Assalamualaikum wr. wb.
Bu Siti yang baik, saya seorang pria, menikah dan dikaruniai seorang puteri 16 bulan. sejak awal saya mengidamkan isteri seperti sabda nabi 4hal. cantik,kaya,keturunan baik2 dan agamanya baik. saya dari latarbelakang keluarga yang kurang mampu, dan pekerjaan saya pun hasilnya cuma pas2an. ternyata setelah nikah, banyak sekali saya temuai ketidak cocokan dengan isteri saya. isteri yang dilihat menyenangkan, diperintah nurut dan kuat memelihara kehormatan hampir tidak saya temui pada isteri saya. malah saya sering dibentak, dibandingkan, dengan orangtuanya yang kaya. padahal kalo saya lihat secara pribadi, saya melihat banyak kelemahannya. semakin hari saya berharap memperbaiki diri malah makin menunjukkan rasa tidak suka saya padanya. saya tahu cerai itu dimurkai Allah walau halal. berkali2 isteri saya menyatakan kekesalan dan kekecewaannya pada saya. Seandainya ceraipun, saya siap kapan saja. saya dulunya gak pacaran dulu. semua tentang dia hanya saya awali dari anggapan2 yang ternyata banyak yang keliru. pendidikannya S1 tapi untuk ngerjakan soal2 SD aja nggak bisa. jadi guru bidang studi tapi justeru di bidang studi itulah nilainya yang terendah.tolonglah bu. sayabingung. Terima kasih. wassalam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Bp. Abu Hanif yang dirahmati Allah swt.,
Menurut apa yang Anda ceritakan nampak ada ketidakselarasan hubungan antara Anda dengan istri. Saya kira dalam sebuah keluarga akan selalu dihadapi problem, baik berupa kesalahpahaman, perbedaan pandangan, karena bukankah antar suami-istri memang berasal dari dua pribadi yang berbeda? Namun tentu saja persoalan yang terus meruncing tanpa ada solusi maka dapat melukai masing-masing.
Bp. Abu Hanif yang dirahmati Allah swt.,
Ciri-ciri wanita shalihah seperti firman allah swt:
” Kaum laki-laki adalah pemimpin atas wanita dengan sebab Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan dengan sebab mereka menafkahkan dari harta mereka; maka wanita shalihah adalah wanita yang thoat, yang menjaga diri pada waktu ghaib dengan sebab Allah telah menjaga diri mereka…” (QS 4: 34).
Wanita sholihah menurut ayat di atas adalah wanita yang thaat pada Allah swt dan thaat kepada suami. Namun ketaatan pada suami di sini bersyarat sifatnya, yakni ketika suami juga mengajak pada ketaatan pada Allah swt. Oleh karena itu perlu adanya saling pengertian antara suami-itri , karena mestinya dalam ayat di atas seorang suami juga diberi amanah kepemimpinan, yang berarti pengayom dan pembimbing bagi istrinya. Sungguh mulia jika Anda juga mengevaluasi diri, sudahkah Anda menjadi pembimbing, pengayom, bagi istri? Artinya proses take and give, saling memberi dan menerima mestinya dilakukan dalam sebuah hubungan. Kadang-kadang satu pihak memberi saran tapi juga terbuka terhadap saran, kadang-kadang ingin dipahami maka saat yang lain juga berusaha memahami. Perkawinan adaah sarana kedua pihak untuk tumbuh bersama-sama, berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Ikatan dalam pernikahan adalah ikatan yang kuat, Allah swt telah menghalalkan keduanya dengan sebuah kalimat Allah, bukankah ini luar biasa/ maka jangan menganggap ringan ikatan tersebut karena selain hak juga telah menanti berbagai kewajiban.
Bp. Abu Hanif yang dirahmati Allah swt.,
Saya mendukung bahwa Anda concern terhadap pendidikan anak, oleh karena itu niat baik ini perlu didukung oleh berbagai strategi yang baik juga dan tepat. Dalam pendidikan anak, maka faktor yang berpengaruh selain orangtua juga lingkungan, baik formal maupun informal. Nampaknya para orangtua juga perlu jujur akan keterbatasan kemampuan mereka dalam menjadi pendidik yang ideal; sehingga dukungan lain perlu dipikirkan, seperti sekolah yang tepat dan lingkungan yang kondusif. Kalau ada ketidakselarasan dalam masalah ini, maka perlu dicari titik temu, namun jangan sampai menghancurkan semua komitmen bersama. Tak pada tempatnya berpikir ke belakang, karena saat ini, dengan segala kekurangan istri, Anda sudah menjalin ikatan untuk menjadi pengayom dan pembimbing istri. Kalau dicari, setiap orang pasti mempunyai kekurangan, jadi fokuslah untuk tumbuh bersama, saling mendukung agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Bp. Abu Hanif yang dirahmati Allah swt.,
Allah swt. adalah penolong terbaik, jadi dekatkan keluarga Anda pada Allah swt, ini adalah tuga Anda, untuk menjadi pembimbing keluarga untuk meraih surga-Nya.
” Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..”.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba