Kakak Bertingkah Aneh dan Memutus Silaturahmi dengan Keluarga

Assalaamu’alaikum.

Saya dan keluarga sedang bingung menentukan tindakan. Kami sedang mempunyai masalah dengan kakak saya (laki-laki 24 tahun). Sudah kira-kira 8 tahun dia tidak pernah bertegur-sapa dengan saya dan ibu saya. Bahkan Lebaran pun tidak pernah mau meminta maaf kepada ibu saya. Kami berhasil bersalaman karena waktu itu kakak saya sedang kumpul dengan keluarga besar pas Lebaran.

Saya beberapa kali mengalami kekerasan secara fisik maupun batin (misalnya meludahi, membentak, dan sebagainya). Hal itu hanya dia lakukan kepada saya. Kakak saya juga sangat benci pada ibu saya. Padahal hanya masalah sepele, misalnya lupa mengangkat telepon, atau membuka pintu jika ada tamu, atau mendengar suara ibu saya batuk-batuk dia meludah-ludah sendiri. Selain itu kakak juga jarang menjalankan perintah Allah. Apabila pulang ke rumah kadang suka bertingkah laku aneh misalnya menepuk-nepuk tangannya ke dinding atau membentur-benturkan tangan ke pintu, dan sebagainya.

Beberapa waktu lalu saya diberitahu oleh bapak kost (dia tinggal di luar kota) bahwa kakak saya bertingkah lalu aneh, seperti terkena penyakit jiwa. Beberapa minggu lalu, bapak kemudian sudah berusaha untuk berkonsultasi dengan psikolog, dan mencoba memenuhi semua keinginan kakak saya. Namun, pernyataannya selalu berubah-ubah, dan beberapa kali kami menemukan fakta bahwa kakak saya telah banyak berbohong.

Dia mengancam tidak akan pulang ketika Idul Fitri nanti dan tidak akan menginjakkan kaki di rumah rumah. Psikolog menyarankan agar kakak saya diajak untuk berkonsultasi. Namun, sepertinya hal itu tidak mungkin dilakukan mengingat tempat tinggalnya yang jauh dan dia marah karena telah dianggap gila.

Apa yang harus kami lakukan? Dalam hal ini hanya bapak saya yang bisa diajak berkomunikasi. Kami sudah berupaya menyambung kembali silaturahmi namun tidak pernah berhasil.

Saya sangat mengharapkan saran dan doa dari ibu agar masalah ini dapat selesai segera.

Assalammu’alaikum wr. wb.

Saudari Elma yang penyabar,

Sedih benar ya mbak ketika kakak kita bisa berlaku demikian kasar pada keluarga, apalagi keluarga pun tak ada yang tau apa yang menjadi penyebab perilakunya tersebut pada keluarga. Sayang di sini tak banyak informasi yang dapat saya terima. Sebagaimana psikolog yang sudah didatangi oleh keluarga mbak, takkan bisa berbuat banyak ketika tak banyak informasi yang bisa didapat dari keluarga maupun kakak sendiri.

Yang terbaik memang kakak anda mendatangi psikolog sehingga didapat informasi yang lebih tepat akan perilaku kakak tersebut. Setiap perilaku pastilah bukan tanpa sebab, selalu ada yang menjadi pemicu sehingga seseorang sampai membenturkan kepalanya ke dinding atau bahkan bersikap kasar kepada orang tuanya. Mungkin ada stres dan masalah dengan keluarga yang demikian lama terpendam dan tidak terselesaikan, jika demikian semua pihak harus ikut terlibat dalam proses terapinya.

Dengan segala keterbatasan yang mba informasikan ke saya, yang bisa saya sarankan dengan situasi saat ini adalah sebaiknya ada pihak keluarga yang selalu bisa dekat dengan kakak anda. Jika baru bapak yang bisa berkomunikasi dengannya maka jagalah hubungan komunikasi tersebut. Jangan biarkan ia sendiri, meski saat ini dia belum mau ke psikolog atau psikiater maka dampingilah dulu agar dia tak berbuat lebih jauh.

Semoga kesabaran dan pendekatan intensif bapak kepada kakak dapat membujuknya untuk menyelesaikan masalahnya dan jika dia siap maka bisa diajak untuk mendatangi ahlinya jika memang dibutuhkan. Selama kakak tidak membahayakan diri dan lingkungannya maka bersabarlah, namun jika tindakannya sudah sampai mengancam diri dan lingkungannya maka mau tidak mau dia memang harus dipaksa ke psikiater. Karena pada tingkat stres yang tinggi perlu tindakan medis untuk meredakan perilaku agresifnya.

sementara ini mbak banyaklah berdoa apalagi di bulan penuh berkah ini, semoga dengan usaha, doa dan kesabaran masalah ini dapat segera diselesaikan. Saya ikut mendokan kebaikan dan yang terbaik bagi diri mbak sekeluarga. Amin.sabar ya mbak.Wallahu ‘alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.