Assalamu’alaikum, wr.wb
Saya pria yang sudah 6 tahun menikah dan Alhamdulillah sudah dikaruniai 2 orang putri.
Selama 2 tahun pacaran, isteri saya begitu pendiam dan patuh kepada saya, padahal kami belum menikah. sampai-sampai dia rela menjadi muslimah kurang lebih 1 1/2 tahun sebelum kami menikah.
Namun setelah menikah terutama 3 tahun terakhir ini, baru nampak sifat aslinya. ternyata dia seorang wanita yang emosional, berfikir pendek dan cepat mengambil kesimpulan. kalau sedang marah, perkataannya yang tidak terkontrol itupun kerap menyakiti hati saya. Terus terang, selama berumah tangga, saya tidak pernah membentak apalagi memukul, kalau kami sedang berselisih faham sampai ribut, saya hanya diam dan terkadang saya keluar rumah untuk menghindari kemarahannya. Karena kami masih tinggal bersama orang tua (saya), jadi saya malu kalau sampai ribut.
Untuk perkara bercampur pun saya kerap merasakan sakit hati. Setiap saya mengajaknya untuk bersenggama, dia hampir sering menolak dengan alasan yang membuat saya sakit hati. Sekalipun dia menerima ajakan saya, saya perhatikan seperti yang tidak ikhlas melakukannya. padahal saya tau isteri saya tidak mempunyai kelainan/disfungsi seksual. Alasan dia cuma capek atau ngantuk, itu dan itu melulu.
Ibu yang terhormat sebagai laki-laki yang normal, tentunya saya membutuhkan kasih sayang, kemesraan, rasa manja dan kehangatan dari sang isteri, namun itu tidak pernah saya rasakan selama berumah tangga. Bagaimana menghadapi seorang isteri yang demikian?
Terimakash sebelumnya, Assalamu’alaikum, wr.wb
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Bapak Jats yang dirahmati Allah, sungguh Anda seorang laki-laki yang beruntung karena mendapat perhatian dari Allah swt. Bukankah ujian bernilai kebaikan bila Anda mampu melewatinya? Bukankah bapak berarti diperhatikan Allah dan sedang ingin dinaikkan derajatnya? Syaratnya antara lain Bapak tetap dalam posisi ikhlas dan bersabar, jika demikian sesungguhnya pahalanya sudah ditetapkan atas Bapak. Bapak jangan pernah berhenti dari kesabaran, karena sesungguhnya itu adalah sumber kekuatan Bapak. Dan sabar itu tak ada batasnya…
Menghadapi istri yang berakhlak kurang baik tentu tak simple untuk meresponnya ya, pak. Kepribadian memang tak gampang ditebak, tapi juga tak berarti sudah tak mampu dirubah kembali. Memang butuh waktu dan proses. Bapak bisa mendidik istri, karena demikianlah kewajiban laki-laki sebagai pemimpin. Coba buat target untuk memperbaiki sikap istri.
Karena Pak, masalah cinta sesungguhnya adalah rahasia Allah, bukan kehendak dan kekuasaan manusia. Maka memohonlah dengan penuh ketulusan agar usaha Bapak untuk membimbing rumah tangga Bapak mendapat berkah dariNya dan Allah berkehendak menurunkan cinta ke istri Bapak. Yakinlah pak, segala sesuatu itu ada pada pengawasan Allah dan kita hanya wajib berusaha, hasil akhirnya serahkanlah pada Allah, karena Allah tak menilai hasil tetapi menghargai proses.
Selama masa toleransi atau tenggang waktu itu, pak, Anda bisa terus untuk berusaha mencintainya. Sebab orang yang cinta akan bisa menerima, menanggung, belajar memahami,mengalah dan mengetahui bagaimana trik untuk meraih hati orang yang dicintainya. Dia pun berani melewati rintangan dan ranjau seberbahaya apapun. Wanita memiliki indra sensitif yang bisa digunakan untuk mengetahui cinta suaminya serta apresiasi terhadap dirinya. Ketika Anda mencintainya, maka timbangan yang Anda gunakan untuk menilainya, akan berubah kepadanya. Fahamilah perasaan dia, bahwa saat ini dia belum bisa mencintai Anda, seraya Anda juga memberinya kesempatan agar dia mengetahui bahwa cinta juga bisa muncul di tengah –tengah perkawinan.
Selain itu Anda bisa minta tolong pihak-pihak yang dapat memberitahu istri, apakah dengan sering diajak ke pengajian, diskusi dengan orang yang lebih berpengalaman, dsb. Jangan buru-buru ingin memetik hasilnya ya, Pak. Tentang ajakan sanggama yang ditolak, usahakanlah dalam masa ini Andapun introspeksi, jangan-jangan memang istri terlalu capai dan Anda tak melakukan sesuatu untuk meringankan. Dua anak cukup untuk menimbulkan kerepotan bagi istri, bukan? Cobalah lakukan perbuatan-perbuatan baik yang bisa dilihatnya secara nyata. Membantu kesibukannya dalam rumah tangga maupun anak, mengucapkan terima kasih atas khidmatnya merawat anak dan rumah tangga, menghargai tindakan-tindakan kecil yang dilakukannya dalam rumah, mungkin ini hal yang hilang. Support emosional seperti ini sangat dibutuhkan seorang istri, syukur-syukur support fisik. Memang tampaknya Anda ’kalah”, tapi tidak ada kata kalah dalam melakukan amal kebajikan. Karena Anda sedang mencari ridho Allah, bukan ridho istri Anda.
terima. Dan jangan lupa Pak, tingkatkan terus hubungan dengan Allah, perbanyak amal dan sholat sunnah, tahajjud, hajat agar Allah swt. melunakkan hati istri agar lebih shalihat. Semoga Allah memberi kemudahan kepada Anda. amin. Allah beserta orang-orang yang sabar.
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Bu Urba