Assalamu’alaikum
Saya seorang wanita yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini. Umur saya sekarang 27 tahun dan calon saya 30 tahun. Namun yang jadi masalah saya mau menerima lamaran dia bukan karena cinta atau sayang kepadanya melainkan karena saya dijodohkan oleh orang tua saya dengannya. Dan untuk menghormati orang tua, saya mau menerima lamarannya. Dan saya melihat juga bahwa calon saya cukup baik untuk dijadikan pendamping hidup (mapan).
Sebenarnya saat ini saya berpacaran dengan seseorang laki-laki berumur 28 tahun dan saya sangat mencintainya. Hampir setahun saya berpacaran dengannya. Namun ketika saya mengajaknya untuk menikah, pacar saya ini selalu mengelak dengan alasan bahwa ia masih belum mapan. Dan setelah mengetahui saya akan menikah dengan orang lain, pacar saya memutuskan saya. Dan sudah tiak mau berhubungan dengan saya lagi. Saya sebenarnya kecewa dengan pacar saya. Namun sebenarnya saya masih berharap sebelum saya menikah dengan calon saya ini, bila pacar saya ini mengajak saya menikah, maka saya akan menerima ajakannya dan memutuskan lamaran dengan calon saya ini.
1. Bagaimana yang harus saya lakukan bila saya melanjutkan ke jenjang pernikahan dengan calon saya, saya takut tidak dapat membahagiakannya. Karena harus saya akui, sampai saat ini saya masih sangat mencintai pacar saya. Dan yang saya takutkan, pada saat saya dan calon berhubungan ‘suami istri’, saya tidak dapat melakukannya karena sampai saat ini saya tidak ada rasa dengan calon saya?
2. Calon saya ini mengetahui bahwa sebelum saya dilamarnya, saya berpacaran dengan pacar saya. Dan calon saya meminta saya untuk sama sekali tidak berhubungan dengan pacar saya tersebut karena ia khawatir akan mengganggu persiapan kami. Namun saya sangat sulit untuk melakukan hal itu. Karena sampai saat ini pun saya masih terus untuk berhubungan dengan pacar saya, walaupun pacar saya saat ini sudah tidak mau lagi dengan saya. Apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan rasa ini?
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuhu
Sdr Ana yang semoga senantiasa disayang Allah,
Anda sudah dalam khitbah (pinangan seorang pria) bahkan dalam waktu dekat akan melangsungkan pernikahan. Namun Anda gamang karena menerima pinangannya dengan terpaksa; ternyata hal ini disebabkan oleh adanya pria lain yang masih Anda cintai. Sdr. Ana, di sinilah awal persoalan dimulai; Anda (mohon maaf) tidak jelas dalam bersikap. Kalau Anda sudah menentukan menerima pinangan seorang pria, wajar dan menjadi keharusan bahwa pria lain tidak berhak mendekati Anda. Berarti mantan pacar Anda memahami aturan dalam Islam.
Sdr Ana, semestinya Anda mempunyai visi yang benar, terutama dalam menentukan visi rumah tangga ke depan. Atas dasar apakah Anda menerima seorang laki-laki? Padahal Rasulullah saw menganjurkan agar dalam pemilihan pasangan, maka sebaik-baik kriteria adalah yang baik agamanya. Adapun keelokan rupa, kemapanan maupun keturunan harus diletakkan di bawah kriteria agama. Saya kira, siapapun laki-laki itu, jika Anda tidak memilih berdasarkan pertimbangan agama, maka risikonya akan Anda rasakan dan Anda harus konsekuen dengan pilihan tersebut.
Sdr Ana yang semoga senantiasa disayang Allah,
Saya setuju bahwa cinta adalah perasaan yang penting untuk mengikatkan dua hati dalam berumahtangga. Tapi redefinisikan cinta itu dalam koridor cinta yang dicintai oleh Allah swt. Kita harus mengevaluasi apakah cinta ataukah nafsu semata yang dirasakan saat ini? Cinta mengandung nilai-nilai ibadah, maka selalu butuh ikhtiar untuk mewujudkannya, bahkan terkadang pengorbanan pada yang dicintai. Kecintaan pada yang dicintai membutuhkan konsekuensi. Kecintaan juga kadang dihadirkan secara bertahap…berproses… Dan ingat bahwa cinta yang dilandasi iman, akan menuntut bukti, berupa perilaku yang selalu dalam koridor apa-apa yang dicintai oleh Al- Illah.
Sdr Ana yang semoga senantiasa disayang Allah,
Perkawinan adalah ikatan panjang seumur hidup, untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, dibutuhkan keterbukaan, komunikasi yang proaktif, saling empati, rasa pengorbanan, saling memberdayakan pasangan. Jika saat ini Anda memulainya dengan salah, maka dikhawatirkan akan mengganggu hubungan Anda dengan pasangan ke depan. Sementara ini, jauhilah mantan pacar Anda. Bersihkan hati Anda, insya Allah hati akan lebih tenang. Jodoh manusia di tangan Allah, yakinlah akan hal ini. Janganlah menutup-nutupi hal yang Anda resahkan ini pada keluarga Anda, terutama Ibu. Mintalah pertimbangan dari keluarga Anda, ajaklah mencari solusi dari permasalahan ini. Dekatkan diri Anda pada Allah swt, dalam kekhusyukan ibadah, kejernihan pikir, kedalaman dzikr, di situlah hati akan bening dan Anda dapat menemukan petunjuk jalan mana yang sebaiknya Anda tempuh, insya Allah.
Wallahu a’lam bisshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba