Assalamu’alaikum wr. wb.
Sayang seorang ibu dari satu anak yang telah menjadi janda. Sudah 7 bulan ini saya mengagumi seorang duda beranak 3 yang sangat sholeh. Dahulu, sebelum mengenalnya kehidupan saya sangat gelap dan jauh sama sekali dari agama. Tetapi karena bimbingan dari dia saya pun kembali untuk manjadi seoarang wanita yang baik meskipun itu sangat sulit.
Setelah perasaan ini semakin saya rasakan pada akhirnya saya mengetahui jika dia akan menikahi wanita yang menjadi pilihan hidupnya, hati saya benar-benar hancur. Saya tidak tahu mesti bagaimana. Setiap saat saya tidak bisa terima semuanya. Ingin sekali rasanya kembali ke dunia hitam dan menjalani hidup seperti saya belum mengenalnya.
Saya sangat menyayangi dia dan juga anak-anaknya. Berat sekali melupakan mereka dengan begitu cepat, apalagi melihat betapa dia dan anak-anaknya sangat dekat dengan anak saya. Tetapi saya tidak mungkin untuk tetap berada bersama mereka. Mereka akan mempunyai hidup baru.
Apakah mungkin saya mesti menjaga silahturrahim sementara saya tidak bisa melupakan semua kenangan yang sudah saya lalui bersama mereka? Sampai saat ini saya belum bisa pasrahkan begitu saja semua masalah ini pada Allah SWT. Saya merasa kecewa. Saya paham, saya wanita penuh dosa, berwajah jelek, bukan orang yang bekecukupan dan tidak punya harga sama sekali di mata dia. Tapi apakah salah jika saya menginginkan hal yang baik untuk saya dan juga anak saya?
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu Diaz yang dirahmati Allah,
Rasanya tentu menyakitkan ketika punya harapan terhadap seseorang untuk dapat memulai lembaran hidup yang baru ternyata harus pupus dengan kenyataan bahwa keinginan kita bertepuk sebelah tangan. Saya memahami beratnya hal ini ibu rasakan, apalagi ibu baru mulai melangkah untuk meninggalkan masa lalu yang kelam.
Selama ini nampaknya duda tersebut berperan sebagai motivator bagi ibu untuk dapat kembali ke jalan yang benar. Bimbingannya membuat ibu mampu dekat dengan agama. Adalah sangat manusiawi di tengah kehidupan yang gamang kemudian hadir sosok yang menuntun ibu kemudian ibu pun menaruh harapan lebih kepadanya.
Ibarat kita tercebur dalam lumpur kemudian ada orang yang menolong kita keluar dari lumpur tersebut. Selama tubuh kita merasa lemah tentu kita butuh orang itu untuk tetap mendampingi langkah kita sampai cukup kuat untuk bisa berdiri sendiri. Namun saat kaki kita sudah cukup kuat untuk menjauh dari lumpur tentu bukan tanggung jawab orang itu lagi untuk terus mendampingi kita.
Kehadiran orang itu ibarat orang yang menyelamatkan ibu keluar dari lumpur dunia hitam. Saat ini ibu sudah dapat keluar dari dunia gelap yang ibu jalani dan diberi kesempatan untuk merasakan kehidupan lain yang lebih menenangkan, dekat dengan agama dan tidak dikejar dosa. Setelah ibu berhasil menikmati kehidupan saat ini maka sekarang menjadi tanggung jawab ibu sendiri apakah mau kembali bergelimang dalam lumpur atau keluar darinya.
Allah selalu memberi dua pilihan pada manusia hendak ikut jalan yang sesat atau jalan yang baik dan nampaknya kehadiran duda tersebut dalam hidup ibu merupakan cara Allah untuk memberikan pilihan pada ibu, apakah mau menikmati hidup tenang seperti yang ibu rasakan ketika duda tersebut membuat ibu dekat dengan agama atau menjalani kehidupan lama yang bergelimang dosa.
Ibu yang baik, ketika ibu bertobat dan kembali ke jalan yang benar ibu berhak menginginkan hal yang baik juga untuk hidup ibu dan anak ibu, seperti memiliki keluarga sakinah dan suami yang sholeh. Jika ibu tetap berpegang kepada agama Allah, maka yakinkah masih banyak hamba-hamba Allah yang sholeh yang sama baiknya bahkan mungkin lebih baik dari duda ini.
Namun semua itu hanya akan ibu dapatkan ketika Allah menghendakinya. Oleh karena itu saran saya kuatkanlah keimanan ibu dan teruslah memperdalam agama. Jika ibu ingin tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga duda ini tentu boleh-boleh saja, sehingga keluarga itu kelak tetap dapat mengingatkan ibu di saat khilaf. Namun jika ibu tak bisa, maka mengambil jarak sementara waktu juga lebih baik.
Namun janganlah sendirian bu, saya menyarankan ibu mencari lingkungan atau teman-teman lain yang baik dan juga dekat dengan agama. Memang dibutuhkan waktu untuk bisa melupakan perasaan kecewa yang ibu rasakan, namun dengan kesabaran dan kepasrahan kepada Allah insya Allah semua ini akan dapat ibu lalui dengan baik. Wallahu’alambishawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.