Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Saya seorang isteri bekerja disebuah kantor swasta, mempunyai 1 putra (1 tahun). Suami saya seorang pengangguran. Kami menikah sudah 2 tahun, selama itu saya selalu memberi saran dan motivasi untuk suami saya agar bekerja tapi selalu bilang kalau tidak bisa bekerja, saya bilang saya terima walau kerja apapun yang penting halal dan ikhlas. Kalau saya membicarakan hal itu, justru disarankan untuk mencari suami lain yang dapat memenuhi tanggung jawab sebagaimana mestinya seorang suami. Terlebih lagi jika diajak shalat, ditambahkannya supaya saya mencari suami yang dapat membimbing.
Saya selalu mencari waktu yang tepat tapi bila sudah membicarakan hal ini suami saya terlihat marah dan bosan. Sudah sering kali suami saya menghianati saya, berhubungan dekat dengan wanita lain. Saya selalu memaafkannya. Saya sangat lemah. Apakah saya salah mengingatkan dan meminta hak saya sebagai isteri yang wajib dinafkahi dan dibimbing?
Semua kebutuhan sehari-hari yang menanggung adalah saya. Kami di sini hanya kos, jauh dari orang tua. Kebutuhan yang semakin meningkat membuat saya tidak mampu memikul beban sendiri. Suami saya tidak ingin berpisah tapi tidak juga ingin kerja, orang tua saya meminta supaya kami berpisah. Sungguh di sisi lain saya tersiksa tapi saya tidak mau melakukan hal yang sangat dibenci Allah ini, saya sangat mencintai Allah dan berharap Allah memasukkan saya ke dalam golongan hamba yang dicintai.
Terkadang saya sudah berniat berpisah dengannya mengingat kelakuan suami saya. Bila hal ini terjadi, berdosakah saya? Jazakallah… semoga Allah membalas kebaikan Ibu. Amin.
Wassalam
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu Suchi yang sholehah,
Berat benar rasanya harus menanggung sendiri beban keluarga sedangkan suami hanya bermalas-malasan bahkan berselingkuh dengan wanita lain. Perlakuan suami yang tidak mau melaksanakan kewajibannya sebagai pencari nafkah jelas salah, karenanya wajar memang jika kesabaran ibu hampir habis menghadapi sikap beliau yang demikian.
Saya tak tahu bagaimana suami ibu bisa seperti yang ibu gambarkan, yaitu tak mau berusaha, tidak menjalankan perintah agama dan kadang berselingkuh dengan wanita lain. Jika benar demikian pastilah ia seorang pribadi yang bermasalah karena tak merasa punya tanggung jawab padahal sudah dewasa dan punya tanggungan anak dan isteri.
Namun sebelum ibu memutuskan untuk menceraikan suami, sebaiknya memang perlu dilakukan jalan perbaikan kepada diri suami terlebih dahulu. Sebagai seorang yang bermasalah tentu ia membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari orang lain sehingga dapat berubah. Apalagi suami ibu ini adalah ayah dari anak ibu, jika hidupnya tak menentu tentu anak merasa malu terhadap ayahnya.
Karena itu saya menyarankan ibu untuk menghadirkan orang ketiga yang sekiranya dapat bersikap bijak menangani permasalahan rumah tangga ibu. Bisa dari keluarga ataupun pihak lain. Dengan dorongan dan pantauan dari orang lain mungkin suami ibu dapat berubah. Dan dalam hal ini bahkan ibu bisa meminta perjanjian hitam di atas putih sehingga suami bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dirinya.
Saya memahami betapa pentingnya peranan qowam dalam rumah tangga, oleh karena itu jika pemimpinnya salah maka pasti mempengaruhi kehidupan keluarga. Karena itu upayakanlah dulu berbagai perbaikan untuk suami ibu dan berdoa. Jika semua usaha telah dilakukan dan dikhawatirkan adanya kerusakan yang lebih besar dalam keluarga ibu maka sebelum memutuskan sesuatu maka lakukanlah sholat istikharoh untuk memohon pertolongan Allah atas setiap keputusan yang kelak diambil. wallahu’alambishawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.