Sudah 1,5 tahun terakhir ini, hubungan antara suami dan kedua orangtua saya tidak baik. Penyebabnya adalah suami selalu punya fikiran negatif terhadap kedua orang tua saya. Kedua orang tua saya yang sebelumnya biasa-biasa saja akhirnya jadi merasa tidak enak karena suami selalu menunjukan sikap permusuhan, tidak menghargai dan tidak hormat terhadap mereka.
Sering saya menasehati suami, tetapi ia malah mengatakan bahwa hubungannya dengan kedua orangtua saya sudah tidak akan bisa baik lagi dan ia meminta saya untuk memikirkan apakah saya bisa menjalaninya. Dengan situasi dan kondisi tersebut apa yang sebaiknya saya lakukan. Di satu sisi saya merasa durhaka karena sikap suami saya, dan terpikir untuk berpisah, tapi di sisi lain saya tidak mau melakukan hal yang dibenci Allah, selain itu saya juga memikirkan anak saya.
Apa yang sebaiknya saya lakukan, mengingat sebagai seorang suami, ia juga kurang bertanggung jawab. Ia pernah meninggalkan saya dan anaknya selama 3 bulan, alasannya karena ia tidak merasa nyaman di rumah dan tidak menafkahi selama 5 bulan berturut-turut.
Apakah rumah tangga seperti ini layak untuk dipertahankan? Atau perceraian adalah yang lebih baik? Itikad dari suami untuk berjuang mempertahankan pernikahan kami sangat kurang
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu A yang sholehah,
Berat juga ya bu jika hati selalu harus bersabar terhadap sikap buruk suami terhadap orang tua yang kita cintai. Tentu tidak mudah harus berada di antara perselisihan suami dan orang tua kita. Di satu sisi kita harus menghormati suami kita namun di sisi lain hati tentu juga tak terima ketika suami memperlakukan mereka dengan tidak hormat.
Dalam hal ini saya setuju dengan sikap ibu yang tidak dapat menerima sikap suami meski ia menyatakan agar ibu terima saja kondisi ini. Yang tepat adalah bagaimana ibu harus menerima kenyataan bahwa memang ada masalah antara suami dan orang tua, nsmun juga berusaha mencari solusi agar terjadi perubahan atas yang sudah terjadi sehingga bisa menjadi lebih baik.
Sikap suami yang selalu nampak bermusuhan terhadap orang tua memang aneh karena umumnya menantu berusaha menunjukkan sikap semanis mungkin terhadap mertuanya. Terlebih jika perasaan negatif yang dirasakan suami ibu terhadap mertuanya tersebut juga yang menjadi faktor penyebab ia meninggalkan ibu selama berbulan-bulan.
Namun segala perilaku apapun itu selalu memiliki akar permasalahan dan dari akar itulah seharusnya kita dapat menyusun strategi untuk melakukan perbaikan. Jika dengan cara memberi nasehat tidak berhasil maka alternatif lain adalah dengan mempertemukan suami dengan orang lain yang dapat efektif mengurai masalah dan dapat memberikan masukan yang menggugah kesadaran suami.
Oleh karena itu saya menganjurkan ibu sebaiknya menghadirkan orang lain yang bukan dari pihak keluarga sehingga dapat dianggap sebagai pihak netral bagi suami. Mungkin ibu bisa menghadiri konselor pernikahan dengan alasan pada suami untuk memperbaiki keharmonisan hubungan ibu dengan suami.
Mengingat sikap apatis suami yang tidak mau ibu ikut campur atas permasalahannya dengan orang tua ibu, maka di awal tak perlu mengungkit masalah dengan orang tua dulu agar suami bersedia melakukannya. Semoga dengan kehadiran orang ketiga yang netral maka dapat memberikan pencerahan terhadap suami ibu dalam memandang permasalahannya dalam rumah tangga termasuk dengan orang tua ibu.
Bersabar ya bu, berusahalah dulu semaksimal mungkin sebelum memutuskan perceraian. Mungkin masih ada peluang untuk terjadinya perubahan sehingga tak perlu menghancurkan semuanya. dengan usaha dan doa semoga Allah tunjukkansolusi terbaik bagi rumah tangga ibu. Amin
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr Anita W.