Assalamu’alaikum wr, wb.
Saya seorang wanita 31 tahun, single, dan bekerja di perusahaan swasta. Saat ini saya sedang menghadapi tekanan batin yang cukup berat mengenai pernikahan.
Beberapa sebulan terakhir saya dihadapkan pada lamaran seorang pemuda (2 tahun lebih tua) yang menurut pengamatan saya ia mempunyai amalan agama yang baik (rajin melaksanakan sholat wajib, senantiasa ikut taklim, dan insya Allah bergaul dengan para pemuda sholeh), bahkan sering mengingatkan saya untuk tidak meninggalkan sholat wajib dan menganjurkan saya senantiasa sholat lail dan dhuha.
Dengan pertimbangan agama, saya merasa ia adalah calon imam yang baik, apalagi ia sudah memiliki pekerjaan tetap. Namun saya merasa gundah karena saya pribadi memiliki masalah. Saya mempunyai hutang yang cukup besar akibat bisnis saya yang bangkrut.
Saat ini saya sedang bekerja untuk melunasi hutang saya itu karena bagi saya hutang adalah tanggung jawab dunia akhirat sehingga saya berkewajiban untuk bekerja dan berusaha. Hal ini belum saya sampaikan kepada pemuda itu karena khawatir ia tidak bisa menerima calon isteri yang terbelit hutang.
Terus terang saya mengharapkan pemuda itu tetapi saya khawatir akan membebaninya secara psikologis nantinya jika kami ditakdirkan menikah, wallahu ‘alam
Saya pernah berpikir apakah saya tidak perlu menerima lamaran seseorang dulu sebelum hutang saya lunas. Tapi saya rasa hal itu sangat tidak bijaksana. Saya bingung harus bersikap bagaimana yang terbaik pada pemuda sholeh itu, dan bagi diri saya ke depan.
Mohon bantuan Ibu untuk memberikan saya pencerahan atas masalah saya tersebut. Terima kasih.
Assalamu’alaikum wr, wb.
Saudari F yang disayang Allah
Menikah adalah salah satu ibadah yang sebaiknya disegerakan, bukan justru menundanya. Terlebih lagi sang calon suami menurut anda adalah pemuda yang sholeh dan memiliki persyaratan yang lengkap untuk menikah. Namun nampaknya anda merasa gundah karena belitan hutang yang masih harus anda lunasi, hingga anda berpikir untuk menunda pernikahan hingga hutang anda lunas.
Saudari F yang baik, Allah telah mempertemukan anda dengan calon pasangan yang shaleh. Sebaiknya anda berterus terang mengenai masalah hutang kepada calon suami anda. Hal ini tentu sebagai pertimbangan bersama, karena bila telah menikah nanti, tentu suami tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya membantu isteri termasuk dalam menyelesaikan hutangnya. Insya Allah, seorang lelaki sholeh tentu tidak akan mengurungkan niatnya menikah hanya karena takut ikut menanggung hutang isteri.
Mengingat usia anda yang sudah sangat siap berumah tangga, tentu saya memahami kegundahan hati anda menyikapi hal ini. apalagi anda juga mengharapkan pemuda ini akan menjadi jodoh anda kelak. Namun sebaiknya anda tetap berpegang teguh dalam keyakinan bahwa bila pemuda itu merupakan jodoh yang ditakdirkan Allah untuk anda, maka segala kesulitan akan mudah dilalui. Apalagi kesulitan itu hanya berupa hutang yang cepat atau lambat akan lunas juga.
Nah, jangan ragu dan menunda lagi, bila di dia tidak mempermasalahkannya. Namun bila kenyataan berbeda dengan harapan anda, si dia ternyata tidak menerima anda lantaran beban hutang yang membelit anda. Sebaiknya tetaplah bersyukur kepada Allah akan mengganti jodoh yang lebih baik buat anda. Dalam hal ini kita manusia tidak dapat mengelak dari skenario Allah bukan? Pasrahkan semuanya hanya pada Allah sambil tetap berikhtiar melunasi hutang-hutang anda. Yakinlah Allah akan memudahkan kesulitan anda.
Wallahualam bishawab
Wassalamualaikum wr. wb.