Ibu Rr. Anita yang saya hormati.
Saya pemuda berusia 26 tahun, saya menikahi pacar saya karena ia sudah mengandung 2 bulan. Dalam berpacaran selama lebih dari 3 tahun kami sering melakukan hubungan seksual, padahal dalam hati kecil saya saya menolak keras hal tersebut. Saya sama sekali tidak mengginginkan dia tetap menjadi istri saya. Sekarang saya juga punya pacar yang akan saya nikahi setelah istri saya sekarang ini melahirkan dan akan saya ceraikan. Bolehkah saya seperti itu?
Assalammu’alaikum wr. wb.
Bapak LA yang budiman,
Nampaknya anda sedang merasa bimbang atas kehidupan anda saat ini dan apa yang akan lakukan kemudian. Saya ikut prihatin atas apa yang sudah anda perbuat bersama istri anda dulu, melakukan perzinaan sampai akhirnya harus menikahinya karena akhirnya mengandung. Namun terkesan bahwa bapak melakukan hal tersebut semata karena kesenangan dan tidak dapat menahan diri karena ternyata anda tidak berniat untuk benar-benar menjadikannya istri, sehingga sekarang setelah menikahinya justru berniat menceraikannya…
Saya sedih atas niat bapak saat ini dan saya yakin sebagai manusia yang memiliki hati nurani maka bapak seharusnya pun merasa bersalah atas apa yang telah terjadi dan apa yang telah anda niatkan. Bertanggung jawab terhadap wanita yang sudah dihamili jelas bagian dari konsekuensi perbuatan yang anda lakukan. Dan tanggung jawab itu seharusnya bukan semata menikahi dan menceraikannya, jika hanya itu yang anda lakukan berarti anda kembali melakukan kesalahan dan lari dari tanggung jawab.
Apalagi kelak anda memiliki anak, bagaimanakah kelak nasib anak anda? Akankah hati ibunya yang hancur atas perbuatan anda akan dapat merawat anak itu dengan baik? Saya khawatir langkah bapak berikutnya semakin menambah banyak kesalahan yang bapak perbuat dan tak ada orang yang dapat lari dari konsekuensi perbuatannya. Kemanapun bapak pergi kelak konsekuensi apa yang pernah bapak perbuat akan diterima.
Pikirkan kembali apa yang akan bapak lakukan, yakini bahwa bapak tidak lagi melakukan kesalahan. Kita semua punya pilihan dalam hidup ini, apa yang kemudian menimpa kita bukan salah siapa-siapa, namun konsekuensi dari pilihan hidup yang kita pilih. Karenanya berhati-hatilah dalam berbuat. Dekatkanlah hati kepada Allah sehingga Ia akan membimbing bapak dalam menentukan pilihan terbaik dalam hidup bapak.Wallahu’alambishawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.