Ass wr wb
Team pengasuh yang terhormat, kami sudah menikah 5 tahun yang lalu dan sudah dikaruniahi 1 anak , sebelum menikah saya sangat mendambakan seorang istri shalehah yang bisa menyenangkan dan mensupport saya dan keluarga saya dalam berbagai situasi dan kondisi sehingga bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah, tetapi kenyataannya lain sehingga rasanya saya terasa jauh dari harapan apa yang saya inginkan. tiap saat saya mendidik istri sekalipun saat ini saya berada jauh dari keluarga guna mencari nafkah. seringkali istri mengeluh kangen rindu dan terasa sepi tanpa suami disamping, juga adanya sedikit ketidakharmonisan keluarga saya dengan istri.
Nah, bagaimana saya sebagai suami harus bersikap terhadap persoalan ini.
Thanks
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Bp Sutanto yang dirahmati Allah swt.,
Saya dapat memahami keinginan Bapak untuk mendapatkan istri yang dapat bersama-sama mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Memang wajar jalan ke sana terdapat rintangan ya, Pak. Apalagi Bapak dan keluarga dipisahkan oleh jarak, sementara istri tercinta tinggal bersama Ananda yang masih kecil. Andapun mesti berempati pada istri ya Pak. Tak mengejutkan dalam kondisi seperti Anda dan istri yang terpisah maka akan muncul masalah.
Bp Sutanto yang dirahmati Allah swt.,
Ketika istri dan suami berada berjauhan, maka masing-masing membutuhkan support satu sama lain. Ini adalah kebutuhan dasar hampir setiap orang, apalagi yang sudah berumahtangga. Istri dan Anda sendiri perlu melakukan proses yang disebut adaptasi dengan keadaan ini.
Bp Sutanto yang dirahmati Allah swt.,
Memang sering orang tidak menyadari kebutuhan pasangannya, bisa disebabkan kurangnya keterbukaan atau kekurangpekaan terhadap problem pasangannya. Bpk Sutanto, yang namanya istri sholihah bukan berarti tidak pernah mengeluhkan masalahnya; justru ketika istri mengemukakan apa yang dialaminya maka ada peluang untuk saling sharing dan inilah komunikasi yang penting dalam sebuah rumahtangga. Saya menduga bahwa ada masalah-masalah yang belum dikemukakan istri terkait dengan problemnya dengan keluarga Anda. Jadilah “wasit” yang adil dan bijak, ya, Pak. Jangan berat sebelah, bagaimanapun istri Anda punya hak-hak yang perlu Anda penuhi, meskipun sebagai anak laki-laki maka Ibu Anda juga punya hak-hak juga. Cobalah pahami apa sebenarnya masalah yang istri alami terkait keluarga. Selesaikan hal-hal yang mestinya diselesaikan bersama, karena ada masalah-masalah yang Anda sendirilah yang harus turun tangan; namun ajari pula agar istri mandiri dan tidak terlalu tergantung/ dependen sehingga setiap ada masalah harus mengikutsertakan Anda. Ini bisa dilakukan dengan memahamkan istri bahwa khidmatnya untuk Anda dan anak, seperti merawat dan mendidiknya adalah ibadah yang bernilai sama dengan jihad fi sabilillah insya Allah. Demikian juga pengorbanannya kepada keluarga besar akan menjadi amal sholih yang diperhitungkan, jadi jangan pernah merasa menyesal dengan amal-amal sholih ini karena akan dihargai tinggi di akhirat nanti. Amin.
Bp Sutanto yang dirahmati Allah swt.,
Saya melihat bahwa istri begitu mencintai Anda, rasa kangen yang istri ungkapkan haruslah disyukuri; ini tidak menunjukkan suatu hal yang negatif, Pak. Justru aneh jika istri atau Anda tidak kangen. Beri perhatian secara tidak langsung, menelpon, mengirimkan hadiah-hadiah kecil, adalah hal yang bisa Anda lakukan. Sekali lagi, Pak Tanto, rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah bukan berarti rumahtangga yang tanpa pernah menghadapi masalah karena ini hampir tidak mungkin; justru masalah-masalah yang terjadi sebenarnya berpeluang untuk mematangkan kepribadian istri dan Anda sendiri jika mampu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut. Nah… semoga Anda tetap bersabar mendidik istri, karena ini adalah ladang amal yang luar biasa. Teriring do’a dari saya, semoga Allah swt senantiasa memberi keberkahan bagi keluarga Bapak. Amin.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba