Ketertutupan

Assalamu’alaikum wr, wb.

Langsung saja Bu, saya menikah beberapa bulan yang lalu dan isteri sangat pendiam sedangkan saya biasa terbuka. Saya bingung ketika isteri agak menjauh di tempat tidur tidak mau makan bersama juga tak mau diantar ke tempat kerja padahal ia sangat sibuk tapi tak mau dibantu.

Akhirnya saya curhat ke keluarga saya tapi isteri sangat marah karena menganggap saya membawa masalah keluarga ke luar, padahal selama ini ketika ditanya selalu menjawab tak tahu atau bingung sehingga saya pun jadi bingung.

Akirnya memuncak dengan tidak mau tidur bersama selama 4malam berturut-turut sehingga saya terpaksa mengajak ishlah antar keluarga, tetapi akibatnya malah parah sehingga memaksa saya pulang ke rumah keluarga dan dalam pertemuan tersebut baru terungkap dari bapak mertua bahwa isteri tidak sanggup lagi hubungan suami isteri karena tersiksa oleh rasa sakit.

Memang selama ini saya tinggal bersama mertua karena saya masih harus menyelesaikan studi di pulau jawa dan pulang hanya kalau libur, sedangkan isteri tak mau diajak karena tak mau meninggalkan tempat kerja meskipun secara materi saya mampu. Sekarang saya ingin melakukan perbaikan tapi isteri belum bisa menerima saya, apa yang harus saya lakukan?

Wassalaamu’alaikum wr, wb.

Assalamualaikum wr. wb.

Bapak Abdurrahman yang dirahmati Allah

Memang sulit ya, bila pasangan kita ternyata orang yang sangat pendiam dan cenderung tertutup. Orang seperti ini cenderung memang lebih senang menyimpan permasalahannya sendiri, sehingga kita sering bingung bila menemukan ada perubahan dari sikapnya. Seperti yang tengah dialami bapak ketika sang isteri mulai menjauh dan terkesan menghindar, hingga puncaknya menolak untuk melakukan kewajibannya.

Ternyata setelah permasalahan semakin memanas, sampai-sampai keluarga besar turut campur. Sehingga barulah terungkap bahwa hubungan intim suami isteri lah yang menjadi persoalan. Bagi budaya timur, memang membicarakan masalah hubungan intim adalah hal yang tabu. Apalagi bagi orang yang pendiam dan tetutup seperti isteri bapak, hingga pastilah mengalami kesulitan mengungkapkan masalah yang sangat sensitif seperti ini..

Karena itu keran komunikasi antara bapak dan isteri harus dibuka lebar-lebar. Meskipun intensitas pertemuan yang jarang karena bapak harus menyelesaikan studi, sedangkan isteri tinggal bersama mertua. Namun komunikasi tetap bisa dilakukan lewat telepon dan memanfaatkan pertemuan sebagai sarana mendekatkan diri dan saling mengenal lebih dalam.

Saran saya, bersabar ya pak, bila isteri merasa belum siap, tunggulah hingga isteri benar-benar siap menerima bapak. Sementara itu jalin terus komunikasi yang lebih efektif dengan isteri. Komunikasi yang intens akan membuat bapak dan isteri dapat lebih mengenal satu sama lain dan merasa lebih nyaman untuk saling ‘curhat’, bila ada uneg-uneg yang akan disampaikan.

Jangan ragu dan malu untuk membicarakan hal-hal yang bersifat intimacy atau masalah seksual dengan isteri. Karena hubungan seksual merupakan tiang sebuah pernikahan, bila hubungan intim dirasakan hambar atau bahkan dijadikan suatu hal yang menyakitkan, tentunya akan sangat mengancam keutuhan sebuah pernikahan.

Pembicaraan yang berkaitan dengan hubungan suami-isteri dapat dimulai dari hal-hal ringan, seperti misalnya titik rangsang apa saja saja yang kiranya disukai isteri pada saat berhubungan. Lakukan dengan sabar dan perlahan ya pak, saya yakin bila isteri sudah merasa nyaman dengan bapak akan lebih mudah baginya melakukan kewajibannya tanpa rasa sakit dan terpaksa. Sehingga hubungan suami-isteri bisa menjadi suatu hal yang indah dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Selamat bersabar ya pak.

Wallahu’alam bishawab

Wassalamu’alaikum wr. wb.