Assalamu"alaikum.
Bu, kami sudah lebih kurang 2,5 tahun menikah, tapi sampai saat ini belum punya anak. Suami saya orang sibuk yang boleh dikatakan bekerja setiap hari dan itupun sampai jam 12 tengah malam. Dan itupun kami jarang berkomuniskasi dan kami berdua saling diam seolah-olah tidak ada bahan pembicaraan. entah kenapa. Sehinggapun untuk berhubungan suami jarang kecuali kalau saya sebagai isteri yang lebih agresif. Yang kami tanyakan di sini:
1. Bagaimana menciptakan komunikasi yang baik dalam keluarga agar suami saya tidak salah menerima dan merasa tidak bosan berada di sisi saya?
2. Apakah tidak masalah kalau saya sebagai isteri lebih agresif?
3. Kapan saja sebaiknya berhubungan intim, dan berapa kali dalam satu minggu sebaiknya dilakukan?
4. Karena susah memprediksi masa subur saya (isteri), bagaimana, dan kapan sebaiknya berhubungan intim?
5. Bagaimana mengajak suami shalat agar dia tidak tersinggung, karena dia suka melalaikan waktu sholat, meskipun tetap dikerjakan lima waktunya?
6. Saya orangnya pencemburu, dan pengen perhatian suami, bagaimana menyampaikannya kepada suami agar dia memahami keinginan saya?
Sampai di sini dulu ya bu, lain kali kita sambung. Terima kasih. Jazakallah Khoiran.
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu Ilfira yang dirahmati Allah,
Sedih benar rasanya jika suami tidak punya banyak waktu untuk isterinya. Bahkan untuk mendapatkan hak batin pun ibu harus meminta atau bertindak agresif dulu. Sesekali mungkin tak masalah, namun jika suami selalu bersikap pasif bahkan melalaikan tentu saja dia bersikap dzolim pada ibu.
Nampaknya suami ibu memang orang yang giat sekali dalam bekerja, setiap hari bekerja dari pagi sampai malam, lalu kapan waktu berinteraksi dengan ibu? wajar jika kesempatan untuk menjalin hubungan mesra dan memperoleh buah hati jadi minim sekali.
Dan kurangnya perhatian dan komunikasi dengan suami ibu nampaknya berdampak dengan banyaknya pertanyaan ke saya, ya bu? Saya akan mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan ibu untuk membantu melepas kegundahan.
Masalah komunikasi tentu akan semakin mudah dilakukan seiring intensitas pertemuan ibu dengan suami. karena agak sulit melakukan komunikasi yang harmonis jika waktunya sangat terbatas. Jika ibu hendak menarik perhatian suami dengan pembicaraan yang menarik baginya maka tambahlah wawasan ibu dalam bidang yang diminatinya.
Sedangkan untuk menyampaikan hal yang tidak begitu ibu sukai seperti melalaikan shalat, keberatan ibu atas intensitas hubungan suami isteri atau masalah kecemburuan, maka sampaikanlah dengan menggunakan pesan saya.
Ibu bisa mengatakan perasaan ibu atas sikap -sikap suami yang tidak ibu setujui, seperti "Yah, saya merasa cemburu jika ayah terlalu dekat dengan…. karena saya sangat sayang dan tidak mau kehilangan ayah." Jadi ungkapkan keberatan ibu dengan bahasa yang santun dan tidak menuduh atau menghakimi suami dan sebaiknya dilakukan di waktu-waktu lapang.
Ibu yang baik, jika ibu merasa suami juga terlalu berlebihan bekerja sehingga kurangnya waktu untuk membangun hubungan harmonis yang penting dalam rumah tangga, maka katakanlah dan diskusikanlah bersama bagaimana solusi terbaik untuk hal tersebut.
Membicarakan sesuatu secara bersama-sama dengan kepala dingin diharapkan akan dapat membangun juga hubungan yang sehat antara ibu dan suami. Sesibuk-sibuknya seseorang pastilah ia punya waktu atau akan meluangkan waktu untuk pasangan yang dicintainya bukan? Wallahu’alambishshawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.