Kasus 1:
Ass. Saya seorang ummahat dengan 4 orang anak yang masih kecil: 7 thn, 5 th, 2, 5 th dan 14 bulan. Seiring waktu pernikahan, sepertinya kesabaran dan komitmen dalam keluarga untuk mendidik anak-anak kadang luntur karena menghadapi tingkah polah anak-anak. Bagaimanan membangun semangat lagi agar sennatiasa sabar, santun dalam mendidik anak? Jazakalloh
Alma
Kasus 2:
Bagaimana cara mengatasi rasa iri kepada suami karena saya harus bekerja setiap hari dan harus mengurus anak dan rumah sementara suami masih bisa menikmati hobinya dan bersantai. Kemudian bagaimana mengatasi kejenuhan pekerjaan kantor dan rumah? Bagaimana agar saya dan suami tidak merasa jenuh karena di rumah terus, sementara suami selalu menolak bila di ajak bepergian.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Alma & Wie yang senantiasa dilindungi Allah, subhanallah Bu, dalam surat ibu ini, saya menemukan sifat manusiawi, kejujuran, keinginan untuk menjadi lebih baik. Jenuh adalah hal yang wajar dalam menghadapi keseharian yang menyibukkan. Namunsaya melihat ada bening hati seorang ibu dan isteriyang menginginkan hal terbaik dan kasih sayang yang luar biasa besar untuk keluarga dan agama ibu. Semoga ibu senantiasa istiqomah ya, Bu?
Ibu Alma & Wie yang sholihah, problemyang ibu alami, dialami juga oleh ibu-ibu yang lain. Ini hal yang wajar Bu, bukankah Rasulullah saw mengisyaratkan, al-imanu yaziidu wa yanqush, iman itu naik dan turun. Pernah juga sahabat Rasulullah, merasa malu karena setiap kali dia bertemu Rasulullah saw beliau seakan melihat surga dan neraka di depan matanya, tetapi setiapkalimelihat anak-anaknya bayangan itu lenyap. Rasul menjawab ”saatan-saatan”, semua itu memang ada saat-saatnya. Jadi ibu tak perlu cemas.
Ibu Alma & Wie yang sholihah, menjadi ibu adalah pekerjaan luar biasa yang menghasilkan pahala yang tiada putusnya. Pepatah mengatakan, ”Ibu adalah madrasah. Bila Anda mempersiapkannya Anda telah mempersiapkan generasi yang berkeringat harum. Ibu adalah tanaman.Bila Anda menyiraminya dengan air, dia akan berbuah dan menghasilkan.”
Itu sebabnya Bu, surga berada di bawah telapak kaki ibu, karena tak satu pun yang bisa menggantikan posisi ibu. Ibu memang luar biasa……!!!! Demikian juga isteri mendampingi suami dan keluarga adalah ibadah yang sama dengan jihad. Subhanallah.
Dalam pekerjaan ini kadang membutuhkan break atau refreshing agar terkumpul energi baru. Kerjasama dengan suami sangat dibutuhkan dalam hal ini. Ingatkan akan tanggungjawabnya pada keluarga, mempergauli isteri dengan ma’ruf. Jika ibu lembut mengatakannya, insya Allah pesan akan sampai.
Khusus Ibu Alma, anak adalah anugerah, amanah, perhiasan dunia, qurrota a’yun sekaligus fitnah. Maka menjagainya adalah keharusan, mengantarkannya ke dalam jalan kebenaran adalah keniscayaan, memberinya teladan yang baik juga mutlak. Itu sebabnya Bu, rumah menjadi laboratorium pertama penghasil anak sholih dan sholihah sebelumia berinteraksi dengan laboratorium selanjutnya di luar rumah.Ibu Alma, karena usia putra-putri ibu masih kecil, adalah wajar kalau ibu mengalami kejenuhan bahkan terkadang ketidakkonsistenan atau mungkin terkadang dihiasi dengan sedikit rasa marah karena tingkah mereka.
Memang Bu, di usia seperti ini, kita lebih sering capek secara fisik sebab mereka sedang dalam suasana belajar dan serba ingin tahu, sehingga apa saja dicoba dilakukannya, sampai-sampai rumah tak pernah bersih, berantakan, heboh oleh tangis……Nikmatilah Bu, karena suasana ini tak akan berulang setelah beberapa tahun ke depan. Syukurilah peran ibu sebagai sosok yang paling dibutuhkan oleh mereka. Tetaplah dalam suasana indah ini Bu, karena suasana ini semuanya serba sesaat.
Suatu waktu bahkan Ibu akan merindukan suasana ini mungkin. Tingkah polah anak yang bandel akan menjadi kenangan manis saat rumah menjadi sepi karena mereka sudah disibukkan oleh tugas-tuga perkembangan mereka yang menuntut interaksi yang lebih luas.
Ibu-ibu yang disayang Allah, agar ibu bisa menata hati, selalu sediakan waktu untuk ibu pribadi, sejam atau beberapa saat, untuk memperbaiki hubungan ibu dengan Allah sebagai pemilik kekuatan. Mintalah kekuatan kepadaNya. Tilawah qur’an, qiyamullail, berdzikir atau menambah hafalan.
Bacalah buku untuk memotivasi ibu dan menambah wawasan ibu. Selalu menumbuhkan kesuburan cinta kepada suami, sebab ia adalah teman dikala suka dan duka juga orang yang paling layak melabuhkan segala isi hati dan penyemangat di kala lelah….dan jangan lupa, tetap bergaul dengan orang-orang shalihah, sahabat terbaik Anda yang dapat mengingatkan Anda tetap di jalan keistiqomahan, menemani Anda dalam kebaikan dan rutin mengisi baterai maknawiyah Anda dengan kajian rutin yang merindukan.
Jangan jadikan anak atau rutinitas sebagai penghalang untuk aktivitas ini.
Salam sayang untuk ananda dan keluarga tercinta.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Urba