Assalamualaikum wr. wb

Saya ibu rumah tangga punya anak satu berumur 4 tahun, bekerja sebagai PNS. Suami saya wiraswasta, tetapi beberapa tahun terakhir belum diberi kesempatan untuk sukses oleh Allah. Saya mencoba sabar tetapi suatu ketika saat kakaknya menikah, saya sakit hati.

Suamiku belum pernah membelikan baju satu setelpun untuk isterinya atau anak saya. Semua kebutuhan sejak menikah saya yang menanggung, mulai melahirkan merawat anak dan sebagainya. Saya sudah memberi kado buat kakak ipar, tetapi suami saya dengan diam-diam menjual barang yang dijadikan usaha untuk dibelanjakan yaitu membeli baju untuk kakaknya. Padahal modal usaha itu dari saya. Sangat sangat kecewa. Bagaimana pendapat ibu mengenai hal ini.

Terima kasih atas sarannya.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Sdr. Oligonana yang dirahmati Allah swt,

Saya dapat memahami posisi Anda. Anda merasa kecewa karena sebagai isteri selama ini suami belum dapat memberi nafkah yang layak pada Anda dan keluarga.

Di sisi lain alhamdulillah Allah swt memberi pintu rizki yang lain, yakni melalui Anda sendiri. Ini adalah karunia yang harus disyukuri, semoga dengan bersyukur akan ditambahkan ni’mat itu pada kita.

Ibu, di luar sana betapa banyak para laki-laki yang menjadi kepala keluarga, namun karena sulitnya mencari pekerjaan maka hasil yang mereka dapatkan amatlah minimal. Penduduk miskin berjibun di negeri ini. Mereka telah bekerja membanting tulang, namun hasil yang didapat tak cukup menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Maka tergeraklah hati sang isteri, untuk ikut membantu suaminya, ada yang menjadi tukang kue, bekerja di sawah bahkan tukang becak atau sopir kendaraan umum mereka jalani. Namun senyum tetap tersungging setiap mereka menerima hasil dari pekerjaannya, karena mereka telah ikut menegakkan dapur rumah tangganya.

Di salah satu stasiun TV tadi sore diberitakan bahwa seorang anak kecil di Banten membantu bekerja orang tuanya yang miskin dengan cara mengumpulkan sisa-sisa minyak goreng dari pedagang. Hasilnya tak seberapa tetapi kemudian ia jual dan uangnyapun diberikan pada orang tuanya. Motivasi apa yang mendorong mereka turut bekerja? Pastilah visi yang sama untuk senasib-sepenanggungan dalam memikul pemenuhan kebutuhan hidup berumah tangga.

Sdr. Oligonana yang dirahmati Allah swt,
Saat ini suami masih diberi ujian belum sukses dalam berwiraswasta. Memang wiraswasta mengandung tantangan yang berbeda dengan PNS. Pendapatannya tidak pasti, turun-naik, bahkan mungkin suatu saat tidak ada pemasukan sama sekali. Ini yang perlu dipahami oleh isteri yang suaminya mempunyai pekerjaan wiraswasta. Untuk memetik hasil seringkali butuh waktu dan kesabaran serta keuletan.

Namun suatu saat, insya Allah seiring pengalaman maka hasil yang didapat juga akan berlipat..Yang penting manusia tidak berhenti ikhtiar, sedangkan hasilnya Allahlah yang menentukan. Etos bekerja inilah yang harus dijaga pada suami Anda, agar terus berusaha dengan meningkatkan ketrampilannya. Dukunglah suami untuk bekerja dan tidak menjadi penganggur. Adapun kalau suami sampai menjual barangnya yang penting untu bekerja, ingatkan apa motivasinya? Jangan sampai ia kelak menjadi mandeg dan putus asa atau menjadi orang yang tergantung pada pemberian orang.

Rasulullah saw bersabda:
”Sungguh seseorang yang membawa tali, kemudian ia membawa seikat kayu di punggungnya lantas dijualnya, maka dengan itu Allah menjaga dirinya, adalah lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain, baik yang diminta itu memberi atau menolaknya” (HR Bukhari-Muslim).

Sebaiknya Ibu ikhlas dan ridlo untuk hal-hal yang sudah berlalu maupun yang akan datang, niatkan harta yang Ibu berikan untuk keluarga sebagai infaq yang akan beroleh ganti berlipat. Rasulullah saw. sendiri dibantu isterinya Khadijah dengan dukungan materiil. Isteri Abdullah bin Mas’ud ra juga dikenal sebagai isteri yang mandiri dan mendukung finansial suami dan keluarga.

Nah Ibu, tentang perilaku suami memberi kado istimewa untuk Kakaknya yang menikah, Ibu menduga suami mempunyai hubungan yang erat dengan Kakaknya tersebut. Mungkin saja pada masa lalu suami sangat dekat dan banyak berhutang budi pada Kakaknya tersebut. Apapun motivasinya, ikhlaskan saja Ibu, namun suami perlu diingatkan untuk tidak mengabaikan keluarga semampunya. Dukung terus suami untuk terus bekerja. Ini saja pendapat saya, semoga ada manfaatnya. Amin.

Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ibu Urba