Assalamu’alaykum wr. wb.
Saya sudah menikah kurang lebih 9 bulan, dan saya mempunyai masalah mengenai internet. Pertemuan pertama dengan saya melalui internet dengan menggunakan situs jejaring sosial. Sebelum saya menikah, saya menjalani pacaran selama dua tahun, dan waktu juga saya dengan dia pernah berzina. dan dengan berzina saya harus menikahinya.
Waktu pacaran, saya pernah punya masalah dengan menggunakan internet untuk chat, berkenalan dengan orang lain, dan komitmen waktu itu pada akhirnya istri saya melarang untuk menggunakan internet seperti ikut jejaring sosial, dan akhirnya saya menurutinya sampai akhirnya menikah dengan dia ,memang keputusan itu memang sepihak dari dia apalagi background pendidikan saya di bidang IT intenet sangatlah menunjang bagi saya. Saya menurutinya karna saya harus mempertahankan dan dengan menikah dosa zina bisa diampuni.
Dan akhirnya sampai sekarang saya sudah menjadi suami istri yang sah, setelah menikah saya ingin mendapatkan penghasilan tambahan, karena penghasilan dari gaji bulan pas-pasan dan malahan kurang. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari sampingan dengan ikut kerja di luar kantor dengan ikut proyek buat software, Nah saya sudah bilang sama istri saya untuk bisa mengakses internet kembali dengan tujuan mencari penghasilan tambahan.
Lambat laun istri saya mulai cemburu atau berfikiran negatif jika menggunakan internet takut berkenalan dengan orang lain (cemburu), akhirnya sampai saat ini saya dengan istri hubungan komunikasi tidak harmonis gara-gara mengakses internet.
Bagaimana cara meyakinkan kepada istri saya agar dia percaya menggunakan internet untuk mencari uang,hal ini terbentur dari komitmen dulu, tidak boleh mengakses internet ?
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Sdr Dens yang dirahmati Allah,
Nampaknya Anda adalah keluarga muda, belum 1 tahun menikah, jadi memang pada masa ini masih berada dalam masa adaptasi. Ini sering disebut masa krisis pertama dalam rumahtangga, jika Anda dan istri dapat melewatinya, insya Allah akan memperlancar hubungan berikutnya.
Sdr Dens yang dirahmati Allah,
Suatu hubungan hendaknya dilakukan dan diawali dengan niat yang lurus, mumpung Anda dan istri masih mengawali biduk keluarga, luruskan niat dalam berumahtangga adalah untuk beribadah dan mencari ridlo Allah SWT. Maka apapun yang akan dilakukan, keputusan-keputusan yang diambil akan diletakkan dalam konteks, ” apakah Allah meridloi apa yang saya lakukan ini ya?”. Nah, Sdr. Dens, Anda berkenalan dengan istri lewat situs jejaring sosial, berkenalan, kemudian terseret pada perbuatan yang melampaui batas. Mungkin tidak selalu situs jejaring sosial membuka ruang bagi timbulnya kema’shiyatan, hal ini tergantung manusia yang menggunakannya. Namun memang terbuka peluang yang luas untuk itu, sehingga manusia penggunanya itulah yang harus membatasi, mengoreksi diri, apakah langkah-langkahnya dalam berinternet sudah sehat. Nampaknya istri Anda masih belum tsiqoh (percaya) bahwa Anda akan bersikap yang lebih sehat dalam berinternet.
Sdr Dens yang dirahmati Allah,
Komunikasi dalam keluarga sering tidak sampai pesannya, atau malah salah menerima pesan, karena informasi yang tidak utuh atau tidak adekuat. Nah, penggunaan internet begitu luas, tidak hanya untuk situs jejaring soal saja, bukan? Kalau yang dikhawatirkan istri adalah sikap Anda yang ”cair” dalam jejaring soal, maka evaluasilah bersama istri. Yang berhak menilai apakah Anda sudah berlebihan, menimbulkan kecemburuan, tentu adalah orang di luar Anda, mungkin istri Anda juga dapat mengkritik Anda. Terimalah kritiknya dengan lapang dada, Sdr Dens. Kecemburuannya adalah sinyal positif rasa cinta pada Anda, jadi bersyukurlah. Anda bisa menggunakan internet sesuai tujuan Anda, yakni menambah penghasilan. Istri perlu tahu, tentu sangat berbeda ketika internet digunakan untuk memasarkan produk misalnya, dengan aktifitas yang sekedar pertemanan. Dalam hal inilah Anda harus pahamkan pada istri, apa yang akan Anda lakukan, langkah- langkahnya, kalau perlu ajaklah istri untuk mengelola bersama bisnis yang akan lakukan via internet itu, sehingga sama- sama bisa dikontrol.
Sdr Dens yang dirahmati Allah,
Kewajiban suami adalah menjadi ”qawwam” atau pemimpin dalam rumahtangga, seorang pemimpin bukan penguasa diktator, namun pengarah dalam kebaikan. Jadilah teladan pada istri dalam bersikap dan berperilaku, ajaklah istri menambah pengetahuan agama, karena agama yang dibangun di bawah naungan syaria-Nya, pasti mendapat barokah, sakinah dan mawaddah. Amin, teriring do’a dari saya.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba