Assalamu’alaikum wr. wb.
Ibu Anita, saya punya anak laki-laki kelas 1 SMP. Belakangan ini prestasinya menurun jauh, padahal waktu di SD-nya selalu rangking I. Saya tahu kemampuan anak saya sebetulnya dia itu mampu tapi sepertinya ada sesuatu yang membuat dia tidak fokus dalam belajar. Sebagai gambaran berdasarkan hasil tes IQ (2 kali) skornya 138. Tolong ibu apa kiranya penyebabnya dan bantuan apa yang bisa saya berikan kepada anak saya? Terima kasih.
Wassalam Wr. Wb.
Assalammu’alaikum wr.wb.
Bapak Hd yang dimuliakan Allah,
Nampaknya bapak merasa khawatir atas perkembangan anak saat ini yang menurun prestasinya di sekolah. Padahal jika merujuk dari hasil tes IQ anak bapak memiliki kemampuan di atas rata-rata anak seusianya. Dengan kemampuan seperti itu seharusnya anak bapak memang mampu untuk memiliki prestasi seperti yang diharapkan.
Namun prestasi anak di sekolah sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh IQ atau kemampuan intelektualnya tapi faktor lain seperti kondisi psikologis dan emosinya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Apalagi anak bapak saat ini berada di usia pubertas di mana pengaruh lingkungan cenderung lebih banyak mempengaruhinya dibandingkan sebelumnya.
Anak-anak di awal usia remaja mengalami banyak perubahan dari mulai perubahan pada dirinya, baik fisik maupun mental, sampai juga perubahan lingkungan sosialnya. Dan berbagai perubahan ini dapat menimbulkan ketidakstabilan bagi jiwanya, tergantung dari kematangan dan kemampuan adaptasinya.
Oleh karena itu mungkin anak bapak perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua dalam bentuk menjadi temannya berbagi atau curhat agar ia dapat mengatasi hambatan di masa transisinya ini. Saran saya bapak dapat mencari cara untuk membuat anak terbuka kepada orang tua atas permasalahannya.
Anak di usia ini biasanya sudah tidak suka dinasehati tapi mereka ingin lebih banyak didengarkan. Sebaiknya mendapatkan informasi dari anak memang dengan tidak bertanya langsung pada permasalahan karena untuk sebagian anak yang tertutup cara tersebut bisa menjadi ancaman atau membuatnya tidak nyaman.
Jika anak termasuk tipe yang tertutup maka saran saya buatlah anak merasa nyaman bersama bapak, misalnya mencari waktu dan kesempatan untuk melakukan aktifitas bersama yang dapat dinikmati anak dan secara perlahan mencoba membuat anak bisa bercerita banyak akan kehidupan barunya saat ini. Dengan mendengarkan anak maka kita akan dapat mendeteksi permasalahan yang dihadapinya.
Selanjutnya tawarkan kepadanya saran atau bantuan yang bisa diberikan, dengan menawarkan maka anak akan merasa bahwa kita tetap menghormati kemampuannya tanpa merasa diperintah untuk melakukan solusi dari orang tua. Dengan terselesaikan masalahnya kemudian dapat dievaluasi terhadap peningkatan prestasi belajarnya.
Demikian saran yang bisa saya berikan pada bapak, semoga dapat memberi pencerahan pada bapak. Wallahu’alambishshawwaab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr Anita W.