Assalamu ‘alaikum. wr. wb.
KASUS I:
Ibu Urba yang kami hormati.
Saya seorang ayah dari dua orang putera. Yang pertama berusia 3, 5 tahun dan yang kedua 2 tahun. Anak saya yang pertama mempunyai kebiasaan sejak usia 1 tahun, apabila hendak tidur (baik siang ataupun malam) selalu dan selalu membuang air minun ke tempat tidur baru dia bisa tidur pulas dengan kondisi kasur yang basah.
Suatu saat saya dan Isteri berusaha untuk tidak dipenuhi keinginannya, namun dia tidak mau tidur. Yang ingin saya tanyakan pada ibu adalah:
1. Apakah kebiasaan ini suatu penyakit? Dan apakah ada suatu dampak bagi kesehatannya.
2. Bagaimana solusi dari masalah ini???
3. Keponakan saya mempunyai kebiasaan (maaf) sering buang air besar dicelana, akan tetapi tidak mau bilang pada orang tuanya. Apakah ini suatu penyakit atau tidak?
Atas jawaban ibu saya ucapakan Jazakumullah khairan katsiro.
Abu Faqih
KASUS II:
Bu, saya seorang reporter…..bisa anda tahu bagaimana capeknya seorang wartawan mencari dan membuat berita…karena itu setelah pulang dari kantor…biasanya saya malas bermain ama anak saya yang sekarang berusia 2 tahun lebih. saya khawatir nantinya anak saya tidak lagi dekat ama bapaknya….meskipun selama ini dia selalu dekat dengan saya….gimana nih bu mengatasinya…..
suwun
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Abu Faqih dan Sdr. Boby yang dicintai Allah swt.,
Anak ketika lahir masih dalam keadaan fitrah, suci, bersih, ibarat kertas putih. Sejak itu dan semakin tumbuh mereka akan berinteraksi dengan lingkungannya. Terbentuklah pengalaman yang unik yang akan membentuk pola respon spesifik pada individu.
Mungkin inilah yang terjadi pada anak pertama Abu Faqih, dia mempunyai pengalaman yang unik suatu ketika kemudian anak tersebut mempunyai respon yang spesifik, antara lain menikmati tidur dalam keadaan kasur basah. Pengalaman unik apa yang dia alami suatu ketika? Ini yang perlu dicermati. Sejak usia 1 tahun (kira-kira sudah 2.5 tahun yang lalu) kebiasaan ini terbentuk. Sudah cukup lama sebenarnya, semakin lama suatu perilaku diulang akan melekat semakin dalam dan jadilah kebiasaan.
Abu Faqih, faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi perilaku anak tersebut? Mohon maaf jika saya andaikan hal yang fiktif. Katakanlah suatu ketika pada saat anak kecil (sebelum usia 1 tahun) si anak sering ngompol. Setiap anak mengompol maka dia menangis. Tangisan anak adalah isyarat bahwa dia dalam keadaan tidak nyaman.
Tetapi mungkin sang Ibu tidak mengerti bahwa tangisannya bukan tangis lapar, tetapi tangis merasa tidak nyaman dalam lingkungan basah. Maka disusuilah sang bayi hingga terdiam. ”Ah tidak mengapa basah…tapi aku dapat ASI yang enak…hmm..”, Indranya mulai beradaptasi bahwa lingkungan basahpun anak tetap memperoleh rasa aman pengganti yakni disusui sang Ibu.
Nah, lama-lama anakpun akan terbiasa berada dalam lingkungan basah, jika Ibu tidak segera mengganti popok. Mungkin banyak faktor lain, misalnya karena sibuk, karena tidak memahami arti setiap tangisan anak dan lain sebagainya. Akhirnya si bayi yang sudah tumbuh sebagai anak dan tidak mengompol lagi, masih membutuhkan ”suasana basah” itu di tempat tidurnya. Wallahu a’lam.
Abu Faqih, kebiasaan ini insya Allah bukan penyakit yang berbahaya, tetapi merupakan proses learning yang salah dalam tahap perkembangannya. Perlu modifikasi ulang atau mengajarkan anak proses learning yang baru. Ajarkan bahwa tidur di lingkungan kering juga nyaman, bahkan lebih nyaman lagi…! Sediakan dua kasur yang satu basah dan yang satu kering.
Kasur yang kering Anda buat agar penampilannya ”menarik”, diberi pernik-pernik yang dia akan suka. Nah jika dia dapat tidur di kasur kering maka beri hadiah setiap anak mau melakukannya. Anda maupun isteri perlu sabar dan telaten dalam hal ini.
Demikian pula BAB di celana, dapat disebabkan karena tidak ada pembiasaan sebelumnya; orang tua kurang mengajarkan toilet training yang dapat dilatih sedini mungkin. Pelatihannya adalah dengan mengajak anak buang air pada saat-saat tertentu dengan ditemani orang tua; ini akan melatih jam biologis anak punya ritme-ritme yang dapat dikenali. Abu Faqih dapat menyarankan pada orang tuanya untuk memberi makan anak yang memperlancar BAB-nya, karena biasanya kesulitan BAB juga stresor bagi anak. BAB yang butuh lama tentu tidak disukai anak, anakpun akan BAB pada saat-saat yang kurang tepat. Nah Abu Faqih, Anda dapat menghubungi psikolog terdekat untuk membantu kesulitan Anda.
Kepada Sdr. Boby saya patut mengucapkan salut Anda punya motivasi bagus sebagai Ayah. Figur Ayah dibutuhkan anak sebagai pelindung, figur keteladanan dalam sikap maupun perilaku. Secara kuantitas kehadiran fisiknya tak sebanyak yang dibutuhkan pada seorang Ibu. Jadi sebagai reporter, Anda sudah berjihad untuk keluarga. Anda tetap dapat menjalankan fungsi pengasuhan di tengah-tengah menjalankan reportase.
Teleponlah anak pada saat-saat Anda bertugas. Beri hadiah-hadiah kecil ketika Anda pulang. Ajak jalan-jalan di sekitar rumah pada saat Anda punya waktu luang. Ini adalah bentuk-bentuk perhatian yang tentu ditangkap anak secara positif. Kedekatan anak tak selalu linear dengan kehadiran secara fisik. Kedekatan secara emosional akan terbentuk dengan sinyal kasih sayang dan cinta yang Anda berikan, antara lain dengan perhatian-perhatian seperti di atas.
Berkomunikasilah dengan anak seoptimal mungkin baik langsung maupun tidak langsung. Bisikkan kata-kata cinta ketika bertemu anak bahkan ketika anak tidur, ini juga akan direkam oleh memorinya. Semoga bukan hanya dekat saja, tetapi anak kita akan lebih berkembang kepribadiannya melalui sosok Ayah yang bertanggung jawab dan sayang pada keluarga. Amin.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba