Kepada Yth. Ibu Anita di tempat.
Begini Bu, saya adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Orang tua saya mendidik kami dengan cara keras, kaku, suka membanding–bandingkan dengan anak/orang lain, suka memaksakan kehendaknya, suka berubah–ubah perkataan (plin–plan ), menganggap bahwa aturannya, pilihannya, caranya mendidik dalam hal apapun adalah yang terbaik.
Kami bertiga selalu didikte dalam hal apapun, tidak memberikan pilihan pada kami untuk memilih jalan kami sendiri, untuk belajar tentang kehidupan, untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan jiwa kami.
Akibatnya kami bertiga sekarang jadi minder, selalu menganggap orang lain lebih baik, takut memutuskan sesuatu, ragu–ragu, bingung, frustasi, karena merasa apa yang telah kami cita–citakan dulu sudah hancur berantakan, sudah terlambat untuk memperbaiki lagi karena kami semua makin bertambah usia.
Saya baru–baru saja bisa berbicara seperti ini, walaupun lewat tulisan, karena saya rajin ke toko buku hanya untuk membaca buku–buku psikologi, karena saya ingin kembali menjadi diri saya lagi Bu, saya ingin tahu siapa diri saya sebenarnya, di mana saya berdiri sekarang.
Semuanya dimulai sekitar pertengahan 2003. Tetapi adik–adik saya masih tetap bingung, minder, dan sebagainya. Bu, saya ingin agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan jiwa mereka. Tetapi pertama–tama saya harus bisa memberi contoh yang baik kepada mereka, maka saya meminta pertolongan Ibu agar saya bisa “ kembali “ sesuai jiwa saya.
Ibu, saya sebenarnya dari kecil, sudah merasa saya orang yang aktif, saya tidak bisa diam, selalu ada hal yang saya kerjakan, senang sekali dengan dunia seni, saya suka menggambar, main musik. Di taman kanak–kanak saya pernah juara dalam lomba gambar dan mendapat hadiah langsung dari Pak Tino Sidin. Di sekolah dasar saya juga juara dalam lomba gambar dan seni musik tingkat propinsi, begitu juga di SMP dan SMA.
Saya ketika sekolah dasar mengikuti kursus gitar dengan pak Handana. Dengan beliau saya selalu diikutkan dalam berbagai festival dan acara–acara penting, dan sering meminta saya untuk membantu mengajar. Tetapi orang tua tidak pernah memberi saya kesempatan untuk belajar, memperdalam ilmu dan teknik gitar saya di rumah. Selalu ada saja hal yang harus dikerjakan padahal hal itu sudah selesai dikerjakan.
Tidak dalam hal musik saja, apapun itu yang menjadi kesenangan saya, seperti ketika saya menggambar untuk mengikuti lomba ataupun mencari uang (saya dari SD belajar cari uang sendiri, dengan menggambar tugas sekolah teman–teman atau permintaan mereka untuk buat kartu ucapan dan sebagainya, tetapi orang tua tidak tahu, soalnya saya bisa dimarahi). Saya heran, kenapa guru–guru, wali kelas, teman–teman dan orang lain di luar rumah lebih mengakui keberadaan saya, mengandalkan saya, potensi saya daripada orang tua?
Mereka lebih khawatir apa kata orang daripada berusaha untuk membantu tumbuh kembang anak sesuai potensinya Bu. Saya selalu dibanding–bandingkan dengan teman–teman saya, baik itu cara saya belajar, bersikap dan bertingkah laku, cara saya berpikir, waktu bermain, bahkan sifat saya. Saya selalu dianggap buruk di mata mereka dibanding teman–teman saya.
Saya merasa bahwa teman–teman saya lebih beruntung mempunyai orang tua yang mampu mengerti anak – anaknya, sehingga teman–teman saya bisa menjadi apapun yang mereka inginkan, dan saya merasa tuhan tidak adil sama saya, yang tidak mengizinkan saya bahagia dengan diri saya dan menjadi apapun yang saya inginkan.
Itulah yang membuat saya menjadi linglung, terserah apa yang mereka inginkan. Saya seperti kerbau dicocok hidungnya, menurut ke mana mereka mau, sehingga saya sampai masuk ke jurusan ekonomi dari sebuah PTS di Jogjakarta yang sama sekali tidak saya inginkan.
Lulus 8 tahun kemudian, karena selama kuliah saya merasa ini bukan mau saya, tapi daripada orang tua marah terus, bosan, saya jalani setengah hati. Saya angkatan tahun 1997. Karena dari sejak SD saya ingin sekali menjadi arsitek, karena selain saya suka gambar saya juga menyukai matematika, nilai–nilai matematika saya selalu baik.
Selama masa itu, saya bukan diri saya, saya merasa orang kelas bawah, orang hina, padahal saya tahu saya bisa melakukan apapun yang saya mau, tetapi mental saya yang masih hancur, saya tidak berdaya, saya tidak berani menunjukkan diri saya. Setiap kursus yang saya ikuti, baik kursus Inggris dan bahasa lainnya selalu saya tinggalkan sebelum ujian, padahal pada saat diskusi, nilai di atas kertas, selalu memuaskan, saya masih merasa saya lebih buruk dari mereka.
Ketika pertengahan tahun 2003, saya merasa sudah bosan dengan kehidupan saya. Saya ingin kembali menjadi diri saya, saya mencari tahu sendiri bagaimana caranya, lalu saya ke toko buku dan membaca–baca buku psikologi. Sejak saat itu, hidup saya sedikit demi sedikit berubah, saya jadi berani menunjukkan siapa saya.
Tetapi itu belum sepenuhnya. Saya masih bingung dalam langkah saya selanjutnya. Saya masih bingung mencari kerja yang cocok dengan saya. Walaupun lulusan ekonomi, tetapi saya tidak menguasai sedikitpun, yang banyak saya pelajari adalah desain grafis. Saya saat ini bekerja di perusahaan swasta di kota Jogjakarta, tetapi saya tidak mantap sama sekali, saya ingin bekerja sesuai keinginan saya. Mungkin keinginan saya menjadi arsitek saat ini belum bisa, tapi langkah yang saya ambil pertama, saya ingin menjadi desainer grafis, saya sudah menyelesaikan kursus grafis, yang saya harap bisa membantu mewujudkan cita–cita saya.
Ibu, walaupun saya sudah berusia 29 tahun, apakah terlambat untuk mewujudkan cita–cita saya? Saat ini saya sudah memutuskan untuk menjadi desainer grafis di bidang periklanan di kota Jogjakarta. Sasaran perusahaannya adalah petakumpet, medcom, srengenge, dan lain–lainnya di Jogjakarta. Kenapa di Jogja? Karena setelah bekerja, saya masih bisa mengambil kursus bahasa yang sempat tidak terselesaikan. Saya ingin mendapatkan beasiswa Bu, di bidang creative arts and design di Inggris.
Saya sudah mencari informasi, kalau tidak berlatar belakang pendidikan sama, minimal bekerja selama 2 tahun di bidang yang sama. Karena itu saya ingin sekali bekerja sebagai desainer grafis. Saya percaya tidak ada hal yang tidak mungkin kalau kita mau. Hanya Ibu yang bisa saya ajak bicara, saya mintai pendapatnya, saya merasa sendiri, saya ingin pertolongan Ibu, saya harus membenahi hidup saya dari mana dulu, dan saya minta doa dan dukungan Ibu agar saya dapat kembali menjadi diri saya kembali dan meraih cita–cita saya.
Doa dan Ibadah apa yang harus saya lakukan Ibu, agar apa yang saya inginkan selama ini, walaupun terlambat, dapat terwujud? Saya mohon Ibu mendoakan saya agar saya dapat diterima kerja di perusahaan periklanan di Jogjakarta, mendapatkan beasiswa, dan dapat mewujudkan apa yang saya inginkan selama ini.
Terima kasih atas waktu yang Ibu berikan.
Hormat saya,
Assalammu’alaikum wr. wb.
Saudara Reza yang dimuliakan Allah,
Subhanallah perjuangan diri yang anda lakukan, tentu tidak mudah berjuang menemukan identitas diri kembali setelah selama ini dipaksa untuk dikubur oleh kondisi dan situasi. Waktu dan keadaan sekitar memang memainkan peranan penting dalam menentukan apa yang terjadi pada kemampuan dan bakat alami kita. Dan pola asuh orang tua memang berperan besar di dalamnya, namun bukan berarti kita tak bisa mengatasi kekhilafan yang mereka lakukan atas diri kita. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain, diberi potensi untuk selalu bisa memilih jalan hidupnya.
Kesadaran yang anda temukan saat ini sudah merupakan langkah awal yang sangat baik untuk melakukan perbaikan diri. Jadi menurut saya apa yang anda lakukan saat ini belumlah terlambat. Ketahuilah bahwa setiap manusia sejak lahir membawa potensinya sendiri yang unik. Potensi yang dimiliki tersebut takkan hilang, ia ibarat benih yang tertidur pada musim dingin dan menunggu untuk tumbuh pada musim semi. Artinya kadang potensi yang dimiliki oleh kita terpendam karena lingkungan dan perjalanan hidup yang dilalui, namun saat kita kembali mengasah dan menumbuhkannya maka ia dapat kembali tumbuh dan berkembang.
Banyak ahli di dunia ini yang baru memulai karirnya di usia yang tak lagi muda, misalnya pelukis terkenal yaitu Vincent van Gogh yang baru mulai melukis di usia 27 tahun atau jika anda ingat film seri TV yang terkenal dulu yaitu Little house On The Prairie, yang bercerita gadis kecil bernama Laura, itu ditulis oleh Laura Ingalls Wilder yang memulai karir menulisnya di usia 44 tahun dan saya yakin masih banyak lagi orang yang sukses meski tidak memulai karir di usia muda.
Saya melihat, dari tulisan anda, begitu besar tekad anda untuk memulai kehidupan baru yang anda inginkan. keteguhan tekad inilah yang berperan penting dalam menolong seseorang menyingkirkan kesulitan dan hambatan guna mencapai prestasi yang lebih besar. Langkah awal untuk sampai pada jalur karier yang tepat adalah menemukan pekerjaan yang dapat menyalakan gairah kerja kita dan nampaknya anda sudah menemukannya.
Jangan menyesali apa yang sudah anda lalui. Psikolog terkenal Alfred Adler mengatakan, ‘kita pada akhirnya terdorong menuju prestasi terbesar dalam hidup sebagai hasil langsung dari hambatan yang terletak di hadapan kita.’ Jadi apa yang telah anda lalui bisa jadi merupakan obor anda juga untuk saat ini menghadapi tantangan ke depan. Meski ada kesalahan yang dilakukan orang tua dalam mengasuh kita tapi selalu ada hal positif juga yang kita dapat dari pengasuhan mereka.
Tentang doa dan ibadah, justru bakti kita kepada orang tua bisa jadi merupakan bentuk ibadah yang bisa melanggengkan harapan kita di dunia.Tetaplah tunjukkan bakti anda kepada orangtua dan Istiqomah dalam ibadah wajib maupun sunnah serta berdoalah terutama di waktu-waktu ijabah seperti 1/3 malam. Insya Allah Allah kan melihat dan mendengar doa dan usaha anda.
Saya turut berdoa untuk kesuksesan anda, maju terus dan jangan menyerah. Dengan sikap dan semangat yang anda miliki saat ini saya yakin anda dapat menjadi contoh bagi adik-adik anda untuk keluar dari belenggu pengasuhan yang selama ini dialami. Sukses bung dan semoga Allah senantiasa membimbing langkah anda ke depan. Amin. wallahu’alabishshawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. anita W.