Ibu Rr. Anita yang terhormat
Assalamu Alakum Wr. Wb
Saya mempunyai seorang ayah yang sudah almarhum. Semasa hidupnya ayah sering sekali membuat masalah (bermasalah) baik itu dengan ibu saya maupun dengan orang lain di luar maupun di dalam lingkungan keluarga. Di mata saya, ayah saya itu seorang yang sangat temperamental, senang dipuji, boros, suka menyakiti isteri dan tidak bertanggung jawab.
Sebagai gambaran mengenai perilaku ayah saya, saya ingin menceritakan beberapa kejadian yang tidak akan pernahsaya lupakan. Ayah pernah beberapa kali mempunyai madu tapi kemudian bercerai. Ayah saya jugapernah menjadi buronan tentara karena (katanya) ayah membunuh komandannya. Waktu kecil saya juga pernah melihat sendiri ayahmau mencoba membunuh ibu saya. Perilkunya yang liar dan urakan itu terus dia pelihara sampai dia tua dan sakit-sakitan, bahkan menjelang wafat pun dia masih suka membuat kami jengkel.
Akibat perilakunya itu membuat saya tidak nyaman berada di dekatnya, ada semacam rasa benci saya padanya. Sudah lama saya tidak bertegur sapa dengannya, kira-kira sejak saya masuk SMA tahun 1986 sampai menjelang dia wafat tahun 2005. Beberapa kali saya bertengkar dengannya karena saya membela ibu saya yang terus menerus dibuatnya menderita. Terakhir, beberapa bulan menjelang beliau wafat, saya bertengkar hebat dengannnya dan saya mengancam akan melaporkannya ke polisi kalau dia terus-menerus mengancam mau membunuh ibu saya.
Dua hari menjelang ayah saya wafat, saya masih menyimpan marah saya padanya karena dia terus menerus memarahi ibu saya yang sudah tua. Saya tidak tahu kalau ayah akan meninggal lebih cepat dari perkiraan saya sehingga saya tidak sempat memperbaiki hubungan saya dengannya. Hanya saja ketika ayah sedang menghadapi sakaratul mau, saya berkali-kali berbisik di telingannya, meminta maaf kepadanya.
Ketika ayah benar-benar telah wafat, boleh dikatakan saya tidak sedih sama sekali. Saya memang sempat menagis tapi itu disebabkan karena tidak ada kerabat lain yang menyaksikan saat ayah meninggal, selain saya dan ibu saya. Waktu itu saya justru merasa lega, saya merasa hidup ibu saya tidak akan menderita lagi setelah bertahun-tahun dibuat sengsara oleh ayah saya.
Pertanyaan saya:
1. Apakah saya terlambat meminta maaf pada ayah pada saat beliau sedang menghadapi sakaratul maut?
2. Apakah ayah mendengar permintaan maaf saya? Dan apakah ayah memaafkan saya?
3. Apakah saya berdosa melawan ayah karena saya ingin membela ibu saya?
4. Apakah Allah SWT. Akan mengampuni saya atas dosa-dosa saya pada ayah?
Wassalamu’alaikum wr, wb.
Assalamualaikum wr wb.
Saudara Salman yang dirahmati Allah
Saya mengerti kegundahan hati anda karena menyimpan kenangan buruk mengenai almarhum ayahanda, yang semasa hidupnya lebih sering menorehkan luka di hati anda. tampaknya anda lebih hafal dengan keburukan-keburukan almarhum, dibandingkan kebaikan beliau. Saya yakin pastilah ada kebaikan almarhum meskipun itu kecil dibandingkan keburukannya.
Saya memaklumi perasaan anda yang tidak merasa sedih dengan kepergian beliau. Malahan merasa lega karena menurut anda hidup ibu tidak menderita lagi. Karena selama ini ibu senantiasa diperlakukan buruk oleh almarhum ayah. Kekerasan dari almarhum ayah memang demikian membekas dalam hati anda, sehingga tidak heran hati anda begitu beku dan dingin saja menyikapi kematian beliau.
Sebagai seorang anak, memang sebaiknya berusaha tetap bersikap sopan dan berbuat baik kepada orang tua meskipun beliau bersikap sebaliknya. Mengenai pertanyaan anda saya akan coba menjawabnya:
1. Permintaan maaf anda kepada ayah ketika sakaratul maut, adalah hal yang baik dan tidak bisa dibilang terlambat. Karena siapapun tidak ada yang mengetahui kapan ajal akan datang menjemput, meskipun dua hari sebelumnya anda masih memendam kebencian terhadap beliau. Yang terpenting adalah ketulusan hati anda meminta maaf dan juga memaafkan kesalahan beliau.
2. Meski dalam keadaan tidak sadar ketika menghadapi kematian, Insya Allah ayah anda mendengar permintaan maaf anda dan merupakan hal yang meringankan bagi seseorang yang akan meninggal, apabila ia menerima maaf dan memaafkan segala kesalahan semua orang yang pernah menyakiti dan disakiti olehnya.
3. Segala perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan seorang anak kepada orangtuanya tentu saja berdosa, meskipun anda melakukannya karena ingin membela ibu dari perbuatan kasar ayah anda.
4. Allah itu Maha Adil, karena semua kesalahan hambanya pastinya akan dipertimbangkan sebaik-baiknya dan tidaklah dirugikan meski sebiji zarrah, dan Allah juga Maha Pengampun yang pastinya akan mengampuni hambanya yang sungguh-sungguh mau bertobat.
Nah, pada akhirnya masih banyak kesempatan untuk tetap berbakti kepada almarhum ayah, dengan banyak mengirimkan doa dan memohon agar Allah mengampuni dosa-dosanya dan melapangkan kuburnya. Maafkan kesalahan beliau semasa hidupnya, agar hati anda terasa lebih lapang. Jadikan kenangan dengan almahum sebagai pelajaran berharga dalam hidup yang akan menjadikan anda sebagai pribadi yang lebih baik.
Wallahu’alam bishawab
Wassalamualikum wr. wb.