjuang..! Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba