Assallamuallaikum wr, wb.
Saya telah menikah 7 tahun, dan blm dikaruniai anak. Selama 7 thn, suami sering kasar, marah-marah dan bentak-bentak. Dari segi ekonomi suami hanya memberikan uang perbulan, sedangkan bila kami membutuhkan barang-barang yang harganya cukup mahal, suami tidak mau berbagi.
Saya seorang isteri yang bekerja. Ayah suami lumpuh, dan suami dibebankan untuk merawat kedua orang tuanya. Bila suami lebih banyak dengan saya, ayahnya selalu menakut-nakuti suami dengan ayat suci Alquran, bila suami melupakan orang tuanya, dia akan buta/tuli.
Saya sudah berusaha ke suatu organisasi pembela wanita, persoalan saya merupakan Kasus Kekerasan Rumah Tangga. Saya merasa, rumah tangga saya sudah tidak ada artinya. Saya ingin bercerai, tetapi suami tidak setuju. Saya ingin, bila tetap terus, suami harus bisa menunjukkan kesungguhannya.
Tetapi selama ini, dia tidak melakukan apapun juga. Suami lebih banyak membantu ke keluarganya, tanggung jawabnya kepada saya, kecil sekali. Misalkan: bila saya butuh sesuatu, ingin membeli baju, atau alat elektronik, saya harus membeli sendiri, saya pernah dan sering izin pergi main bersama teman-2, sampai malam, dia tidak protes, tidak marah.
Kalau berangkat kerja, saya pergi sendiri, kalau hari libur, dia lebih banyak berada bersama kedua orang tuanya. Bila bertemu dengan saya, tidak pernah menanyakan kabar saya.
Seluruh keluarga saya, sudah menyarankan saya untuk bercerai, saya juga sudah tidak tahan dengan perlakuannya, dia lebih mementingkan keluarganya, terkadang dia seakan-akan hanya melindungi dirinya sendiri dari omelan orang tuanya, dengan tidak mempertimbangkan keberadaan saya.
Adakah nasihat buat saya? Tolong saya ibu, saya juga sudah bertanya ke seorang guru agama, beliau menyarankan agar saya sholat istikharoh, beliau berkesimpulan, yang keliru didikan orang tuanya, kasar dan asal saja.
Terima kasih atas bantuannya.
Wassalamu’alaikum wr, wb.
Assalaamu’alaikum wr, wb.
Saya mengerti kekesalan anda pada suami yang menurut anda terlalu mementingkan kedua orangtuanya, hampir dalam segala hal. Dari masalah materi yang harus berbagi dengan mertua sampai soal waktu yang lebih banyak dihabiskan suami dengan orang tuanya. Sampai-sampai anda merasa suami mulai mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami.
Suami juga menurut anda sering berlaku kasar dengan marah sambil membentak-bentak anda. Hal ini memang bisa dikategorikan sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga, dalam bentuk pengabaian dan kekerasan mental. Namun bagaimanapun banyak jalan keluar yang bisa tempuh untuk menyelesaikan masalah ini, tanpa terlebih dahulu melibatkan pihak-pihak diluar keluarga.
Ibu Ratih yang penyabar, suami dalam Islam memang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap isterinya. Namun sebagai seorang anak laki-laki, ia tetap memiliki kewajiban untuk selalu berbakti kepada orangtuanya. Apalagi bila orangtuanya sudah tua, ditambah lagi ayahnya sudah sakit-sakitan, tentu merupakan tugasnya merawat beliau. Dalam hal ini, suami anda memang harus berupaya untuk bersikap adil dengan tidak mengabaikan kewajibannya terhadap isteri.
Masalah pemberian nafkah yang anda rasa kurang adil, sebenarnya bisa didiskusikan secara baik-baik. Ketika anda ingin minta dibelikan sesuatu dan suami tidak memberikan karena lebih mementingkan keluarganya, hindari berburuk sangka kepada suami.
Cobalah anda berusaha memahami keadaannya terlebih dahulu, siapa tahu bagi suami memberi nafkah orangtuanya lebih bersifat darurat. Sedangkan menurut suami, kebutuhan seperti baju atau alat elektronik, bisa anda beli sendiri, mengingat anda bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
Sebenarnya perceraian sama sekali bukanlah jalan keluar yang baik bagi anda dan suami. Kurangnya pemahaman mengenai arti dan tujuan pernikahan. Komunikasi yang kurang terjalin dengan baik, juga menyebabkan kondisi hubungan anda dan suami menjadi tidak harmonis. Ditambah lagi pihak keluarga anda yang tampaknya justru mendorong anda untuk minta cerai dari suami. Alhamdullilah suami tidak setuju dengan keinginan anda.
Sebelum mengambil keputusan untuk bercerai yang mungkin akan anda sesali di kemudian hari. Sebaiknya memang anda melaksanakan saran guru agama yang pernah anda mintakan pendapatnya. Dengan melakukan shalat istikharah dengan rutin setelah melakukan shalat malam (tahajud), sampai anda mendapatkan ketetapan hati dalam memutuskan sikap terbaik. Sekaligus meminta jalan keluar dari masalah anda kepada Allah SWT.
Selain itu juga tidak ada salahnya anda berusaha untuk introspeksi diri. Barangkali saja ada sikap anda yang menyebabkan suami berperilaku demikian. Demikian juga dengan suami anda.
Cobalah berusaha untuk mendiskusikan berdua secara mendalam, usahakan untuk menyelesaikan masalah berdua saja dengan suami. Karena terkadang pihak ketiga bila kurang mengerti permasalahannya, maka pendapatnya justru akan memperkeruh keadaan. Karena mempertahankan rumah tangga memang dibutuhkan komitmen kedua belah pihak agar dapat saling menguatkan dan mengingatkan apabila salah satu pihak tengah khilaf
Pada akhirnya, sekali lagi suami anda adalah juga seorang anak laki-laki, yang memiliki kewajiban merawat orangtuanya. Sehingga berbagi dengan mereka merupakan sesuatu yang suka-tidak suka harus dimaklumi dan diikhlaskan. Suami bukanlah cuma milik anda, karena ada orangtuanya yang juga memiliki hak yang sama dengan anda.
Berusahalah untuk berlapang dada dengan kenyataan ini, jangan menganggap orangtuanya sebagai saingan anda. Malah sebaiknya anda mendorongnya agar menjadi anak yang berbakti kepada orangtuanya. Namun juga tetap ingatkan suami bahwa ia memiliki kewajiban yang sama terhadap isterinya. Mudah-mudahan Allah memberi anda kesabaran hingga menemukan jalan keluar yang terbaik, semoga itu bukanlah perceraian.
Wallahua’lam bishawab.
Wassalamu’alaikum wr. wb.