Ass wr. wb., Ibu Anita,
Saya anak ke 2, dari 4 saudara, kakak sudah menikah. Saya selalu menanamkan rasa bersyukur, kepada Allah, walau umurku sudah kepala 3. Saya selalu bersyukur, walau belum menikah, dan kata orang saya cukup manizz, berpendidikan dan alhamdulilah.. aja.
Hanya saya selalu pusing bila ortuku, terutama ibuku selalu mengeluh, kurang bersyukur, kadang-kadang kalau aku lagi cu-ex, aku cuman tertawa, yah aku ajak banyol, tapi kalau malam sudah, ternyata keluhan tidak berhenti, pagi juga sebelum kerja, dan mungkin sore lagi, terus dan terus, mengeluh….
Saya dan adik aktivis da’wah. Ternyata da’wah terhadap keluarga sangat berat, kadang, kalau aku sudah terlalu pusing, karena menyangkut, kata-kata yang tak enak didengar, aku mulai feed back, balik, mengandaikan sekarang aku yang mengeluh, ternyata yang ada cuman membuat ibuku menangis, jadi deh pusing lagi… Kadang aku jadi gak betah di rumah…
Sejujurnya aku gak mau mengeluh, bila sampai aku mengeluh itu kepada Allah, karena yahh… hanya Dia yang dapat menolongku..
Misalnya Ibuku mengeluh soal punya hutang di pasar, dia punya usaha di terminal, bapakku, sudah tidak menghasilkan lagi, selalu dan selalu menjelekkan bapakku, dan selalu mengeluh, padahal ibuku masih punya harta berupa rumah, di luar rumah yang aku tempati.
Sedangkan aku baru mulai menabung cicil mobil, dan seperti ibu ketahui, tiap bulan, alhamdulilah tak pernah aku absent memberi ke mereka.
Kadang aku lelah deh bu, mendengarnya… Yang ada aku malas bila langsung pulang ke rumah dari tempat kerja,
Doa, selalu aku panjat, "Jadikanlah hambaMu ini, menjadi hambaMu yang bersyukur." Harus bagaimana aku ini?
Assalammu’alaikum wr.wb.
Saudari MA yang dimuliakan Allah,
Nampaknya anda merasa lelah mentalnya, ya. Memang mendengarkan beban mental orang lain, meskipun ibu tercinta, akan dapat mempengaruhi diri kita juga. Karena emosi sifatnya juga menular ketika kita selalu mendengarkan ungkapan negatif orang lain maka emosi kitapun bisa terpengaruh dan lama kelamaan kita jadi mengalami kelelahan psikis.
Mendengarkan dengan baik memang bukan hal yang mudah sebagaimana yang anda lakukan kepada ibu. Mengapa ibu terus mengeluh? Mungkin karena sudah terlalu banyak kekecewaan yang dialaminya dalam hidup ini. Nampaknya ibu anda memang hanya membutuhkan telinga anda dan bukan nasehat atau komentar dari anda makanya ia marah ketika anda melakukannya.
Jika anda memang mau merubah cara pandang ibu menjadi seperti anda yang selalu bersyukur mungkin memang tidak di saat ia sedang butuh untuk "curhat" pada anda. Selain itu bukankah dakwah itu tidak selalu dengan lisan? Mungkin anda dapat sesekali mengajak ibu untuk pergi silaturahmi ke orang yang kurang beruntung sehingga ia kembali berpikir akan kelebihan yang sudah dimilikinya.
Saudariku yang baik, kesabaran anda terhadap ibu semoga menjadi keberkahan dalam hidup anda. Saran saya jika anda sudah terlalu lelah maka jangan juga memaksakan diri tapi berilah waktu bagi telinga dan hati anda untuk rileks. Sesekali manjakan diri anda dengan melakukan hal yang menyenangkan di luar rutinitas. Dengan pikiran yang segar maka anda akan punya hati yang lebih lapang dalam menghadapi ibu. Wallahu’alambishshwab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.